38
5.1.2. Aspek Biofisik
Aspek  biofisik  pada  Kebun  Anggrek  yang  akan  dianalisis  secara  spasial adalah  topografi  dan  vegetasi.  Aspek  biofisik  lainnya  meliputi  aksesibilitas  dan
sirkulasi,  hidrologi,  kualitas  visual,  iklim,  dan  tanah  dianalisis  secara  deskriptif. Khusus untuk aspek vegetasi, analisis dilakukan secara spasial dan deskriptif.
5.1.2.1. Topografi dan Kemiringan Tapak
Kebun  Anggrek  berbatasan  langsung  dengan  Sungai  Progo.  Berdasarkan data  dari  BAPPEDA  Kota  Magelang  tahun  2009,    Kota  Magelang  memiliki
topografi yang terjal di bagian barat, sepanjang Sungai Progo yakni dengan sudut kemiringan berkisar 15-30. Kebun Anggrek yang berlokasi di tepi Sungai Progo
juga  memiliki  topografi  yang  terjal.  Untuk  merekayasa  topografi  di  Kebun Anggrek  yang  terjal  tersebut,  maka  oleh  pengelola  TKL  lahan  Kebun  Anggrek
dibuat  bertingkat-tingkat  menyerupai  terasering.  Kebun  Anggrek  sendiri  berada pada ketinggian antara 330-375 m Gambar 13.
Analisis  topografi  bertujuan  untuk  mengetahui  kesesuaian  tapak  dalam  hal pengembangannya  untuk  aktivitas  wisata.  Kriteria  kemampuan  tapak  untuk
pengembangan  kegiatan  wisata  dilihat  dari  kesesuaian  lereng  dalam  tapak  untuk pengembangan  ruang  luar  serta  potensi  erosi  pada  tapak  yang  akan  berpengaruh
terhadap  pengembangan  kegiatan  wisata.  Berdasarkan  klasifikasi  kemiringan lereng untuk pengembangan  ruang luar  Booth 1983, maka kemiringan tapak di
Kebun  Anggrek  dapat  diklasifikasikan  menjadi  0-5,  5-10,  10-15,  15. Kondisi kemiringan tapak tersaji pada Gambar 14.
Booth  1983  menyebutkan  bahwa  area  dengan  kemiringan  1-5  adalah area  datar  yang  sesuai  untuk  pengembangan  ruang  luar.  Pada  kemiringan  ini
memungkinkan adanya elemen tapak berukuran besar seperti gedung utama, area parkir,  dan  sebagainya,  serta  aktivitas  apapun  dapat  dilakukan  tidak  terbatas  di
dalamnya. Kemiringan 5-15 merupakan area landai sampai berbukit yang sesuai untuk  berbagai  tipe  penggunaan  lahan  tetapi  aktivitas  di  dalamnya  terbatas.
Kemiringan  15  merupakan  area  curam  dimana  di  dalamnya  tidak diperkenankan adanya aktivitas apapun.
39
40
41
Analisis  topografi  juga  dilakukan  berdasarkan  potensi  erosi  yang  dimiliki Kebun Anggrek. Potensi erosi ini dilihat dari kemiringan lereng dan tingkat run-off
di tapak. Tingkat run-off  mengikuti klasifikasi Darmawijaya 1990, dimana run-off diklasifikasikan berdasarkan kecepatannya menjadi sangat lambat hingga lambat,
lambat  hingga  sedang,  cepat  hingga  sangat  cepat.  Indikator  untuk  menentukan kecepatannya lambat sampai cepat berdasarkan kemiringan tapak.
Pada area yang relatif datar 0-3, aliran air di permukaan tanah run-off sangat  lambat.  Hal  ini  mengakibatkan  air  tergenang  di  permukaan  tanah  dalam
waktu lama dan kemudian meresap ke dalam profil tanah atau menguap. Kondisi seperti  ini  tidak  menyebabkan  erosi.  Aliran  air  di  permukaan  tanah  run-off
lambat  sampai  sedang  pada  area  landai  sampai  berbukit  3-15.  Aliran  dengan kecepatan  tersebut  mengakibatkan  permukaan  tanah  tetap  basah  untuk  waktu
cukup  lama  walaupun  air  meresap  ke  dalam  profil  tanah.  Dalam  kondisi  seperti ini,  bahaya  erosi  belum  begitu  membahayakan.  Jadi,  area  yang  sesuai  untuk
pengembangan  ruang  luar  memiliki  potensi  erosi  tidak  berbahaya  hingga  belum begitu  membahayakan.  Area  dengan  kemiringan  ini  diberi  nilai  3  karena  sesuai
untuk  pengembangan  aktivitas  wisata  dengan  potensi  erosi  yang  tidak membahayakan.  Area  yang  cukup  sesuai  untuk  pengembangan  ruang  luar
memiliki  potensi  bahaya  erosi  yang  belum  begitu  membahayakan.  Area  dengan kemiringan  tersebut  diberi  nilai  2  karena  cukup  sesuai  untuk  pengembangan
aktivitas wisata. Pada area yang miring sampai curam 15, aliran air di permukaan tanah
run-off  berlangsung  cepat  dan  hanya  sebagaian  kecil  yang  meresap  ke  dalam profil  tanah.  Kondisi  seperti  ini  memiliki  bahaya  erosi  yang  cukup  besar.  Jadi,
area yang kurang sesuai untuk pengembangan ruang luar memiliki potensi bahaya erosi yang cukup besar. Area dengan kemiringan ini diberi nilai 1 karena kurang
sesuai  untuk  pengembangan  aktivitas  wisata  dan  bahaya  erosi  yang  dimilikinya cukup  besar.  Hasil  analisis  kemiringan  tapak  menghasilkan  peta  kesesuaian
aktivitas wisata yang dapat dilihat  pada Gambar 15.
42
43
5.1.2.2. Vegetasi