55
akses jalan TKL yang menghubungkan Desa Buku dan Kebun Anggrek, pemandangan menuju Kebun Anggrek terhalang oleh pohon-pohon jati yang
memenuhi sisi depan Kebun Anggrek. Di dalam Kebun Anggrek, kondisi rumah kaca catnya mulai kusam yang
menimbulkan pemandangan kurang baik bad view. Bad view semakin bertambah dengan kondisi di sekitar rumah kaca yang tidak terurus seperti rumput tumbuh
liar dan tidak terpangkas, serta pohon-pohon di sebelah selatan dan barat rumah kaca yang ditanam tak tertata. `
5.1.2.6. Tanah
Berdasarkan data BAPPEDA tahun 2009, jenis dan sifat tanah di Kota Magelang umumnya seragam, sehingga untuk tanah di Kebun Anggrek ini sama
halnya dengan kondisi tanah di Kota Magelang yaitu berjenis alluvial coklat tua kekelabuan. Jenis tanah ini merupakan akibat dari pelapukan batuan yang cukup
tinggi dan endapan alluvial di sepanjang Sungai Progo dan Sungai Elo. Menurut Darmawijaya 1990, tanah yang berasal dari Sungai Progo umumnya subur
karena berasal dari Gunung Merapi yang masih muda dan kaya akan unsur-unsur hara. Jenis tanah ini mudah menyerap air permeable.
Dalam hal pengadaan fasilitas di area dengan jenis tanah ini memerlukan perlakuan khusus karena jenis tanah ini rentan longsor. Perlakuan yang dapat
dilakukan seperti penanaman vegetasi untuk membantu dalam menahan air.
5.1.2.7. Iklim Mikro
Menurut data BAPPEDA 2009, Kota Magelang memiliki temperatur rata- rata maksimum 32°C dan terendah 20°C. Suhu yang relatif rendah ini membuat
Kota Magelang berhawa sejuk. Begitu pula iklim di Kebun Anggrek yang termasuk di dalam kawasan Kota Magelang secara umum tergolong sejuk. Karena
pengukuran sampel hanya dilakukan pada siang hari didapatkan suhu rata-rata 32,5ºC yang tidak berbeda jauh dengan suhu rata-rata maksimum Kota Magelang,
maka iklim di Kebun Anggrek dapat dikatakan sejuk pula. Hal ini dikarenakan di
56
sekeliling maupun di dalam Kebun Anggrek masih banyak pohon yang dapat mereduksi panas matahari.
Pengukuran iklim mikro dilakukan di 4 titik dimana pada masing-masing titik tersebut diambil 3 kali pengukuran suhu. Indikator iklim yang diamati
meliputi suhu dan kelembaban yang keduanya digunakan dalam perhitungan THI Thermal Humidity Index. Keempat titik pengambilan suhu dan kelembaban
adalah daerah dengan penutup lahan berupa: rumput, bangunan, naungan pohon serta perkerasan. Pemilihan di keempat penutupan lahan ini ditujukan untuk
mendapatkan suhu tertinggi dan terendahnya. Pemilihan ini dimaksudkan untuk mengetahui suhu yang nantinya akan tercipta apabila penutupan lahan dibuat
seperti empat jenis penutupan lahan tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran iklim mikro di tapak, maka didapatkan hasil THI dari keempat jenis penutupan tersebut
adalah sebagai berikut: jenis penutupan lahan berupa rumput dan bangunan memiliki kesamaan THI sebesar 31 serta jenis penutupan lahan berupa naungan
pohon dan perekerasan masing-masing memiliki THI 27. Hasil pengukuran THI secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil pengukuran THI
Umumnya orang tropis merasa tidak nyaman berada pada THI 27. Hasil pengukuran THI pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa pada 2 jenis penutupan
lahan yakni rumput dan bangunan yang tidak ada penaung di atasnya tingkat kenyamannya adalah tidak nyaman. Sedangkan 2 jenis penutupan lahan lainnya
yaitu perkerasan dan di bawah naungan menunjukkan THI yang nyaman. Jenis
Jenis Penutupan Lahan Indikator
Titik Rata-rata
THI yang Diamati
a b
C
Rumput Suhu °C
34 34
35 34,3
31 Kelembaban
51 55
54 53,3
Bangunan Suhu °C
35 35
35 35
31 Kelembaban
46 45
43 44,7
Naungan Pohon Suhu °C
30 30
31 30
27 Kelembaban
51 48
50 49,7
Perkerasan di bawah naungan Suhu °C
32 31
32 31
27 Kelembaban
50 50
54 51,3
57
penutupan lahan dengan perkerasan masih menunjukkan THI yang nyaman dikarenakan di Kebun Anggrek perkerasannya masih di bawah naungan. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan naungan berpengaruh terhadap THI. Pengukuran suhu ini juga memperlihatkan bahwa suhu di sekitar Kebun
Anggrek sesuai apabila diperuntukkan dalam mengembangkan komoditi anggrek. Suhu yang baik untuk pertumbuhan anggrek berkisar 15-35ºC. Tetapi kelembaban
udara menjadi kendala di sini dikarenakan kelembaban udara yang dimiliki berkisar antara 43-55 sedangkan kelembaban udara optimal untuk pertumbuhan
anggrek berkisar antara 65-70. Hal ini dapat diatasi dengan membudidayakan anggrek di dalam rumah kaca yang suhu dan kelembabannya dapat direkayasa.
Menurut Brown dan Gillespie 1995, untuk merekayasa kelembaban udara dapat dilakukan dengan cara mengisolasi sebuah lanskap dari area sekitarnya dengan
bangunan solid, penyediaan naungan penuh, dan sumber air.
5.1.3. Aspek Wisata 5.1.3.1. Atraksi Wisata