29
4.2.2. Sejarah
Taman Kyai Langgeng TKL didirikan pada tahun 1980-an di areal lahan kritis, berupa persawahan dan kebun yang kurang produktif seluas 5 Ha. Pada
awal didirikannya, TKL dimaksudkan sebagai tempat pembibitan tanaman untuk taman kota oleh Dinas Kebersihan dan Pertanaman Obat Magelang. Melalui
gagasan Walikota Magelang Drs. H.A Bagus Panuntun, pada 4 Juli 1981, lokasi tersebut diubah menjadi taman bunga karena memiliki daya tarik pemandangan
alam yang menarik. Prakarsa membangun taman bunga dimulai dengan mengajak pihak ketiga serta dibantu dari instansi lainnya seperti PDAM, Dinas Pertanian,
Dinas Perkebunan, Dinas Perikanan, dan Dinas Petenakan. Melalui dana APBD Tk I tahun 1982-1983, akhirnya gagasan pembentukan taman bunga diwujudkan
dalam bentuk taman rekreasi dan taman flora. Taman ini merupakan bentuk upaya pemerintah daerah dalam rangka penyelamatan, pelestarian, dan konversi sumber
daya alam serta penggalian potensi pengembangan kepariwisataan daerah. Nama Taman Kyai Langgeng sendiri dipakai sejak tahun 1987 melalui surat
keputusan DPRD Kota Magelang tanggal 03 September 1987, No. 12 tahun 1987 guna mengenang jasa tokoh perjuangan pada masa Perang Pangeran Diponegoro.
Kyai Langgeng merupakan seorang ulama dan penasehat Pangeran Diponegoro sewaktu berjuang melawan kolonialisme Belanda, khususnya di wilayah
Magelang. TKL diresmikan pada tanggal 15 September 1987 oleh Gubernur Jawa
Tengah, yang pada saat itu dijabat oleh H. Muhammad Ismail dan didukung oleh Peraturan Daerah PERDA No.556.1164021987 dengan status Badan
Pengelola Taman Kyai Langgeng. Kemudian status Badan Pengelola TKL berubah menjadi Perusahaan Daerah Obyek Wisata PDOW TKL melalui
PERDA No. 4 tahun 1997. Seiring dengan perkembangannya, TKL selalu berbenah diri untuk menjadi tempat wisata potensial dan unggul. Dengan
luasannya yang semakin bertambah yakni 27,05 Ha, sampai sekarang Taman Kyai Langgeng dijadikan tempat rekreasi alternatif bagi keluarga, masyarakat umum,
pelajar, mahasiswa sebagai sarana pendidikan, olahraga, dan rekreasi.
30
4.2.3. Aspek Wisata 4.2.3.1. Atraksi Wisata