Lanjutan Tabel 2
Jenis Data
Indikator Pengamatan
Unit Sumber Data
Metode Analisis
Pengeta- huan
ekologi lokal
Aspek kepemilikan, nilai
penting, pengelolaan, dan
tingkat pengetahuan
ekologi lokal -
Wawancara dengan informan kunci
Analisis deskriptif
pengetahuan ekologi lokal
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Observasi Tanaman
Pengumpulan data jumlah dan jenis tegakan bambu maupun non-bambu di lokasi pengamatan dilakukan dengan membuat plot dengan menerapkan metode
kombinasi, yaitu menggabungkan antara metode jalur dan metode garis berpetak Indriyanto, 2006. Terdapat tiga plot ulangan di dalam satu lokasi pengamatan
baik itu di hulu DAS bagian atas, tengah, maupun bawah. Plot ditentukan secara purposive acak di dalam kebun campuran yang di dalamnya terdapat pertanaman
bambu maupun di dalam lahan yang bukan kebun campuran namun di dalamnya juga terdapat tegakan bambu. Dalam pelaksanaan di lapangan, metode jalur
digunakan untuk melakukan observasi jenis tegakan bambu maupun tegakan non- bambu dalam plot pengamatan. Dalam metode jalur dibuat jalur-jalur dengan
jarak 10 m yang dibuat sejauh 50 m Gambar 3. Observasi pada tegakan bambu dilakukan dengan menganalisis jumlah dan
jenis bambu serta mengukur diameter bambu setinggi dada atau DBH diameter at breast heigh. Sedangkan pada tegakan non-bambu dilakukan dengan
menganalisis jumlah dan jenis tegakan pohon yang tumbuh di sekitar bambu serta mengukur DBH pohon yang memiliki diameter 2 cm. Pengukuran DBH
dilakukan untuk menghitung indeks biomassa dalam rangka mengetahui potensi pertumbuhannya baik tegakan bambu maupun non-bambu. Untuk mengetahui
keragaman jenis tumbuhan bawah yang terdapat dalam masing-masing jalur digunakan metode garis berpetak. Metode ini dilakukan dengan membuat petak-
petak kecil berukuran 2 m x 2 m di dalam petak berukuran 10 m x 10 m sejauh jalur pengamatan 50 m.
Gambar 3. Bentuk dan Ukuran Jalur Pengamatan Bambu, Non-bambu, dan Tumbuhan Bawah
3.5.2 Wawancara
Wawancara dilakukan secara terfokus focused interviews dengan metode wawancara semi terstruktur semi-structured dan menerapkan metode the
knowledge based-systems methodology atau sistem berbasis pengetahuan SBP untuk mengumpulkan data pengetahuan lokal berbasis ekologi Walker et al.,
1997; Sinclair dan Walker, 1999; Mulyoutami et al., 2009. Penerapan metode ini dilakukan dengan memilih informan kunci key informant yang memiliki
pengetahuan mengenai pengelolaan tegakan bambu, serta bersedia dan kooperatif untuk diwawancara. Dalam penelitian ini, jumlah informan kunci yang dipilih
adalah sebanyak sembilan orang. Informan kunci yang dipilih merupakan petani maupun masyarakat lokal yang merupakan pemilik kebun bambu atau tegakan
bambu, atau petani maupun masyarakat lokal yang mengelola kebun bambu serta memanfaatkan bambu yang tumbuh di sekitar tempat tinggal mereka
Kegiatan wawancara dilakukan dengan disertai kegiatan observasi di lapangan. Hal ini dilakukan sebagai rangkaian kegiatan yang saling terintegrasi
dalam aktivitas wawancara. Panduan pertanyaan dalam wawancara meliputi empat aspek pertanyaan terkait kepemilikan, nilai penting tanaman, pengelolaan,
dan pengetahuan ekologi lokal Tabel 3. Untuk aspek kepemilikan lahan, baik berupa kebun bambu atau talun bambu maupun tegakan bambu sebagai tanaman
pembatas pertanyaan yang diajukan meliputi lama tinggal dan luasan kebun bambu atau talun bambu yang dimiliki atau dikelola. Selanjutnya pertanyaan
mengenai aspek nilai penting dari keberadaan tegakan bambu meliputi pemahaman responden tentang manfaat bambu, baik itu manfaat ekologis bambu
bagi lingkungan maupun manfaat sosial bambu bagi masyarakat sekitar.
2 1
3 4
5 Arah jalur pengamatan
50 m
10 m
10 m 2 m
2 m
Untuk aspek pengelolaan dari tegakan bambu tersebut juga menjadi pertanyaan penting untuk digali terkait pelaku pengelolaan, kegiatan pengelolaan,
frekuensi pengelolaan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan tersebut. Sedangkan untuk aspek tingkat pengetahuan lokal dalam pengelolaan
bambu terkait dengan praktek-praktek yang diterapkan dalam mengelola bambu yang terkait dengan aspek ekologis serta sumber dari pengetahuan yang
diterapkan tersebut, apakah merupakan introduksi dari luar atau merupakan warisan pengetahuan.
Tabel 3. Aspek Dalam Menggali Pengetahuan Ekologi Lokal Bambu
No. Aspek Yang Diamati
Daftar Pertanyaan
1. Kepemilikan
1. Berapa lama anda tinggal di sini?
2. Ada berapa generasi yang telah tinggal di
sini? 3.
Apakah anda memiliki kebun bambukebon awitegakan bambu?
4. Jika iya, berapa luasan kebon awitegakan
bambu yang anda miliki? Jika tidak, siapa pemilik kebon awitegakan bambu ini?
2. Nilai penting
1. Apa persepsi anda tentang kebon
awitegakan bambu yang anda milikikelola?
2. Menurut anda, nilai penting apa saja yang
dimiliki dengan adanya kebon awitegakan bambu?
3. Menurut anda, apa peran kebon
awitegakan bambu bagi lingkungan, masyarakat, sumber pendapatan dalam
rupiah, jika ada?
3. Pengelolaan
1. Siapa yang melakukan kegiatan
pengelolaan terhadap kebon awitegakan bambu ini?
2. Apakah anda melakukan kegiatan
pengelolaan kebon awitegakan bambu? Jika iya, bagaimana anda mengelola kebon
awitegakan bambu ini?
3. Berapa sering frekuensi kebon
awitegakan bambu ini dikelola dipanen, dimanfaatkan, dll?
4. Berapa biaya yang dibutuhkan dalam
mengelola kebon awitegakan bambu ini sebulansetahunsemusim panen?
Lanjutan Tabel 3
No. Aspek Yang Diamati
Daftar Pertanyaan
4. Tingkat pengetahuan
ekologi lokal atau tradisional
1. Adakah nilai pengetahuan lokal yang
diterapkan dalam mengelola kebon awitegakan bambu? Jika ada, sebutkan
bentuk-bentuk pengelolaan yang diterapkan.
2. Darimanakah asal pengetahuan lokal
pengelolaan kebon awitegakan bambu tersebut? Apakah pengetahuan tersebut
diwariskanditurunkan?
3. Apakah pengetahuan yang diterapkan di
tempat ini mendapat introduksi dari luar kombinasi pengetahuan tradisional
dengan pengetahuan modern? Atau merupakan pengetahuan asli?
4. Apakah ada kegiatan penyuluhan atau
pembinaan pemerintahswasta terkait dengan kegiatan pengelolaan kebon
awitegakan bambu?
Sumber: Walker et al. 1997, Sinclair dan Walker 1999, Mulyoutami 2009, dengan modifikasi
3.5.3 Penelusuran Literatur