Tahap Pengolahan dan Pemrosesan Data

19 c. Analisis hubungan antara sebaran titik panas dengan perubahan penutupanpenggunaan lahan Untuk mengetahui hubungan sebaran titik panas dengan perubahan penutupanpenggunaan lahan dilakukan proses tumpang tindih antara peta sebaran titik panas dengan peta perubahan penutupanpenggunaan lahan pada periode tahun 2005-2006, 2006-2007, 2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011. Dari proses ini dapat diketahui distribusi spasial sebaran titik panas dan distribusi temporal yang mempengaruhi dalam perubahan penutupanpenggunaan lahan. d. Analisis hubungan antara sebaran titik panas dengan anomali curah hujan. Tahap ini menghitung rata-rata dan anomali curah hujan bulanan di Kabupaten Kapuas selama 20 tahun 1990–2009. Anomali curah hujan bulan dihitung dengan membandingkan curah hujan bulanan dengan curah hujan rata- rata selama 20 tahun. Hasil tersebut dibandingkan dengan titik panas tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009. Jika curah hujan rata-rata bulanan lebih tinggi dibandingkan dengan curah hujan bulanan misalnya Agustus tahun 2005, maka anomali curah hujannya adalah negatif bulan kering, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dimungkinkan bahwa pada anomali curah hujan negatif jumlah titik panas yang teridentifikasi lebih banyak dibandingkan jika anomali curah hujan positif basah. Gambar 1 Diagram alir penelitian Curah Hujan Bulanan rata-rata CH Data Curah Hujan CH Bulanan Tahun 1990-2009 Menganalisis Hubungan Titik Panas dengan Anomali Curah Hujan Distribusi Spasial Data Titik PanasSatelit NOAA-AVHRR dan MODISTahun 2005-2011 Mengubah data tabular menjadi data vektor Menganalisis Pola Sebaran Titik Panas pada PenutupanPenggunaan Lahan Tahun 2005- 2011 Menganalisis Hubungan antara Titik Panas dengan Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan PerubahanPenutupanPenggunaan Lahan Tahun 2005-2011 Tumpang Tindih Peta Penggunaan Lahan Tahun: Peta Administrasi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Citra Landsat Tahun 2005-2011 Layer Stack Mozaic Anomali CH 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 Verifikasi penggunaan Penutupan Lahan Interpretasi Citra IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Kabupaten Kapuas adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah dengan ibukota kabupaten ini terletak di Kuala Kapuas. Secara geografis Kabupaten Kapuas terletak di antara 0 o 848 sampai dengan 3 o 2700 Lintang Selatan dan 113 o 236 sampai 114 o 4400 Bujur Timur. Batas administrasi wilayah Kabupaten Kapuas berbatasan dengan kebupaten-kabupaten: sebelah utara dengan Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, sebelah selatan dengan Laut Jawa dan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan, sebelah barat dengan Kabupaten Pulang Pisau, Kota Palangkaraya, dan Gunung Mas, dan sebelah timur dengan Kabupaten Barito Selatan dan Provinsi Kalimantan Selatan. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Secara Administrasi Kabupaten Kapuas terbagi menjadi 17 kecamatan yaitu Basarang, Bataguh, Dadahup, Kapuas Barat, Kapuas Hilir, Kapuas Hulu, Kapuas Kuala, Kapuas Murung, Kapuas Tengah, Kapuas Timur, Mandau Talawang, Mantangai, Pasak Talawang, Pulau Petak, Selat, Tamban Catur, dan Timpah. Gambar 2 Peta lokasi studi

4.2 Topografi

Topografi daerah secara umum terbagi menjadi dua bagian kawasan besar, yaitu kawasan pasang surut sebelah selatan yang berpotensi untuk pertanian tanaman pangan dan kawasan non pasang surut bagian utara yang berpotensi untuk perkebunan karet rakyat dan perkebunan besar swasta. Bagian selatan