2.3 Daerah Aliran Sungai
Menurut Asdak 1995 dan Notohadiprawiro 1980, daerah aliran sungai DAS merupakan suatu bentang alam yang menerima dan menyimpan curah
hujan yang jatuh di atasnya, dan kemudian mengalirkannya melalui sungai-sungai kecil menuju sungai utama, dan akhirnya bermuara pada suatu tubuh air bumi
berupa danau, waduk, atau lautan. Sedangkan Arsyad, et al. 1985 mendefinisikan DAS sebagai suatu wilayah yang terletak di atas suatu titik
pengamatan pada suatu sungai yang oleh batas-batas topografi mengalirkan air yang jatuh di atasnya ke dalam sungai yang sama. Dengan demikian DAS
merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah
hujan, menyimpan, dan mengalirkannya melalui sungai dan anak-anak sungai ke danau atau ke laut secara alami.
Batas suatu DAS dapat ditentukan berdasarkan perilaku dari bentang aliran airnya. Biasanya bentang aliran tersebut dibatasi oleh pemisah topografis berupa
punggung-punggung bukit, puncak-puncak gunung, dan lapisan kedap air di bawah permukaan tanah. Pemisah-pemisah topografi tersebut secara faktual
merupakan batas antara DAS yang satu dengan DAS lainnya. Dengan demikian, batas DAS di darat berupa pemisah topografis dan batas DAS di laut sampai
dengan perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan PP 262008. Sebuah DAS dapat terdiri dari sub DAS yang selanjutnya dapat terdiri dari beberapa sub-
sub DAS. Suatu pulau atau benua terbagi habis dalam beberapa DAS Arsyad, et al.,1985.
DAS dapat dipandang sebagai suatu ekosistem dimana di dalamnya terdapat komponen lingkungan fisik kimia tanah dan iklim dan komponen
biologi jasad hidup yang saling berinteraksi secara dinamik. Di dalamnya terdapat keseimbangan antar energi dan material yang keluar. Dalam sistem
pengelolaan DAS menurut Ilyas 1985 pengelolaan tanah dan air dalam DAS dikatakan baik apabila penggunaannya dilakukan secara rasional untuk
mendapatkan manfaat yang optimum dan lestari dengan bahaya kerusakan sekecil-kecilnya. Wilayah DAS kemudian dibagi menjadi wilayah hulu, wilayah
tengah, dan wilayah hilir. Ciri DAS bagian hulu antara lain memiliki tingkat
kemiringan lereng 15 dengan konsentrasi kerapatan drainase tinggi, tingkat permukaan air tanah ditentukan pola drainase, dan bukan merupakan daerah
banjir. Bagian hilir DAS memiliki ciri-ciri yaitu memiliki tingkat kemiringan 8 dengan kerapatan drainase tinggi, merupakan daerah pemanfaatan, dan pada
beberapa tempat merupakan daerah genangan banjir. Sedangkan DAS bagian tengah merupakan daerah transisi diantara keduanya Asdak, 1995.
2.4 Kearifan Lokal dan Jasa Lingkungan