Rumah adat Melayu Sosial Budaya Masyarakat

✰✱ Bulatlah boleh digolekkan Picaklah boleh digolekkan Kedua belah pihak laki-laki dan perempuan Maka dipanggillah semua ninik mamak dalam negeri Untuk menyaksikan pernikahan kedua belah pihak 5 Antar tanda, biasanya disimbolkan dengan sehelai kain panjang. 6 Antar belanja kepada pihak perempuan hingga pesta pernikahan dilangsungkan. 7 Akad nikah. 8 Tepuk tepung tawar. 9 Makan sepiring bersuasuap-suapan. 10 Jelang mertua, yaitu ambil pakaian laki-laki dan dibawa ke rumah perempuan. Pepatah adat setelah nikah ✲ niat sampai, benazar la lopeh ✳ , maksudnya semua tahapan kegiatan sudah terlaksana. Dalam kegiatan adat makanan yang biasanya tersedia adalah lemang. Lemang merupakan makanan yang terbuat dari beras pulut ditambah air santan yang kemudian dimasukkan ke dalam bambu yang sudah dilapisi dengan daun pisang dan kemudian dibakar di atas bara api Gambar 6. Gambar 6 Lemang merupakan makanan tradisional masyarakat Desa Aur Kuning

5.1.9 Rumah adat Melayu

Rumah Lancang atau Pencalang merupakan nama salah satu Rumah tradisional masyarakat Kabupaten Kampar, Riau. Selain nama Rumah Lancang atau ✴✿ Pencalang, rumah ini juga dikenal dengan sebutan Rumah Lontik. Disebut Lancang atau Pencalang karena bentuk hiasan kaki dinding depannya mirip perahu, bentuk dinding rumah yang miring keluar seperti miringnya dinding perahu layar mereka, dan jika dilihat dari jauh bentuk rumah tersebut seperti rumah-rumah perahu magon yang biasa dibuat penduduk. Sedangkan nama Lontik dipakai karena bentuk perabung bubungan atapnya melentik ke atas www.melayuonline.com. Rumah Lancang merupakan rumah panggung. Tipe konstruksi panggung dipilih untuk menghindari bahaya serangan binatang buas dan terjangan banjir. Di samping itu, ada kebiasaan masyarakat untuk menggunakan kolong rumah sebagai kandang ternak, wadah penyimpanan perahu, tempat bertukang, tempat anak-anak bermain, dan gudang kayu, sebagai persiapan menyambut bulan puasa. Selain itu, pembangunan rumah berbentuk panggung sehingga untuk memasukinya harus menggunakan tangga yang mempunyai anak tangga berjumlah ganjil ’lima’ merupakan bentuk ekspresi keyakinan masyarakat. Dinding luar Rumah Lancang seluruhnya miring keluar, berbeda dengan dinding dalam yang tegak lurus. Balok tumpuan dinding luar depan melengkung ke atas dan terkadang disambung dengan ukiran pada sudut-sudut dinding, maka terlihat seperti bentuk perahu. Balok tutup atas dinding juga melengkung meskipun tidak semelengkung balok tumpuan. Lengkungannya mengikuti lengkung sisi bawah bidang atap. Kedua ujung perabung diberi hiasan yang disebut sulo bayung. Sedangkan sayok lalangan merupakan ornamen pada keempat sudut cucuran atap. Bentuk hiasan beragam, ada yang menyerupai bulan sabit, tanduk kerbau, taji dan sebagainya. Keberadaan Rumah Lancang nampaknya merupakan hasil dari proses akulturasi arsitektur asli masyarakat Kampar dan Minangkabau. Dasar dan dinding Rumah yang berbentuk seperti perahu merupakan ciri khas masyarakat Kampar, sedangkan bentuk atap lentik lontik merupakan ciri khas arsitektur Minangkabau. Proses akulturasi arsitektur terjadi karena daerah Kampar merupakan alur pelayaran, Sungai Mahat, dari Lima Koto menuju wilayah Tanah Datar di Payakumbuh, Minangkabau. Daerah Lima Koto mencakup Kampung Rumbio, Kampar, Air Tiris, ❀❁ Bangkinang, Salo, dan Kuok. Oleh karena Kampar merupakan bagian dari alur mobilitas masyarakat, maka proses akulturasi merupakan hal yang sangat mungkin terjadi. Hasil dari proses akulturasi tersebut nampak dari keunikan Rumah Lancang yang sedikit banyak berbeda dengan arsitektur bangunan di daerah Riau Daratan dan Riau Kepulauan. Gambar 7 menunjukkan bentuk rumah yang terdapat di Desa Aur Kuning.

5.2 Potensi Tumbuhan