Kearifan Tradisional Keanekaragaman Manfaat Tumbuhan

✻ a Mendiami tanah milik nenek moyangnya, baik seluruhnya ataupun sebagiannya. b Mempunyai garis keturunan yang sama yang berasal dari penduduk asli daerah tersebut. c Mempunyai budaya yang khas, yang menyangkut agama, sistem suku, pakaian, tarian, cara hidup, peralatan hidup sehari-hari, termasuk untuk mencari nafkah. d Mempunyai bahasa tersendiri. e Biasanya hidup terpisah dari kelompok masyarakat lain dan menolak atau bersikap hati-hati terhadap hal-hal baru yang berasal dari luar komunitasnya.

2.4 Kearifan Tradisional

Kearifan lokal merupakan sistem nilai dan norma yang disusun, dianut, dipahami dan diaplikasikan masyarakat lokal berdasarkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan Tjahjono et al 2000. Menurut Saini KM 2005 mendefinisikan kearifan lokal adalah sikap, pandangan dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan, baik secara jasmani maupun rohani, yang memberikan daya tahan dan daya tumbuh bagi komunitas tersebut. Sedangkan Soemarwoto 1982 mengartikan kearifan tradisional sebagai ilmu pengetahuan yang mampu menghadapi kondisi suatu lingkungan.

2.5 Keanekaragaman Manfaat Tumbuhan

Bagi masyarakat Indonesia khususnya yang bertempat tinggal di daerah pedesaan di sekitar hutan maka pemanfaatan tumbuhan obat untuk kepentingan kesehatannya bukan merupakan hal yang baru namun sudah berlangsung cukup lama Wiriadinata et al diacu dalam Soekarman 1992. Diantara sumberdaya hayati yang sering dimanfaatkan oleh manusia adalah tumbuhan. Pengelompokan penggunaan tumbuhan oleh Purwanto dan Walujo 1992 meliputi tumbuhan sebagai bahan sandang, bahan pangan, bangunan, alat rumah ✼ tangga dan alat pertanian, tali temali, anyam-anyaman, pelengkap upacara adat, obat- obatan dan kosmetik, kegiatan sosial dan kegiatan lain. 2.5.1 Obat Menurut Departemen Kesehatan RI dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan No.149SKMenseknesIV1978 diacu dalam Kartikawati 2004 definisi tumbuhan obat adalah tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku obat prokursor, atau tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat. Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : 1 Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui dan dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; 2 Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan 3 Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri Zuhud 2004. Tumbuhan obat terdiri dari beberapa macam habitus. Habitus berbagai spesies tumbuhan Tjitrosoepomo 1988 diacu dalam Damayanti 1999 adalah sebagai berikut : a Pohon adalah tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang yang jelas dan bercabang jauh dari permukaan. b Perdu adalah tumbuhan berkayu yang tidak seberapa besar dan bercabang dekat dengan permukaan. c Herba adalah tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair. d Liana adalah tumbuhan berkayu dengan batang menjalarmemanjat pada tumbuhan lain. e Tumbuhan memanjat adalah herba yang memanjat pada tumbuhan lain atau benda lain. ✽ f Semak adalah tumbuhan yang tidak seberapa besar, batang berkayu, bercabang-cabang dekat permukaan tanah atau di dalam tanah. g Rumput adalah tumbuhan dengan batang yang tidak keras, mempunyai ruas- ruas yang nyata dan seringkali berongga. 2.5.2 Pangan Menurut Kamus Bahasa Indonesia, tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun, dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia apabila dimakan oleh hewan disebut pakan. Misalnya buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, dan tumbuhan yang mengandung sumber karbohidrat. Buah-buahan adalah jenis buah-buahan tahunan yang dapat dimakan baik dalam keadaan segar maupun yang telah dikeringkan, umumnya dikonsumsi dalam keadaan mentah Kartikawati 2004. 2.5.3 Bahan pewarna Hasil ekstrak dari tumbuhan bisa menjadi pewarna alami bagi makanan dan bersifat aman bagi kesehatan. Tumbuhan penghasil zat warna adalah tumbuhan yang memiliki zat warna seperti kunyit Curcuma domestica yang digunakan sebagai pewarna makanan sehingga berwarna kuning atau oranye dan daun suji Pleomele angustifolia untuk warna hijau Kartikawati 2004. Selain untuk pewarna makanan, tumbuhan juga dapat digunakan untuk mewarnai rotan atau bahan lain. 2.5.4 Pakan ternak Pakan ternak adalah makanan yang diberikan kepada hewan ternak. Menurut Kartikawati 2004, tumbuhan pakan ternak adalah tumbuhan yang memiliki konsentrasi nutrisi rendah dan mudah dicerna yang merupakan sumber pakan bagi satwa herbivora. Tumbuhan ini dapat diolah dan dibudidayakan meskipun adapula yang tumbuh liar seperti alang-alang. ✾ 2.5.5 Tumbuhan hias ornamen Tumbuhan hias merupakan salah satu komoditi hortikultura non pangan yang digolongkan sebagai hortikultur. Dalam kehidupan sehari-hari, komoditas ini dibudidayakan untuk dinikmati keindahannya Arafah 2005. 2.5.6 Aromatik Tumbuhan aromatik disebut juga dengan tumbuhan penghasil minyak atsiri karena hasil ekstraksi atau penyulingan dari bagian-bagian tumbuhan berupa minyak atsiri. Tumbuhan penghasil minyak atsiri memiliki ciri bau dan aroma karena fungsinya yang paling luas dan umum diminati adalah sebagai pengharum, baik sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun pada produk rumah tangga lainnya Kartikawati 2004. Jenis tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri misalnya jahe Zingiber officinale, cendana Santalum album, kenanga Cananga odorata, dan jenis tumbuhan lainnya. 2.5.7 Pestisida nabati Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini juga berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas pemandul, pembunuh dan bentuk lainnya. Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas Arafah 2005. 2.5.8 Bahan upacara adat Beberapa tumbuhan memiliki sifat spiritual, magis, dan ritual. Penggunaan tumbuhan untuk adat dapat berupa bentuk penggunaan dalam berbagai upacara adat maupun kegiatan adat lainnya. Jenis tumbuhan yang biasanya sering digunakan dalam kegiatan adat adalah kemenyan Styrax sp.. ✵ 2.5.9 Kayu bakar Menurut Sutarno 1996 diacu dalam Arafah 2005, jenis pohon yang ditujukan untuk pemenuhan kayu bakar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a Beradaptasi pada rentangan kondisi yang luas. b Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang singkat. c Tidak merusak tanah dan menjaga kesuburannya. d Tahan penyakit dan hama. e Pengelolaannya memerlukan waktu yang singkat. f Tahan terhadap kekeringan dan toleran terhadap iklim yang lain. g Pertumbuhan tajuk baik, siap tumbuh pertunasan yang baru. h Memiliki manfaat lain yang menguntungkan pertanian. i Menghasilkan percabangan dengan diameter yang cukup kecil untuk dipotong dengan peralatan tangan dan mudah pengangkutannya. j Menghasilkan kayu yang mudah dibelah. k Kadar air rendah dan relatif cepat dikeringkan. l Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar. m Tidak memercikkan api dan cukup aman bila dibakar. n Menghasilkan kayu yang padat dan lebih lama dibakar. 2.5.10 Tali, anyaman, dan kerajinan Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan adalah tumbuhan yang biasa digunakan untuk membuat tali, anyaman, maupun kerajinan. Beberapa jenis tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk membuat anyaman adalah jenis rotan dan bambu. Sedangkan jenis tumbuhan yang biasa digunakan untuk membuat kerajinan adalah jenis pandan-pandanan Pandanus sp. misalnya untuk membuat tikar. ✁✁

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Desa Aur Kuning yang terletak di dalam wilayah administrasi Kecamatan Kampar kiri Hulu dengan ibu kota pemerintahan Kecamatan Gema, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh minggu yaitu pada bulan Juni hingga bulan Agustus 2009.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan yang terdapat di hutan alam Desa Aur Kuning dan masyarakat Suku Melayu Daratan di lokasi penelitian. Sedangkan alat yang digunakan adalah kamera, kertas koran, alkohol 70, gunting, kantong plastik, field guide tumbuhan obat, kuisioner, label gantung, dan alat tulis menulis.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan metode sebagai berikut : 1. Wawancara terhadap responden sebagai narasumber pengguna tumbuhan pada masyarakat Suku Melayu Daratan di Desa Aur Kuning. 2. Observasi lapang yang dilakukan dengan melihat langsung ke lapang spesies tumbuhan yang biasa digunakan oleh masyarakat. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari pustaka dan pihak yang terkait dengan topik penelitian, dalam hal ini masyarakat setempat. Data sekunder diperoleh melalui metode studi literatur pustaka, diskusi dan publikasi yang diperoleh dari : 1. Laporan kondisi umum lokasi penelitian. 2. Laporan-laporan terdahulu yang pernah dilakukan di lokasi penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan dan aspek yang dikaji dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.