57
4.2.3 Perkembangan Garis Kemiskinan
BPS menggunakan pendekatan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar basic needs approach dalam mengukur kemiskinan. Berdasarkan pendekatan ini
disusunlah garis kemiskinan yang menggambarkan batas pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan minimal kalori makanan dan kebutuhan dasar
nonmakanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan serta kebutuhan dasar lainnya. Penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita di bawah garis kemiskinan.
Sumber: BPS RI, 2009 diolah.
Gambar 4.8. Perkembangan Garis Kemiskinan Indonesia dan Provinsi Maluku Utara Tahun 2005-2009
Gambar 4.8 menunjukkan bahwa garis kemiskinan Provinsi Maluku Utara
dari tahun 2005-2009 mengalami kenaikan, yaitu Rp.137.010,00 per kapita per bulan pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp.217.349,00 per kapita per bulan
pada tahun 2009. Hal ini berarti pada tahun 2009 seorang penduduk Maluku Utara dikatakan miskin apabila pengeluaranpendapatannya kurang dari Rp.217.349,00
per bulan atau Rp.7.245,00 per hari. Apabila seorang kepala rumahtangga KRT memiliki dua anak dan satu istri, berarti pendapatan minimal agar ia dapat
137.010 150.812
165.039 194.262
217.349
129.108 152.847
166.697 182.636
200.262
50.000 100.000
150.000 200.000
250.000
2005 2006
2007 2008
2009
R u
p iah
Tahun
Maluku Utara Indonesia
58
memenuhi kebutuhan dasar untuk dia dan keluarganya adalah Rp. 869.396,00 per bulan atau Rp.28.979,00 per hari. Sedangkan di tahun 2005, suatu rumahtangga
dengan empat ART anggota rumahtangga agar kebutuhan dasar terpenuhi, minimal harus memiliki pendapatan Rp.548.040,00 per bulan atau Rp.18.268,00
per hari. Kenaikan garis kemiskinan di Maluku Utara sejalan dengan kenaikan garis
kemiskinan nasional yaitu Rp.129.108,00 di tahun 2005 meningkat menjadi Rp.200.262,00 per kapita per bulan. Hal ini berarti bahwa di tahun 2009
pendapatan per kapita minimal seorang peduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dasar agar dapat hidup layak sebesar Rp.200.262,00 per bulan atau
Rp.6.675,00 per hari. Tabel 4.11. Perkembangan Garis Kemiskinan Provinsi Maluku Utara Menurut
KabupatenKota tahun 2005-2009
KabupatenKota Tahun
2005 2006
2007 2008
2009 1
2 3
4 5
6 Halmahera Barat
122.948 132.678
142.708 167.364
193.436 Halmahera Tengah
152.564 165.062
163.618 197.098
255.844 Kepulauan Sula
144.254 153.946
148.239 191.633
198.491 Halmahera Selatan
90.832 107.607
138.083 177.239
177.674 Halmahera Utara
118.380 124.885
107.690 139.961
151.693 Halmahera Timur
168.542 187.298
205.514 276.959
282.667 Kota Ternate
205.196 219.906
228.202 253.491
313.322 Kota Tidore Kepulauan
122.578 144.504
165.039 204.196
250.690 Provinsi Maluku Utara
137.010 150.812
165.039 194.262
217.349 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, 2009 diolah.
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa garis kemiskinan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kota Ternate memiliki garis kemiskinan yang tertinggi
dibandingkan dengan kabupatenkota lainnya. Hal ini berarti di Kota Ternate
59
pendapatan minimal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang
layak lebih tinggi dibandingkan dengan kabupatenkota lainnya.
4.3 Analisis Regresi Data Panel
Analisis regresi data panel dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kemiskinan di Maluku Utara.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain PDRB Produk Domestik Regional Bruto, MYS Mean Years SchoolRata-Rata Lama
Sekolah, Share PDRB pertanian dan jumlah pengangguran. Variabel dependen adalah jumlah penduduk miskin.
4.3.1 Pemilihan Model
Analisis regresi data panel ada tiga pendekatan yaitu Common Effect, Fixed Effect
dan Random Effect. Dari ketiga pendekatan di atas akan dipilih satu yang terbaik melalui uji Chow dan uji Hausman. Dari hasil uji Chow disimpulkan
bahwa model fixed effect lebih baik daripada Common Effect. Pengujian dilanjutkan dengan Uji Hausman untuk memilih antara Fixed Effect dan Random
Effect dan disimpulkan bahwa Fixed Effect lebih baik daripada Random Effect.
Analisis regresi data panel dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Fixed Effect
.