Analisis Data Pengaruh Penambahan Minyak Nilam sebagai Fiksatif terhadap Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami.

6

2.4.3 Uji Ketahanan Wangi Produk Gel Pengharum Ruangan

Pengujian ketahanan wangi gel pengharum ruangan dilakukan pada hari ke- 7, ke-14, ke-21 dan ke-28 hari penyimpanan. Uji ketahanan wangi dilakukan untuk mengetahui umur pemakaian dan ketahanan wangi gel pengharum ruangan apakah antara produk gel pengharum ruangan tanpa penambahan minyak nilam dan dengan penambahan minyak nilam mengalami perbedaan ketahanan wangi selama penyimpanan. Uji sensori yang dilakukan adalah uji perbandingan pasangan yang menggunakan minimal 25 panelis Resurrection, 1998. Masing- masing sampel diuji ketahanan wanginya dengan menggunakan sampel pembanding. Sampel pembanding dibuat tanpa dilakukan penyimpanan. Hasil penilaian panelis dikonversi ke dalam persen, lalu hasil penilaian tersebut dirata- rata dan didapatlah sisa ketahanan wangi tiap minggunya. Parameter yang diuji adalah ketahanan wangi produk dengan skala yang digunakan yaitu 1 sangat wangi = 175, 2 lebih wangi = 150, 3 agak lebih wangi = 125, 4 sama wangi = 100, 5 agak kurang wangi = 75, 6 kurang wangi = 50 dan 7 sangat kurang wangi = 25 dengan 15 orang panelis. Form untuk uji ketahanan wangi dapat dilihat pada Lampiran 4.

2.4.4 Efektifitas Minyak Nilam sebagai Bahan Fiksatif

Efektifitas minyak nilam sebagai bahan fiksatif dilihat dari hasil persentase susut bobot dan ketahanan wangi gel pengharum ruangan Rahmaisni 2011. Minyak nilam dikatakan efektif dalam mengikat wangi pada gel pengharum ruangan apabila gel pengharum ruangan yang ditambah minyak nilam memiliki persentase susut bobot lebih kecil dan memiliki ketahanan wangi yang lebih baik dibandingkan dengan gel pengharum ruangan yang tidak ditambah minyak nilam selama penyimpanan.

2.5 Analisis Data

Rancangan yang digunakan dalam pembuatan produk gel pengharum ruangan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL satu faktor dengan dua ulangan. Rancangan percobaan tersebut memiliki model matematika sebagai berikut : Y ij = µ + σ i + ε ij Keterangan : Y ij = Nilai pengamatan ke-j dari perlakuan ke-i µ = Rata-rata umum mean populasi σ i = Pengaruh perlakuan ke-i ε j = Pengaruh galat percobaan i = Jumlah perlakuan j = Jumlah ulangan 7 Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan deskriptif dan metode sidik ragam. Pendekatan deskriptif dilakukan dengan cara menghitung nilai rata- rata dan menyajikannya dalam bentuk tabel dan gafik. Metode sidik ragam dilakukan untuk mengetahui apakah antar terdapat perbedaan atau tidak terhadap susut bobot. Apabila diantara perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji lanjut Duncan. Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah : H0 : Perbedaan formula tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase susut bobot. H1 : Perbedaan formula memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase susut bobot. Hasil uji organoleptik yaitu hasil uji perbandingan berpasangan dianalisis menggunakan metode ststistik non parametrik yaitu dengan uji friedman. uji friedman digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasangan bila datanya berbentuk ordinal rangking. Data yang berbentuk interval atau rasio di ubah ke dalam data ordinal Sugiyono 2011. Karena distribusi yang terbentuk adalah distribusi Chi-Kuadrat, maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : ∑ Keterangan : N = jumlah panelis k = jumlah kategori perlakuan R j = jumlah rangking Hipotesis : H0 : Perbedaan formula tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap warna, wangi dan ketahanan wangi. H1 : Perbedaan formula memberikan pengaruh yang nyata terhadap warna, wangi dan ketahanan wangi. 8 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Penelitian Pendahuluan