Bagian Pembuka Pembacaan Hermeneutik

C. Pembacaan Hermeneutik

Pembacaan hermeneutik merupakan langkah kedua pada analisis semiotik Riffaterre. Pembacaan ini merupakan pengulangan dari awal hingga akhir dengan penafsiran lebih mendalam disertai dengan pemberian makna pada masing-masing perilaku burung, meskipun ada jenis burung yang tidak dapat diuraikan disebabkan oleh jenis burung sudah punah atau penyair membuat nama burung sendiri sehingga tidak ditemukan dalam berbagai sumber. Pembacaan ini dengan tiga pembagian, yakni bagian pembuka, isi dan penutup. Hasil pembacaan hermeneutik adalah sebagai berikut.

1. Bagian Pembuka

Penyair mengawali karangan dengan pujian kepada Tuhan. Hal ini terlihat dari halaman pertama hingga baris pertama halaman kedua. Bismi ‘l- Lāh itu puji yang nyatah 1 Dikarangnya oleh fakir yang lata 83 Jayanya empat adalah serta Kepada Tuhan alam-alam semesta 84 Jayanya ada suatu Mashab nā Dikarang oleh fakir yang hina 85 sh, f. w. dalam empat ada di sana Kepada Allāh Tuhan yang ghanā 86 A’r- rahmān 87 itu suatu sifat[a] 88 Maknanya murah 89 sekalian tempat Di sini alam laut dan darat Sekaliannya habis beroleh nikmat 83 Sobek pada naskah, sehingga peneliti menambah kata ‘lata’ sebagai pembanding dengan dasar kata ini disebut beberapa kali pada naskah. 84 Sobek pada naskah, peneliti menambahkan kata ‘semesta’. 85 Sobek pada naskah, peneliti menambahkan kata ‘hina’ dengan pertimbangan ada kata sejenis di dalam naskah sekaligus pembentuk rima. 86 Sobek dalam naskah, penambahan dengan pertimbangan kata sejenis dan akhiran rima. 87 Sobek dalam naskah, penambahan berdasarkan makna pada kalimat selanjutnya dan terlihat huruf nun ‘ ﻦ’ pada kata ini. 88 Terbaca, ‘sifata’ tertulis ‘ ﺎﺘﻔﯿﺻ’ 89 Terbaca, ‘mura’, tertulis ‘ رﻮﻣ’ Ar-rahim 90 itu sifat yang sani Maknanya sangat mengasihani Orang 91 yang Islam hati nurani Makanya Allāh mengasihani Dan dangarkan suatu rencana Dikarang oleh fakir hina Mujangnya janggali binyutakan Daripada akal belum sempurna Tidak mengada-ngadah Akan ilmu di dalam dada Arang di dalam kertasnya walaulah Di lidah meraya nyawa guru dan kanda SB, hal.1, baris 1-12 Keseluruhan halaman pertama pada SB menunjukkan penyair memuji kebesaran Tuhan dengan menyebut sifat-sifat Tuhan yang Maha Pemurah dan Pengasih kepada seluruh hambanya. Penyair juga merendahkan diri merasa hina dibandingkan dengan Tuhan dengan mengatakan bahwa akalnya yang belum sempuna itu hendak menyampaikan ilmu. Penyair juga memberikan pengantar untuk memasuki bagian isi syair, Dengarlah 92 konon suatu cerita Sekalian unggas berkata-kata Ini benar entahpun dusta Entah sendirian di badan kita Entah 93 fakir berbuat cura Sekalian unggas di udara Semua 94 sama setarah 2 Memahamkan ilmu janganlah cela SB, hal.1, baris 13-15, hal. 2, baris 1-2 90 Kata terpotong pada naskah, peneliti menambahkan berdasarkan atas arti kata yang berada pada kalimat selanjutnya, dan terlihat huruf ‘ ﻢﯾ’ 91 Kata terpotong pada naskah, peneliti menambahkan kata ‘orang’ melihat huruf ‘ ڠ’ pada akhir kata. 92 Kata terpotong pada naskah, peneliti menambahkan ‘dengarlah’ dengan pertimbangan huruf ‘ ﮫﻟ’ pada akhir kata. 93 Terpotong pada naskah, peneliti menambahkan kata ‘entah’ berdasarkan huruf ‘ ﮫﺗ’ di akhir kata. 94 Sobek pada naskah, peneliti menambahkan ‘semua’ berdasarkan kalimat sebelumnya yakni’ sekalian’. Sang penyair ini menegaskan kepada pembaca bahwa syair ini merupakan syair simbolik yang tidak hanya sekedar untuk hiburan melainkan juga diambil pelajaran dari dalamnya. Penyair tanpa bermaksud mengolok-olok berbuat cura menekankan syair ini tidak hanya untuk kalangan muda, melainkan juga untuk orang-orang yang sudah tua yang telah merasa terlambat untuk belajar. Penyair ingin mengatakan bahwa belajar menuntut ilmu tidak mengenal perbedaan usia dan tidak mengenal batas waktu.

2. Bagian Isi