Hipogram Potensial ANALISIS SEMIOTIK

guru burung Murai dan burung Nuri akan segera memberikan pertanyaan yang sama kepada burung yang lain atau bisa jadi sang guru tidak menunjuk nama seorang murid sehingga pertanyaan dijadikan rebutan oleh murid.

3. Model

Model merupakan aktualisasi sebuah matrik. Aktualisasi matriks pada SB adalah belajar. Larik-larik dalam SB merupakan urutan sebuah proses belajar mengajar. Proses itu mempunyai urutan, pertama adanya perkenalan masing- masing tokoh atau sistem presensi bagi murid-murid. Proses kedua, layaknya asisten dosen Murai mengawali proses belajar mengajar dengan memberikan pertanyaan kepada burung lain. Proses ketiga, guru memasuki proses belajar mengajar dengan memberi pertanyaan kepada para murid. Keempat, belajar ditutup dengan sebuah simpulan, bahwa semua orang wajib belajar. Penyair memberi gambaran kepada masyarakat tentang sistem belajar pada masyarakat lama di zamannya. Masyarakat lama belajar dengan berdiskusi di sebuah tempat. Masyarakat berkumpul dari berbagai usia untuk menuntut ilmu. Ilmu yang dipelajari terutama adalah ilmu agama sebagai dasar melaksanakan ibadah sehari-hari. Penyair ingin menyadarkan masyarakat bahwa kehidupan ini tiada artinya jika hanya mengumpulkan harta dan mementingkan kehidupan duniawi, sebab akhirnya manusia akan kembali kepada Tuhan dengan segala amal yang telah ia kerjakan. Manusia hendaknya memperhatikan kehidupan selanjutnya akherat selain mencukupi kebutuhan hidup di dunia.

E. Hipogram Potensial

Hipogram potensial dapat dicari dari dalam karya itu sendiri, sebab hipogram potensial merupakan implikasi makna kebahasaan dari karya atau bentuk penganggapan pembaca terhadap bahasa yang digunakan pada karya itu. Hipogram potensial bisa juga dicari dari menggabungkan makna-makna yang telah ditemukan terlebih dahulu melalui pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian varian, model dan matriks. Hipogram potensial SB adalah pola belajar masyarakat lama. Masyarakat Minangkabau menggunakan surau sebagai tempat belajar. Masyarakat belajar agama bersama dalam satu majelis, satu waktu dan satu tempat, tidak mengenal batasan usia. Proses belajar masyarakat lama ini terutama membahas tentang ilmu agama. Masyarakat lama biasanya menggunakan waktu-waktu setelah salat wajib di surau bagi masyarakat Minangkabau dan bagi masyarakat Jawa akan menggunakan langgar yang artinya masjid kecil tempat mengaji atau bersalat, tetapi tidak digunakan untuk salat Jum’at KBBI. 2007:643. Kebiasaan ini terutama dilaksanakan pada jeda antara salat Magrib dan salat Isya’. Kegiatan belajar mengajar masyarakat lama dalam SB ini membuktikan bahwa berbagai macam karakter manusia khususnya murid sudah ada sejak dulu. Penyair memberikan gambaran kepada pembaca masyarakat sekarang bahwa kehidupan ini seimbang, ada orang yang baik dan ada orang jahat, ada orang pandai tetapi juga ada yang bodoh. Tuhan menjanjikan keseimbangan ini kepada manusia dengan surga dan neraka, khususnya bagi umat Islam. Penyair mengajak pembaca masyarakat untuk segera menyadari pentingnya ilmu sebagai bekal di kehidupan mendatang akhirat. Hal-hal inilah yang digunakan penyair sebagai wujud sindiran kepada manusia, jika burung bisa menuntut ilmu bagaimana dengan manusia. Manusia seharusnya tidak dikalahkan oleh burung dengan mengutamakan hawa nafsunya sendiri, karena manusia diberi kelebihan oleh Tuhan dibanding makhluk Tuhan yang lainnya yakni dengan kelebihan cipta, rasa dan karsa. Manusia bisa berpikir, mempunyai perasaan dan bekerja sedangkan burung atau hewan lainnya tidak dapat melakukan itu. Mereka hanya menggunakan intuisi dan menggantungkan diri kepada alam untuk bertahan hidup

F. Hipogram Aktual