Analisis Citra Klasifikasi Tutupan Lahan

3.6 Metode Analisis

3.6.1 Analisis Citra Klasifikasi Tutupan Lahan

Dalam melakukan analisis citra, data satelit image yang digunakan adalah ALOS AVNIR-2 yang diambil pada tanggal 17 Juli 2009 menggunakan resolusi spasial 10 m. Kombinasi band yang digunakan adalah kombinasi band 3-2-1. Seluruh proses analisis citra dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ERDAS IMAGINE 9 dengan melewati beberapa proses kegiatan yang terdiri dari tahap persiapan pra-proses yang meliputi kegiatan koreksi geometrik georeference dan proses memotong image subset image Gambar 4. Tahap selanjutnya adalah proses analisis yang dimulai dengan ground truthing terhadap image yang telah dikoreksi dan di potong. Tahapan ini kemudian dilanjutkan dengan membuat training area dengan pembuatan AOI area of interest dan melakukan klasifikasi terbimbing supervised classification menggunakan metode peluang maksimum atau maximum likelihood method . Pendugaan terhadap tingkat akurasi atau accuracy assessment dilakukan pada tahap akhir kegiatan. Pendugaan tingkat akurasi menggunakan overall accuracy dan akurasi Kappa. Setelah peta tutupan lahan dihasilkan, untuk mengetahui distribusi bambu dan luasannya di hulu DAS bagian atas, tengah, maupun bawah selanjutnya dilakukan proses tumpang susun overlay antara peta tutupan lahan bambu dengan peta kelas ketinggian hulu DAS dengan membuat tiga kelas ketinggian yaitu ketinggian 0-300 m dpl, 300-700 m dpl, dan 700 m dpl. Proses ini diselesaikan dengan menggunakan perangkat lunak ArcView 3.2 dan selanjutnya dihasilkan peta sebaran luas tutupan lahan bambu untuk masing- masing lokasi berdasarkan ketinggian hulu DAS bagian atas, tengah, dan bawah. Berikut dijelaskan secara rinci mengenai masing-masing tahapan yang dilakukan dalam proses analisis citra klasifikasi tutupan lahan. Gambar 4. Proses Pengolahan Citra ALOS AVNIR-2 3.6.1.1 Koreksi geometrik Menurut Jaya 2010, koreksi geometrik merupakan proses melakukan transformasi data dari satu sistem grid menggunakan suatu transformasi geometrik. Pertimbangan dilakukannya koreksi geometri ini antara lain bertujuan untuk: 1. Membandingkan dua citra atau lebih untuk lokasi tertentu, 2. Membangun SIG dan melakukan permodelan spasial, 3. Meletakkan lokasi-lokasi pengambilan training area sebelum melakukan klasifikasi, 4. Membuat peta dengan skala yang teliti, 5. Melakukan overlay citra dengan data spasial lainnya, 6. Membandingkan citra dengan data spasial lainnya yang mempunyai skala yang berbeda, PRAPROSES Citra ALOS AVNIR-2 Georeference Citra ALOS AVNIR-2 terkoreksi Penentuan training area Peta tutupan lahan Supervised classification Maximum Likelihood Method Ground truthing PROSES Subset image Accuracy assessment AOI 7. Membuat mozaik citra, dan 8. Melakukan analisis yang memerlukan lokasi geografis dengan presisi yang tepat. Tahapan georeference ini dilakukan dengan memproyeksikan citra dengan menggunakan sistem proyeksi UTM Universal Transverse Mercator WGS 84 dengan zona UTM 48S. Keseluruhan proses dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ERDAS Imagine 9.1. 3.6.1.2 Memotong Image Subset Image Proses memotong image suatu citra dengan menggunakan ERDAS disebut dengan subset image. Setelah citra dikoreksi dilanjutkan dengan melakukan pemotongan citra subset image sesuai lokasi studi yaitu hulu DAS Kali Bekasi. Pemotongan citra menggunakan peta deliniasi DAS bagian hulu diperoleh dari BPDAS Ciliwung-Citarum yang didijitasi ulang dan disimpan dalam format .aoi file. Proses pemotongan citra dengan perangkat lunak ERDAS Imagine 9.1 dilakukan dengan menggunakan menu DATAPREP-SUBSET IMAGE. Setelah proses subset selesai, maka citra siap dianalisis Gambar 5. Gambar 5. Proses Pemotongan Citra ALOS AVNIR-2 3.6.1.3 Klasifikasi Terbimbing Supervised Classification Klasifikasi terbimbing merupakan proses klasifikasi yang dilakukan dengan arahan analis supervised classification. Kriteria pengelompokan kelas Sebelum Sesudah ditetapkan berdasarkan penciri kelas atau class signature yang diperoleh analis melalui pengamatan area contoh atau training area. Penciri kelas ini merupakan suatu set data yang diperoleh dari suatu training area, ruang fitur feature space, dan klaster. Penciri kelas diperlukan dalam proses klasifikasi. Penciri kelas dapat berupa penciri kelas parametrik dan penciri kelas non-parametrik. Dalam penciri kelas parametrik didasarkan pada parameter-parameter statistik seperti jumlah bandkanal dalam citra input, nilai minimum dan maksimum masing-masing band dari suatu contoh training area atau klaster, nilai rata-rata masing-masing band pada masing-masing kelas atau klaster, nilai ragam-peragam dari suatu kelas atau klaster, dan jumlah piksel dalam setiap klaster. Dalam penciri non-parametrik penciri kelas berdasarkan pada area of interest AOI yang dibuat pada gambar feature space untuk citra yang akan diklasifikasi. Metode non-parametrik menggunakan penciri kelas non-parametrik untuk mengelompokkan pikselnya ke dalam suatu kelas berdasarkan lokasinya, baik di dalam maupun di luar area feature space. Metode klasifikasi terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode peluang maksimum maximum likelihood classifier dengan menggunakan penciri non-parametrik AOI. Dalam penelitian ini penciri kelas yang dibuat adalah sebanyak sepuluh kelas dengan masing-masing penciri kelas dibuat sebanyak 4-5 training area secara merata pada seluruh kawasan. Jenis-jenis penciri kelas yang dibuat antara lain tanah terbuka bare land, semak shrub and bush, sawah paddy field, ladang dry land agriculture, kebun mix garden, hutan forest, badan air water bodies, area terbangun built area, awan cloud and shade, serta interpretasi tegakan bambu bamboo stands 3.6.1.4 Pendugaan Tingkat Akurasi Accuracy Assessment Pendugaan terhadap tingkat akurasi digunakan untuk mengetahui tingkat keakuratan hasil klasifikasi yang telah dilakukan. Pendugaan tingkat akurasi dapat menggunakan titik-titik hasil ground truthing di lapangan. Dengan menggunakan ERDAS, pendugaan akurasi dapat dilakukan dengan membuat tiga bentuk laporan yaitu matriks yang secara sederhana membandingkan kelas acuan dengan kelas hasil dalam matriks c x c, laporan total akurasi yang dihitung secara statistik, dan Kappa statistik. Menurut Jaya 2010, secara konvensional tingkat akurasi dapat diukur berdasarkan persentase jumlah piksel yang dikelaskan secara benar dibagi dengan jumlah total piksel yang diklasifikasi. Akurasi tersebut sering disebut dengan overall accuracy atau akurasi umum. Namun, akurasi ini jarang digunakan sebagai indikator yang baik untuk mengukur kesuksesan suatu klasifikasi karena hanya menggunakan piksel-piksel yang terletak pada diagonal suatu matriks kontingensi. Akurasi yang dianjurkan adalah akurasi Kappa. Penelitian ini menggunakan akurasi Kappa dengan ekstensi Jaya’s Kappa Dendogram V 1.2 pada ArcView 3.2. Akurasi ini menggunakan semua elemen dalam matriks. Persamaan matematis dari akurasi Kappa adalah sebagai berikut: Keterangan: X ii = nilai diagonal dari matriks kontingensi baris ke-I dan kolom ke-i X +i = jumlah piksel dalam kolom ke-i X i+ = jumlah piksel dalam baris ke-i N = banyaknya piksel dalam contoh

3.6.2 Analisis Indeks Biomassa