✦✧
a b c Gambar 4 Rebana a, Gong b, Bedug c
5.1.6 Sistem pengetahuan dan teknologi
Masyarakat Melayu merupakan masyarakat pribumi yang bertutur dalam bahasa Melayu, beragama Islam, dan menjalani tradisi dan adat istiadat Melayu.
Masyarakat yang tinggal di daerah Desa Aur Kuning merupakan masyarakat yang hidup dalam kesederhanaan dengan memanfaatkan apa adanya segala sumberdaya
alam termasuk flora dan fauna setempat. Dalam kehidupan sehari-hari, di daerah ini belum terdapat listrik yang berasal dari pemerintah PLN, sehingga masyarakat
menggunakan gainset sebagai sumber listrik dan hanya digunakan pada waktu tertentu. Sedangkan jika tidak ada listrik maka masyarakat menggunakan sumber
penerangan sederhana Gambar 5.
Gambar 5 Pelita alat penerangan
★✩
5.1.7 Sistem mata pencaharian
Pada umumnya mata pencaharian masyarakat Desa Aur Kuning adalah menyadap karet atau dalam bahasa setempat disebut
✪
nakik
✫
, berdagang, dan bertani. Mata pencaharian nakik dan berdagang merupakan mata pencaharian pokok yang
menunjang sebagian besar perekonomian masyarakat. Sedangkan untuk sistem bertani masyarakat masih bersifat sangat tradisional dan kegiatan bertani ini hanya
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga bukan untuk komersil. Namun terdapat juga spesies tumbuhan yang dijadikan sebagai komoditi perdagangan seperti
pinang Areca catechu dan cokelat Theobrema cacao. Kedua spesies ini dijadikan sebagai salah satu komoditi yang diperjualbelikan oleh sebagian masyarakat untuk
meningkatkan perekonomian mereka. Dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat biasa mengambil sumberdaya yang berasal dari alam mereka misalnya
untuk tumbuhan pangan, obat, dan ikan sebagai sumber protein hewani. Oleh karena itu, masyarakat ini senantiasa hidup selaras dengan alam karena sebagian besar hidup
mereka sangat bergantung terhadap apa yang disediakan oleh alam mereka.
5.1.8 Hukum adat
Hukum adat merupakan hukum yang tidak tertulis yang hidup dan berkembang sejak dahulu serta sudah berakar di dalam masyarakat. Walaupun tidak
tertulis namun hukum adat mempunyai akibat hukum terhadap siapa saja yang melanggarnya. Norma-norma dan nilai-nilai yang ada di dalam hukum adat sangat
dipatuhi dan dipegang teguh oleh masyarakat adat Desa Aur Kuning. Hukum adat bagi masyarakat berfungsi sebagai neraca yang dapat menimbang
baik atau buruk, salah atau benar, patut atau tidak patut, pantas atau tidak pantas suatu perbuatan atau peristiwa dalam masyarakat. Sehingga hukum adat lebih sebagai
pedoman untuk menegakkan dan menjamin terpeliharanya etika kesopanan, tata tertib, moral dan nilai adat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini berarti bahwa
walaupun hukum adat itu tidak tertulis tetapi di dalamnya sudah diatur dan disepakati bagaimana seseorang bertindak, berperilaku baik dalam lingkungan keluarga maupun
dalam lingkungan masyarakat secara luas.
✬✭
Di dalam hukum adat apabila masyarakat untuk memutuskan sesuatu harus melalui musyawarah dan mufakat oleh Nenek Mamak, Tuo-tuo Tengganai, Alim
Ulama dan Cerdik Pandai yang berhak untuk menolak atau menerima suatu putusan yang apakah bertentangan atau tidak dengan kepentingan rakyat, dan inilah yang
disebut dalam seloko adat Raja adil raja disembah, Raja zalim raja disanggah. Untuk menghindari hal demikian menurut hukum adat hendaklah setiap
keputusan yang menyangkut kepentingan orang banyak dapat diuji kebenarannya dan bebas menurut hukuman adil dan patut atau pantas. Sehingga pemimpin tidak
kehilangan kepercayaan dari masyarakat, maka seorang pemimpinpenguasa yang adil dan patut atau pantas dalam memutuskan disebutkan dalam adat Kalau bulat
dapat digulingkan, pipih dapat dilayangkan, putih berkeadaan, merah dapat dilihat, panjang dapat diukur, berat dapat ditimbang. Seandainya keputusan-keputusan
yang diambil bertentangan dengan ungkapan-ungkapan seperti ungkapan-ungkapan tersebut, berarti keputusan tersebut tidak boleh dikatakan adil dan patut menurut
hukum adat. Untuk menentukan salah dan benar menurut hukum adat sesuatu perbuatan harus diteliti disimak dalam petatah petitih adat adalah Terpijak benang
arang hitam tapak kaki, tersuruk di gunung kapur putih tengkuk, sia-sia negeri alah, tateko
hutang tumbuh,
pinjam memulangkan,
sumbing menitip,
hilang menggantikan. Ungkapan tersebut apabila terjadi sulit bahkan sangat sulit untuk
menolak kebenarannya, serta dipatuhi oleh masyarakat karena adil dan patut, adil menurut orang yang tahu pada hukum adat dan patut menurut orang yang tahu pada
nilai sesuatu. Oleh karenanya proses peradilan yang demikian setiap keputusannya akan mudah dapat dipahami dan diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa serta
dapat dengan mudah menghabiskan segala dendam kesumat sebagaimana dalam seloko adat berbunyi Rumah sudah pahat tidak berbunyi, api padam puntung tidak
berasap, yang terkucil sudah tertinggal, yang terpijak sudah luluh. Untuk menguatkan keputusan yang berat dan rumit dikuatkan dengan gantung
pauh-pauh setih-setiah atau janji-janji antara pihak-pihak yang berdamai di depan sidang Ninik Mamak. Hukum adat disebut hukum asli karena lahir dari bawah atau
dari masyarakat adat sesuai dengan kepentingannya pula, dan hukum adat itu tidak
✮✯
kaku seperti disebut dalam seloko adat Adat diatas tumbuh, lembago diatas tuang, memahat di atas batu, mengukir diatas baris atau juga disebut Adat selingkung
koto, undang selingkung alam, lain lubuk lain ikannyo, lain padang lain belalang. Adat sebagai ujung tombak yang langsung berhubungan dengan masyarakat
sehari-hari memiliki wibawa dan wibawa inilah sebagai modal utama dalam pemerintahan adat. Hukum adat tidak mengenal adanya rumah tahanan atau penjara
sehingga bagi yang dinyatakan bersalah, hukum adat mempunyai sanksi moral dan material, sanksi material jika tidak sanggup dibayarkan oleh yang bersalah, sanksi
tersebut diambil alih oleh keluarga atau ahli waris dari orang yang berbuat salah tersebut.
Pepatah adat : Negeri samo dihuni
Tepian samo dipakai Jalan samo ditempuh
Ke bukit samo didaki Ke lurah samo menurun
Adat yang dipakai dalam kehidupan masyarakat di Desa Aur Kuning adalah adat Datuk Parpati nan Sebatang. Dalam adat ini terdapat larangan atau pantangan
bagi masyarakat dan sanksi yang diberikan antara lain : menikah dalam satu suku didenda satu ekor kerbau, menikah dengan janda namun masih dalam satu suku kena
denda satu ekor kambing, jika kemenakan dipanggil oleh mamak tapi tidak mau datang didenda sirih satu careno, laki-laki mandi di tepian perempuan atau sebaliknya
didenda satu helai kain panjang, dan sebagainya. Menurut adat istiadat di daerah ini, jika akan dilakukan suatu pernikahan
maka harus melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : 1
Bertanya, yaitu pihak orang tua laki-laki bertanya kepada pihak orang tua perempuan apakah anaknya sudah ada yang mengikat dalam suatu hubungan.
2 Kabar risik, yaitu kata pendahuluan kepada ninik mamak perempuan yang
terdekat. 3
Kumpulkan keluarga dekat pihak perempuan hingga tercapai kata sepakat. 4
Kumpulkan keluarga dekat pihak laki-laki hingga tercapai kata sepakat. Sudah bulat bak macang yang satu
✰✱
Bulatlah boleh digolekkan Picaklah boleh digolekkan
Kedua belah pihak laki-laki dan perempuan Maka dipanggillah semua ninik mamak dalam negeri
Untuk menyaksikan pernikahan kedua belah pihak 5
Antar tanda, biasanya disimbolkan dengan sehelai kain panjang. 6
Antar belanja kepada pihak perempuan hingga pesta pernikahan dilangsungkan.
7 Akad nikah.
8 Tepuk tepung tawar.
9 Makan sepiring bersuasuap-suapan.
10 Jelang mertua, yaitu ambil pakaian laki-laki dan dibawa ke rumah perempuan.
Pepatah adat setelah nikah
✲
niat sampai, benazar la lopeh
✳
, maksudnya semua tahapan kegiatan sudah terlaksana.
Dalam kegiatan adat makanan yang biasanya tersedia adalah lemang. Lemang merupakan makanan yang terbuat dari beras pulut ditambah air santan yang kemudian
dimasukkan ke dalam bambu yang sudah dilapisi dengan daun pisang dan kemudian dibakar di atas bara api Gambar 6.
Gambar 6 Lemang merupakan makanan tradisional masyarakat Desa Aur Kuning
5.1.9 Rumah adat Melayu