Aspek Biofisik dan Sosial-budaya

4.6 Pengetahuan Ekologi Lokal Bambu di Hulu DAS Kali Bekasi

4.6.1 Aspek Biofisik dan Sosial-budaya

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 menjelaskan mengenai definisi desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten. Di Indonesia desa diistilahkan berbeda-beda menurut daerah masing-masing, sebagai contoh di Nanggroe Aceh Darussalam disebut gampong, di Sumatera Barat disebut nagari, di Sulawesi Selatan disebut lembang, oleh masyarakat Minahasa disebut wanua, di Bali disebut banjar, dan oleh masyarakat Sunda disebut kampung. Dalam penelitian ini penggunaan istilah kampung merujuk pada kesatuan masyarakat yang lebih kecil dari desa atau kelurahan dan berada di bawah sistem pemerintahan desa atau kelurahan. Dalam penelitian ini wilayah hulu DAS bagian atas diwakili oleh Kampung Cimandala, hulu DAS bagian tengah oleh Kampung Landeuh, dan hulu DAS bagain bawah oleh Kampung Leuwijambe. Kondisi topografi kampung di lokasi pengamatan hulu DAS bagian atas dan tengah adalah bergelombang hingga sangat curam, sedangkan kampung di hulu DAS bagian bawah adalah landai dengan suhu rata-rata bulanan lebih tinggi di hulu DAS bagian atas dan tengah dibandingkan hulu DAS bagian bawah dengan kelembaban relatif yang lebih tinggi di hulu DAS bagian bawah dibandingkan lokasi pengamatan lainnya di hulu DAS atas dan tengah. Jenis tanah di lokasi pengamatan adalah sama yaitu kompleks latosol merah kekuningan latosol coklat podsolik. Penggunaan lahan di kedua desa pada umumnya adalah sama yaitu untuk sawah, rumah dan pekarangan, ladang, empang, kuburan, dan penggunaan lainnya. Di kampung di hulu DAS bagian atas dan tengah yang masuk dalam satu wilayah administrasi Desa Karang Tengah memiliki perbandingan penggunaan lahan terbangun dengan tidak terbangun yang lebih besar 64 area terbangun dan 36 tidak terbangun dibandingkan dengan kampung di hulu DAS bagian bawah yang terletak di Desa Kadumanggu 85 area terbangun dan 15 area tidak tebangun Kecamatan Babakan Madang Dalam Angka, 2009. Ketiga kampung di lokasi pengamatan hulu DAS bagian atas, tengah, dan bawah terletak pada wilayah administrasi Desa Karang Tengah dan Desa Kadumanggu, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Desa Karang Tengah dan Desa Kadumanggu memiliki luas masing-masing sekitar 28,59 km2 dan 4,10 km 2 . Dengan jumlah penduduk yang hampir sama yaitu sekitar 14 ribu jiwa dan luasan Desa Karang Tengah yang mencapai hampir tujuh kali lipat dengan kepadatan mencapai 3.474 jiwakm 2 jika dibandingkan dengan Desa Kadumanggu Tabel 20. Sedangkan di Desa Karang Tengah, kepadatan penduduk mencapai 500 jiwakm 2 . Tabel 20. Kondisi Biofisik dan Sosial-budaya di Lokasi Pengamatan Lokasi DAS Aspek Biofisik Elevasi Topografi Suhu °C RH Jenis tanah Penggunaan lahan Kepadatan penduduk jiwakm 2 Atas 700 15-25 bergelom- bang hingga 40 sangat curam 24-30 58-82 Kompleks latosol merah kekuninga n latosol coklat podsolik Sawah 9,97, perumahan dan pekaranga n 24,52, ladang 4,02, empang 0,09, kuburan 0,2, dan lainnya 61,21 500 Tengah 300-700 Bawah 0-300 8-15 landai sangat curam 25-26 76-89 Sawah 6,10, perumahan dan pekaranga n 36,59, empang 0,24, kuburan 0,24, dan lainnya 56,83 3.474 Lanjutan Tabel 20 Lokasi DAS Aspek Sosial-Budaya Arsitektur bangunan Asal keturunan Suku Atas permanen=3,6 semi-permanen=58,50 non-permanen=37,90 Banten dan Cirebon Sunda dominan Tengah Bawah permanen=73,90 semi-permanen=15,90 non-permanen=10,20 Sumber: Potensi Desa dan Kecamatan Babakan Madang Dalam Angka, 2009 Sebagian besar arsitektur bangunan di hulu DAS bagian atas adalah semi permanen dan non-permanen yang menerapkan arsitektur rumah panggung etnis Sunda yang sebagain besar bahan bakunya berasal dari kayu dan bambu Gambar 34. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan bambu sangat melekat bagi masyarakat di Jawa Barat ethnobotani, khususnya Sunda. Namun sebaliknya, pemanfaatan bambu di kepulauan Sunda Kecil wilayah kepulauan yang terletak di sebelah timur pulau Bali tidak sebanyak masyarakat di pulau Jawa dan Bali. Hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakatnya Widjaja, 2001b. Gambar 34. Berbagai Karakter Rumah di Hulu DAS Kali Bekasi Berbeda dengan kondisi di hulu DAS atas dan tengah, masyarakat di hulu DAS bagian bawah sebagian besar arsitektur bangunannya bergaya modern dimana bahan bakunya terbuat dari beton. Hasil wawancara menunjukkan bahwa rumah panggung memiliki persepsi yang lebih dekat kepada kelompok masyarakat miskin dan tidak mampu. Oleh sebab itulah, masyarakat setempat berpendapat bahwa semakin modern dan semakin mampu suatu masyarakat secara finansial, maka keinginan untuk merubah gaya arsitektur bangunan tradisional non-permanen semi-permanen permanen Sumber: Dok. Pribadi Pratitou rumah panggung menjadi rumah beton akan semakin besar pula. Hal ini akan berdampak pada penurunan pemanfaatan bambu sebagai bahan baku bangunan. Karakter masyarakat di tiga lokasi pengamatan kampung memiliki kesamaan sejarah yang sama yaitu berasal dari keturunan Cirebon dan Banten. Sekitar abad ke-18 pendatang dari Cirebon dan Banten datang ke daerah tersebut sebagai pedagang maupun sebagai kiyai. Hal ini dibuktikan dengan adanya makam Mbah Aji Putih di Gunung Pancar dan makam Mbah Mahad di Hulu DAS bagian bawah Gambar 35 yang masih memiliki satu garis keturunan. Pada masa itu Desa Karang Tengah merupakan kawasan hutan. Pada tahun 1927 terbentuklah Desa Cisadon di daerah yang saat ini menjadi Desa Karang Tengah. Di masa pemerintahan Belanda pimpinan Samuel de Mayer Samlock, kawasan ini merupakan kawasan perkebunan teh dan kina. Setelah masa kemerdekaan, lahan- lahan bekas perkebunan teh dan kina tersebut kemudian dibagi-bagikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Karang Tengah. Menurut hasil wawancara yang dilakukan terhadap tokoh masyarakat di Desa Karang Tengah, Kampung Cimandala pada awalnya terbentuk dari sekelompok pasukan DITII yang melakukan pelarian ke daerah di sekitar Gunung Pancar. Kampung pelarian itu kemudian dikenal sebagai kampung “ngumpet” atau tempat bersembunyi karena letaknya yang berada di balik gunung yang secara geografis menjadikan tempat itu terisolasi. Kemudian bekas tentara tersebut berbaur dan hidup bersama dengan penduduk setempat di tempat yang saat ini menjadi Kampung Cimandala. Gambar 35. Makam Mbah Mahad Sumber: Pratitou Saat ini kondisi masyarakat di kedua desa tersebut didominasi oleh suku Sunda. Namun terdapat pula etnis lainnya yang datang dan menetap di kedua desa tersebut. Terdapat satu perusahaan pengembang perumahan di Desa Karang Tengah dan dua perusahaan pengembang perumahan di Desa Kadumanggu dimana penghuninya merupakan pendatang yang berasal dari berbagai macam etnis Kecamatan Babakan Madang Dalam Angka, 2009. Para pendatang ini datang dan menetap dan kemudian berbaur dengan masyarakat setempat. Dengan adanya interaksi antara masyarakat asli dengan pendatang menunjukkan terjadinya akulturasi diantara budaya Sunda yang merupakan budaya asli masyarakat di kedua desa tersebut dengan budaya dari etnis lainnya.

4.6.2 Sistem Agroforestri