biomassa bambu dapat dihitung dengan melihat hubungan antara DBH buluh dengan total berat kering bambu yang berasal dari buluh culms, cabang
branches, dan daun leaves. Persamaan indeks biomassa bambu yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti persamaan indeks biomassa
yang digunakan Saroinsong 2007 sebagai berikut:
Keterangan: D= Diameter setinggi dada DBH
B
B
= Indeks biomassa cabang B
C
=Indeks biomassa buluh B
L
= Indeks biomassa daun 3.6.2.1 Indeks Biomassa Tegakan Pohon
Indeks biomassa pohon didefinisikan sebagai jumlah total dari total bahan organik yang terdapat di atas tanah atau berat kering dalam ton per unit area
Brown, 1997. Persamaan dalam menentukan volume pohon biomassa dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan Brown 1997 adalah:
Keterangan: Y = biomassa
D = diameter setinggi dada cm a,b = konstanta untuk daerah tropis lembab, dengan a=0,11 dan b=2,53
3.6.3 Analisis Indeks Keanekaragaman Shannon’s-Wienner
Keanekaragaman spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk
B
C
=0,09103D
2 1,1286
B
B
=0,04469D
2 0,7569
B
L
=0,00122D
2 1,0064
menyatakan struktur komunitas dan mengukur stabilitas komunitas Soegianto, 1994. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi
jika disusun oleh banyak spesies. Untuk mengetahui keanekaragaman spesies baik itu keanekaragaman spesies bambu dan non-bambu digunakan perhitungan
dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-Wienner Odum, 1993; Soegianto, 1994.
Keterangan: H’= Indeks keanekaragaman Shannon’s
pi = proporsi spesies ke-i dalam komunitas 3.6.4 Analisis Deskriptif Pengetahuan Ekologi Lokal
Pengukuran terhadap pengetahuan ekologi lokal dilakukan dengan mengadaptasi metode yang disampaikan oleh Walker et al. 1997, Sinclair dan
Walker, 1999, dan Mulyoutami 2009 yaitu metode sistem berbasis pengetahuan the knowledge based-sistem methodology. Di dalam penerapan
metode ini dilakukan pemilihan individu sebagai informan kunci key informant. Setelah informan kunci terpilih, kemudian dilakukan wawancara. Selanjutnya,
untuk mendapatkan data mengenai keragaman spesies yang ada, maka dilakukan observasi langsung dengan mengidentifikasi jenis-jenis tanaman yang ditemui
baik itu untuk jenis bambu maupun non-bambu serta wawancara untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan ekologi lokal yang diterapkan
petani maupun masyarakat dalam kegiatan pengelolaan. Analisis dilakukan secara deskriptif berdasarkan daftar pertanyaan
terhadap berbagai aspek yang terkait tentang pengetahuan lokal, seperti tentang latar belakang pemilik dan kepemilikan terhadap tegakan bambu yang dimiliki
atau dikelola, nilai penting dari adanya tegakan bambu, pengelolaannya, serta bagaimana tingkat pengetahuan pemilik atau pengelola dalam mengelola tegakan
bambu secara ekologi LEK. Selain melakukan observasi pada jenis tegakan H
′
pi log pi
bambu, juga dilakukan observasi pada jenis tegakan non-bambu yang tumbuh di sekitar bambu, serta tumbuhan bawah yang terdapat di dalam plot pengamatan.
Analisis terhadap bambu, non-bambu, serta tumbuhan bawah dilakukan untuk mengetahui ragam jenis tanaman tersebut.
3.7 Teknik Penyajian Data