Interpretasi Citra Hubungan antara Titik Panas dengan Perubahan Penutupan/ Penggunaan Lahan (Studi Kasus: Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah)

14

2.4 Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan land use adalah semua bentuk intervensi campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik materiil maupun spiritual Arsyad, 2010. Penggunaan lahan land use berhubungan dengan kegiatan manusia pada bidang tertentu, sedangkan penutupan lahan land cover berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada dipermukaan bumi tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut Lillesand and Kiefer 1997. Perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai peralihan fungsi lahan yang semula untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan tertentu pula yang lain. Perubahan penggunaan lahan juga dapat diartikan sebagai bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda Martin 1993 dalam Wahyunto et al. 2001. Perubahan penggunaan lahan umumnya bersifat irreversible tidak dapat balik, karena untuk mengembalikannya dibutuhkan modal yang sangat besar. Perubahan tersebut akan terus berlangsung sejalan dengan meningkatnya jumlah dan aktifitas penduduk dalam menjalankan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang pada akhirnya dapat berdampak positif maupun negatif. Perubahan penggunaan lahan dari hutan ke non-hutan misalnya, dapat mengakibatkan menurunnya daya kemampuan hutan untuk menjalankan fungsi ekologisnya sehingga dapat menimbulkan dampak pada lingkungan yang serius seperti perubahan iklim, berkurangnya keanekaragaman hayati dan ketersediaan sumber daya air serta terjadinya erosi tanah Basyar 2009. Pada umumnya perubahan- perubahan tersebut dapat diamati dengan menggunakan data spasial dari peta penutupanpenggunaan lahan dari titik tahun yang berbeda. Data Penginderaan Jauh seperti citra satelit, radar, dan foto udara sangat membantu dalam pengamatan perubahan penutupanpenggunaan lahan. Pemetaan penutupanpenggunaan lahan sangat berkaitan dengan studi vegetasi, tanaman pertanian, dan tanah. Bagi seorang planner yang harus membuat keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya lahan, data penutupanpenggunaan lahan merupakan data yang paling penting, sehingga biasanya data dipresentasikan dalam bentuk peta dan bersifat ekonomi. Penggunaan citra pengindraan jauh sesuai untuk membuat peta-peta penutupanpenggunaan lahan. Menurut Lillesand and Kiefer 1997, ketersediaan data citra satelit dalam bentuk yang berbeda-beda salinan kertas, volume data digital menyebabkan melimpahnya aplikasi untuk pemetaan penggunaan penutupan lahan. Menurut Lo 1995, perhitungan perubahan penutupanpenggunaan lahan dapat dilakukan dengan pendekatan deteksi perubahan perbandingan pascaklasifikasi, dimana pendekatan ini dapat menghasilkan statistik perubahan dengan detail. Pada pendekatan ini, pengklasifikasian dilakukan secara terpisah setiap scene Landsat. Untuk menyakinkan kesesuaian, kategori kelas pengklasifikasian yang digunakan harus sama. Kemudian hasilnya ditumpang- tindihkan dan dibandingkan, sehingga areal perubahan penutupanpenggunaan lahan dapat diidentifikasi. Hasil tumpang tindih tersebut adalah perubahan 15 persentase areal diantara dua waktu dan matriks perubahan yang menunjukkan bagaimana perubahan yang terjadi untuk kelas tertentu dari satu tahun ke tahun berikutnya. 2.5 Citra Satelit Landsat 7 ETM+ Satelit Landsat 7 sensor Enhanced Thematic Mapper Plus ETM+ merupakan satelit observasi permukaan bumi yang masih digunakan hingga sekarang. Satelit ini diluncurkan pada tanggal 15 April 1999, dengan orbit pada ketinggian 705 ± 5 km, dengan siklus 16 hari. Sensor ETM memiliki pengamatan spektral menggunakan 7 band dengan penembahan pankromatik band-8, dan resolusi radiometrik 8 bit. Karkteristik panjang gelomnbang sensor ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik panjang gelombang satelit Landsat 7 ETM+ Band Panjang Gelombang µm Resolusi Spasial m Spektralradiasi 1 0.45-0.52 30 x 30 Visibel – biru 2 0.52-0.60 30 x 30 Visible – hijau 3 0.63-0.69 30 x 30 Visibel – merah 4 0.77-0.90 30 x 30 Infra merah dekat 5 1.55-1.75 30 x 30 Infra merah menengah 6 10.40-12.50 60 x 60 Thermal infra merah 7 2.09-2.35 30 x 30 Infra merah menengah 8 0.52-0.90 15 x 15 Visibel Pada tanggal 31 Mei 2003, Scan Line Corrector SCL yang berfungsi mengatur arah perekaman citra landsat 7 mengalami kegagalan kerja rusak secara permanen, sehingga menyebabkan arah perekaman sensor ETM+ menjadi zigzag. Hal itu menyebabkan hasil citra yang terekam setelah tanggal tersebut, terdapat sebagian data yang hilang DN=0 yang sering disebut celahgap. III BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai Desember 2012 dengan memilih Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah sebagai lokasi studi. Persiapan, pengolahan dan analisis data secara digital dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer terdiri atas Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2005 sampai 2011. Data sekunder terdiri atas peta administrasi, peta pengggunaanpenutupan lahan Kabupaten Kapuas tahun 2010, data titik panas, dan data curah hujan TRMM. Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Bahan yang digunakan dalam penelitian No. Data Sumber Data 1. Citra Landsat partrow : 11860, 11861, 11862 yang diakuisisi tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 Usgs.glovis.com 2. Peta Administrasi Kabupaten Kapuas Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional 3. Peta PenutupanPenggunaan Lahan Kabupaten Kapuas Tahun 2010 Columbia University and Institut Pertanian Bogor Partnership to Build Capacity for Adaptation to Climate Risks in Indonesia. 4. Data Titik Panas KLH tahun 2005 hingga tahun 2011 Badan Kementrian Lingkungan Hidup yang bersumber dari citra satelit NOAA- AVHRR 5. Data Titik Panas Modis tahun 2005 hingga tahun 2011 modis.gsfc.nasa.gov 6. Data Curah Hujan tahun 1990 hingga tahun 2009 Kab. Kapuas TRMM Tropical Rainfall Measuring Mission Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat komputer dengan perangkat lunak berupa ArcGIS 9.3 dan Erdas Imagine 9.2.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri atas 3 tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengolahan dan pemrosesan data, dan tahap analisis data spasial. Secara ringkas tahap penelitian disajikan pada Gambar 1.