15
III. METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Studi
Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng TKL di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan
Magelang Tengah, Kota Magelang, Jawa Tengah Gambar 2. Lokasi yang direncanakan seluas 8.459,5 m². Pelaksanaan studi dilakukan pada Bulan Februari
hingga Juni 2011 dan penyelesaian laporan pada Bulan Desember 2011.
Gambar 2 Peta lokasi studi
PETA KOTA MAGELANG PETA TAMAN KYAI LANGGENG
PETA PROVINSI JAWA TENGAH PETA KABUPATEN MAGELANG
KABUPATEN MAGELANG TANPA SKALA
TANPA SKALA TANPA SKALA
TANPA SKALA
TAMAN KYAI LANGGENG
LOKASI PENELITIAN
KABUPATEN MAGELANG KOTA MAGELANG
16
3.2. Batasan Studi
Tahapan studi dibatasi sampai dengan tahap perencanaan dengan menyertakan arahan desain. Arahan desain ini sebagai pemberi karakter pada
siteplan yang menjadi produk akhir dari studi ini. Pendekatan perencanaan yang
digunakan berdasarkan sumber daya tapak dan aktivitas wisata.
3.3. Alat dan Bahan Studi
Adapun alat yang digunakan dalam studi ini adalah GPS, kamera digital, termohigrometer, dan softwareprogram komputer autocad land i, adobe photoshop,
coreldraw, microsoft excel, microsoft word . Bahan yang digunakan adalah data primer
dan sekunder, peta rupa bumi, lembar kuisioner, kertas gambar, dan pewarna.
3.4. Metode Studi
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode survei dan analisis. Metode survei yang digunakan adalah dengan mengadakan pengukuran dan
pengamatan langsung pada tapak. Metode analisis meliputi analisis spasial dan deskriptif. Analisis spasial digunakan untuk menganalisis aspek-aspek biofisik
yang memiliki data heterogen. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis aspek-aspek biofisik yang memiliki kesamaan kriteriadata homogen dan tidak
memiliki data spasial. Pendekatan perencanaan yang digunakan berdasarkan sumber daya tapak
dan aktivitas wisata. Pendekatan sumber daya tapak untuk mengetahui kesesuaian tapak utamanya aspek kelerengan yang menjadi faktor penentu terhadap aktivitas
wisata yang dikembangkan. Pendekatan aktivitas digunakan dalam penentuan konsep dasar terkait dengan aktivitas budidaya yang saat ini dilakukan di tapak
untuk pengembangan aktivitas yang direncanakan. Studi ini mengikuti tahapan perencanaan yang dikemukakan oleh Gold
1980. Tahapan yang dikemukan oleh Gold mengalami modifikasi pada studi ini utamanya dalam hal produk yang dihasilkan di setiap tahapnya. Modifikasi yang
digunakan antara lain proses sintesis tidak menghasilkan konsep melainkan rencana blok. Konsep disusun sebelum tahap sintesis. Konsep yang dihasilkan
17
menjadi acuan dalam menghasilkan rencana blok pada sintesis. Tahap perencanaan terdiri dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis, konsep, sintesis,
dan perencanaan Gambar 3.
Gambar 3 Diagram tahapan perencanaan lanskap Modifikasi Gold, 1980
Tahapan Perencanaan Lanskap Obyek Wisata Kebun Anggrek di Taman Kyai Langgeng Kota Magelang Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Awal
Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan studi sebagai langkah awal perencanaan lanskap obyek wisata kebun anggrek di Taman Kyai Langgeng.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi awal mengenai lokasi studi seperti letak administrasi, sejarah, dan lain-lain. Pengumpulan informasi awal ini
digunakan sebagai bahan dalam penyusunan usulan studi. Kemudian dilanjutkan dengan persiapan administrasi berupa perizinan untuk mencari data ke berbagai
instansi terkait seperti BAPPEDA.
2. Inventarisasi
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder meliputi data biofisik dan wisata Tabel 1. Data primer diperoleh melalui hasil survei
langsung di lapang berupa pengamatan, dokumentasi, pengukuran langsung untuk mendapatkan data biofisik tapak yang terdiri dari topografi, vegetasi, hidrologi,
visual, tanah, aksesibilitas dan sirkulasi, serta iklim. Data wisata diperoleh melalui
Konsep Persiapan
Inventarisasi Analisis
Sintesis Perencanaan
Tujuan penelitian
Usulan penelitian
Persiapan administrasi
Data primer Data sekunder
Aspek biofisik Aspek wisata
Konsep Dasar dan Pengembangan
Konsep Rencana
blok
Kondisi eksisting Kebun Anggrek
Zona kesesuaian aktivitas wisata
Functional Diagram
Siteplan dan
Illustration image
Rencana: Ruang
Sirkulasi Vegetasi
Aktivitas Fasilitas
18
survei langsung di lapang untuk mengetahui jenis atraksi dan obyek wisata TKL pada umumnya dan Kebun Anggrek pada khususnya yang telah ada maupun yang akan
direncanakan. Tabel 1 Jenis dan bentuk data
Selain itu, dilakukan pula wawancara terbuka terhadap pengelola untuk mengetahui kebutuhan wisata, serta wawancara terstruktur kuisioner terhadap
pengunjung untuk mengetahui gambaran umum dari identitas pengunjung dan pola kunjungan yang dilakukan. Penyebaran kuisioner dilakukan acak kepada 30
pengunjung. Pengunjung sebanyak 30 orang ini dianggap telah mewakili dari umumnya pengunjung yang berwisata di TKL. Penyebaran kuisoner dilakukan pada
hari Sabtu dan Minggu karena TKL padat dikunjungi pada akhir pekan serta hari libur. Diharapkan dengan pengambilan sampel pengunjung pada hari padat
pengunjung maka tujuan untuk mengetahui keinginan pengunjung dari berbagai kalangan dapat tercapai.
Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang dilakukan terhadap penelitian-penelitian terkait Kota Magelang. Data sekunder diperoleh pula melalui
No. Jenis Data
Bentuk Data Cara Pengambilan
Sumber I
ASPEK BIOFISIK
1 Topografi
Spasial Survei, Studi Pustaka
BAPPEDA, Lapang
2 Vegetasi
Spasial, Deskriptif Survei, Studi Pustaka
Lapang 3
Hidrologi Deskriptif
Survei, Studi Pustaka Lapang,
BAPPEDA 4
Tanah Deskriptif
Survei, Studi Pustaka BAPPEDA
5 Iklim
Tabulatif, Deskriptif Survei, Studi Pustaka Lapang,
BAPPEDA 6
View Deskriptif
Survei Lapang
7 Aksesibilitas dan
sirkulasi Deskriptif
Survei Lapang
II ASPEK WISATA
8 AtraksiObyek Wisata
Tabulatif, Spasial Survei
Lapang 9
Fasilitas dan Utilitas Tabulatif, Spasial
Survei Lapang
10 Pengelola
Deskriptif Wawancara
Pengelola, Lapang
11 Pengunjung
Deskriptif, Tabulatif Wawancara terstruktur Pengelola, Lapang
19
brosur-brosur tentang TKL dan buku wisata yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata mengenai wisata Kota Magelang.
3. Analisis
Analisis merupakan usaha untuk mengemukakan potensi dan kendala pada tapak yang direncanakan. Metode analisis yang diterapkan berupa analisis spasial dan
analisis deskriptif. Analisis spasial dilakukan pada aspek biofisik yang terdiri dari topografi dan vegetasi. Aspek biofisik lainnya yaitu hidrologi, aksesibilitas dan
sirkulasi, visual, tanah, dan iklim dianalisis secara deskriptif. Analisis topografi dilakukan untuk dua tujuan, pertama untuk mengetahui
kemiringan tapak yang akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan area yang sesuai untuk pengembangan aktivitas wisata. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui
kepekaan erosi yang dimiliki tapak. Hasil analisis spasial dari dua tujuan tersebut kemudian dioverlay sehingga didapatkan kesesuaian topografi untuk wisata.
Analisis topografi dengan tujuan menentukan area yang sesuai untuk aktivitas wisata menggunakan kriteria pembagian area yang diklasifikasian oleh Booth 1983
yang membagi kemiringan lereng berdasarkan kesesuaian untuk pengembangan ruang luar. Dari analisis ini, akan diketahui area-area yang memiliki kemampuan
terbatas sampai tidak terbatas terhadap aktivitas wisata. Area dengan kemiringan 15 memiliki kemampuan terbatas kurang sesuai terhadap aktivitas wisata
bernilai 1, area dengan kemiringan 5-15 berkemampuan sedang cukup sesuai bernilai 2, dan area dengan kemiringan 1-5 memiliki kemampuan tidak terbatas
sesuai bernilai 3. Erosi adalah peristiwa terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat oleh air atau angin. Peristiwa erosi tersebut menimbulkan kerusakan pada tanah tempat erosi terjadi. Kerusakan tersebut berupa kemunduran sifat-sifat kimia
dan fisika tanah, meningkatnya kepadatan tanah, serta menurunnya kemampuan tanah menahan air. Kerusakan terakhir yang diakibatkan oleh erosi tersebut menyebabkan
berkurangnya pengisian air bawah tanah. Untuk itu analisis erosi penting dilakukan mengingat sumber air utama di Kebun Anggrek berasal dari air tanah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi erosi terdiri dari iklim, topografi, vegetasi, tanah, dan manusia.
20
Faktor iklim, vegetasi, tanah, dan manusia diasumsikan kondisinya homogen sehingga dalam analisis erosi ini hanya faktor topografi yang diperhatikan. Analisis
topografi dengan tujuan mengetahui kepekaan erosi tapak menggunakan klasifikasi Darmawijaya 1990. Darmawijaya mengklasifikasikan run-off
berdasarkan kecepatannya menjadi lambat, sangat lambat, lambat, sedang, cepat, dan sangat cepat. Indikator untuk menentukan kecepatannya lambat sampai cepat
berdasarkan kemiringan tapak. Pada area yang relatif datar 0-3, aliran air di permukaan tanah run-off sangat lambat. Hal ini mengakibatkan air tergenang di
permukaan tanah dalam waktu lama dan kemudian meresap ke dalam profil tanah atau menguap. Kondisi seperti ini tidak menyebabkan erosi. Area yang memiliki
kecepatan run-off sangat lambat diberi nilai 3. Aliran air di permukaan tanah run- off
lambat sampai sedang pada area landai sampai berbukit 3-15. Aliran dengan kecepatan tersebut mengakibatkan permukaan tanah tetap basah untuk
waktu cukup lama walaupun air meresap ke dalam profil tanah. Dalam kondisi seperti ini, bahaya erosi belum begitu membahayakan. Area yang memiliki
kecepatan lambat sampai sedang bernilai 2. Pada area yang miring sampai curam 15, aliran air di permukaan tanah run-off berlangsung cepat dan hanya
sebagian kecil yang meresap ke dalam profil tanah. Kondisi seperti ini memiliki bahaya erosi yang cukup besar. Area dengan tingkat run-off yang cepat diberi
nilai 1. Analisis terhadap vegetasi terbagi menjadi dua, yakni analisis kesesuaian
vegetasi eksisting dalam hal menjaga sumber daya lahan di tapak dan analisis vegetasi eksisting yang berpotensi untuk pengembangan anggrek. Analisis pertama
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian vegetasi eksisting dalam hal menjaga keberadaan sumber daya lahan dan menunjang keberlanjutan sumber daya di tapak
utamanya air dan tanah. Vegetasi dalam hal ini adalah tegakan pohon yang keberadaannya mampu menjaga sumber daya lahan air dan tanah, diberi nilai 3.
Nilai 2 diberikan kepada vegetasi penutup tanah berupa rumput atau semak dimana di atasnya tidak ada tegakan pohon yang menaunginya. Nilai 1 diberikan
pada area yang tidak bervegetasi.
21
Analisis vegetasi yang kedua bertujuan untuk mengetahui vegetasi eksisting yang memiliki potensi untuk pengembangan anggrek. Analisis kedua ini dilakukan
secara deskriptif. Vegetasi berpotensi dalam pengembangan anggrek adalah keberadaan anggrek itu sendiri yang dilihat dari potensi ekonominya yang dapat
menjadi salah satu nilai tambah Kebun Anggrek. Selain itu, vegetasi berpotensi dalam pengembangan anggrek adalah vegetasi yang dinilai mampu menjadi habitat untuk
anggrek tumbuh. Vegetasi yang dimaksud adalah vegetasi berpohon yang dapat difungsikan sebagai habitat anggrek epifit.
Analisis aksesibilitas dan sirkulasi untuk mengetahui akses yang mudah dijangkau di tapak dan kondisi fisik jalur sirkulasi yang ada. Jalur sirkulasi dikatakan
baik apabila jalur sirkulasi tersebut sering digunakan oleh pengunjung dan secara fisik ditutupi oleh perkerasan. Jalur sirkulasi dikatakan kurang baik apabila jalur
sirkulasi tersebut jarang dilewati serta secara fisik tidak ditutupi oleh perkerasan. Analisis hidrologi dilakukan untuk mengetahui pola aliran drainase di tapak
yakni aliran drainase alami dan buatan. Pola aliran drainase ini digunakan sebagai pertimbangan analisis dari penentuan tingkat run-off di tapak.
Analisis visual bertujuan mengetahui area-area yang berpotensi mendapatkan visual yang menarik good view bagi pengunjung serta area-area yang sebaiknya
pandangan pengujung dibatasi bad view. Analisis visual juga dilakukan pada area- area sekitar Kebun Anggrek yang berpotensi menjadi point of interest terhadap
keberadaan Kebun Anggrek itu sendiri. Analisis tanah untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dalam hal keterkaitannya
terhadap pengembangan kegiatan wisata. Selain itu, analisis tanah bertujuan pula untuk mengetahui kemampuan tanah digunakan sebagai media untuk budidaya
anggrek. Analisis iklim dalam skala tapak mikro digunakan untuk mengetahui tingkat
kenyamanan pada tapak yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: THI = 0.8 T + RH x T
500
THI = Thermal Humidity Index
T = Suhu Udara ºC
RH = Kelembaban Nisbi Udara
22
Analisis spasial akan dilakukan dengan teknik skoring dimana parameter dan kriteria pada setiap aspek yang akan diskoring telah ditentukan sebelumnya
Tabel 2. Masing-masing aspek biofisik yang dianalisis secara spasial memiliki bobot yang berbeda. Topografi diberi bobot lebih tinggi dibandingkan vegetasi,
karena topografi merupakan faktor penentu keberlanjutan sumber daya lahan melihat kemiringan tapak berlereng yang dimiliki.
Tabel 2 Parameter, kriteria, dan skoring analisis
No. Aspek
Bobot Parameter
Kriteria
Skor
I BIOFISIK
1. Topografi
35 Kemiringan yang
sesuai untuk pengembangan ruang
luar Booth, 1983 Sesuai 1-5
3
Cukup sesuai 5-15
2
Kurang sesuai 15
1
35 Bahaya erosi dilihat
dari tingkat run-off Darmawijaya, 1990
Tidak menyebabkan erosi 0-3
3
Erosi tidak membahayakan
3-15
2
Erosi membahayakan 15
1
2. Vegetasi
30 Fungsi ekologis
Adanya tegakan pohon
3
Adanya penutup tanahsemak
2
Tidak ada vegetasi
1
Potensi untuk pengembangan anggrek
Deskriptif 3.
Aksesibilitas dan sirkulasi
Keberadaan akses dan kondisi fisik sirkulasi
Deskriptif 4.
Hidrologi Pola drainase
Deskriptif 5.
Visual Kualitas visual
Deskriptif 6.
Tanah Sifat fisik
Deskriptif 7.
Iklim Mikro THI
Tingkat kenyamanan untuk beraktivitas
Deskriptif
II WISATA
8. Obyek atau
atraksi Jenis
Deskriptif 9.
Sarana dan Prasarana
Jenis dan Kondisi Deskriptif
10. Pengunjung dan
Pengelola Persepsi dan kebutuhan Deskriptif dan kuantitatif
23
Hasil analisis spasial aspek topografi dan vegetasi kemudian dioverlay. Proses overlay yang dilakukan dimulai dari menjumlahkan skor yang dimiliki
masing-masing peta sesuai dengan bobotnya. Dari penjumlahan skor tersebut, didapatkan area-area dengan skor yang bervariasi. Skor-skor yang bervariasi
tersebut kemudian dibuat selang klasifikasi pengembangan area dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pengembangan area yang diinginkan sebanyak tiga, maka variabel K yang digunakan adalah 3. Setelah didapatkan selangnya, didapatkan 3 klasifikasi. Skor-
skor yang yang dihasilkan sebelumnya kemudian dikelompokkan menjadi 3 klasifikasi. Hasil overlay aspek topografi dan vegetasi akan menghasilkan
komposit terhadap pengembangan tapak berupa peta zona kesesuaian intensitas aktivitas wisata yang terdiri dari zona intensitas tinggi, sedang, dan rendah.
Analisis aspek wisata dilakukan secara deskriptif dikarenakan belum adanya kegiatan wisata dalam Kebun Anggrek saat ini. Analisis wisata dilakukan terhadap
potensi obyek dan atraksi wisata, serta fasilitas wisata yang diperlukan untuk mendukung kegiatan wisata tersebut. Analisis wisata juga dilakukan berdasarkan hasil
wawancara terhadap pengelola dan pengunjung. Hasilnya disampaikan secara deskriptif dan grafik yang menjelaskan persepsi mereka terhadap tapak mengenai
kebutuhan ruang wisata, bentuk aktivitas, dan fasilitas pada tapak sesuai dengan fungsi yang akan dikembangkan. Hasil deskriptif analisis wisata ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan pada saat penyusunan blockplan di tahap sintesis.
4. Konsep
Pada tahap ini ditentukan konsep dasar perencanaan lanskap Kebun Anggrek yang akan dikembangkan. Pendekatan konsep yang digunakan adalah
pendekatan terhadap karakter anggrek sebagai obyek utama dan kegiatan wisata
S= S maks – S min
K Keterangan:
S: Selang Klasifikasi Penilaian S maks: Jumlah Skor Tertinggi
S min: Jumlah Skor Terendah K: Banyaknya Klasifikasi
Penilaian
24
yang direncanakan. Konsep dasar yang dihasilkan dikembangkan menjadi konsep pengembangan berupa konsep ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas, dan fasilitas.
5. Sintesis
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari analisis. Peta komposit dari hasil analisis spasial aspek biofisik topografi dan vegetasi dijadikan dasar dalam
pembagian ruang, berisi zona kesesuaian intensitas aktivitas wisata. Hasil analisis deskriptif dari aspek biofisik lainnya dan konsep menjadi bahan pertimbangan
dalam membagi ruang lebih detail pada peta komposit untuk menghasilkan rencana blokblockplan.
6. Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahap menspasialkan blockplan yang dihasilkan sebelumnya. Detail blockplan ini dituangkan secara diagramatis dalam
bentuk siteplan. Pengembangan konsep yang telah dituangkan pada siteplan kemudian diperkuat kembali dengan tema dan bentuk yang akan diaplikasikan
pada tapak. Untuk memperjelas tema dan bentuk yang diadopsi, disertai pula image
-image yang akan membantu visualisasi tapak nantinya.
25
IV. KONDISI UMUM