14
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kakao di Dunia
Tanaman kakao pertama kali dibudidayakan dan dimanfaatkan oleh Suku Indian Maya dan Suku Astek Aztec sebagai bahan makanan dan minuman
coklat. Suku Maya dahulu hidup di daerah yang sekarang disebut Guatemala, Yucatan, dan Honduras Amerika Tengah. Oleh karena itu, berdasarkan
penelusuran sejarah menujukkan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di bagian utara Amerika Selatan. Seiring
penaklukan Suku Maya oleh Suku Astek, maka Suku Astek lebih dikenal sebagai penanam dan pembudidaya tanaman kakao oleh Bangsa Spanyol yang datang
pada tahun 1519. Kemudian pada tahun 1525, masyarakat Spanyol tercatat sebagai penanam pertama kakao di Trinidad Wahyudi et al. 2008.
Wahyudi et al. 2008 juga menyatakan bahwa pengenalan kakao terus berkembang hingga ke Eropa pada tahun 1528. Rasa olahan kakao sebagai cokelat
yang lezat membuat komoditi ini menjadi terkenal sebagai produk makanan dan minuman baru di Spanyol. Hingga pada awal tahun 1550 pengenalan kakao
semakin meluas hingga ke seluruh daratan Eropa. Beberapa pabrik pengolahan kakao mulai berdiri di daerah Lisbon Portugal, Genoa, Turin Italia, dan
Marseilles Prancis. Negara lain yang tercatat sebagai perintis penanaman kakao adalah Belanda, khususnya untuk penanaman kakao di Asia.
Kakao semakin terkenal setelah ditemukan cara baru pengolahannya seperti inovasi baru yang dipopulerkan oleh C.J Van Houten sekitar tahun 1828 di
Belanda. Inovasi tersebut berupa alat untuk mengekstrak biji kakao menjadi lemak cokelat cocoa butter atau bubuk cokelat cocoa powder. Sejak saat itu
perdagangan biji kakao di Amerika dan Eropa berkembang sangat pesat. Produsen kakao terbesar di dunia berada di Pantai Gading Ivory Coast,
kemudian diikuti oleh Ghana dan Indonesia, dengan produksi masing-masing adalah 40 persen, 19 persen, dan 11 persen dari total produksi dunia. Ketiga
negara produsen terbesar kakao ini menghasilkan 70 persen produksi kakao dunia dan sisanya dihasilkan oleh negara-negara lain
1
.
1
Hasil wawancara dengan Ketua Asosiasi Kakao Indonesia [02 Februari 2012]
15 Konsumsi kakao dunia didominasi oleh negara-negara Eropa, Amerika
Serikat, atau negara-negara industri dengan pendapatan per kapita jauh di atas US 1.000. Negara-negara maju dengan tingkat pendapatan tinggi merupakan
pengolah dan konsumen dari produk-produk berbasis kakao. Pada tahun 20082009 negara-negara di Eropa mengkonsumsi sekitar 41 persen dari total
konsumsi kakao dunia, sementara negara di Benua Amerika sekitar 22 persen, diikuti negara-negara di Asia 18 persen, dan Afrika 17 persen. Perbandingan
konsumsi kakao antar negara terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6
. Konsumsi Biji Kakao Dunia Tahun 2001-2010
2001 2002
2002 2003
2003 2004
2004 2005
2005 2006
2006 2007
2007 2008
2008 2009
2009 2010
EROPA 1.282 1.320
1.348 1.379
1.456 1.541 1.551 1.446 1.499
Jerman 195 193 225 235 306 357 385 342 361
Belanda 418 450 445 460 455 465 490 440 470
Lainnya 669 677 678 684 695 719 676 664 668
AFRIKA 422 446 464 501 485 515 564 622 660
Pantai Gading 290 315 335 364 336 336 374 419 400
Lainnya 132 131 129 137 149 179 190 203 260
AMERIKA 758 814 852 853 881 854 831 773 813
Brazil 173 196 207 209 223 224 232 216 226
Amerika Serikat 403 410 410 419 432 418 391 361 382
Lainnya 182 208 235 225 226 212 208 196 205
ASIA OCEANIA
413 499 575 622 698 699 804 650 687
Indonesia 105 115 120 115 140 140 160 120 120
Malaysia 105 150 203 249 267 270 331 278 298
Lainnya 203 234 252 258 291 289 313 252 269
TOTAL DUNIA 2.875
3.079 3.239
3.355 3.520 3.609 3.750 3.491 3.659 ORIGIN 960
1.089 1.186
1.262 1.293 1.325 1.468 1.412 1.490
Keterangan : Angka dugaan Sumber : International Cocoa Organization 2011
Komoditi kakao dunia diperdagangkan melalui bursa tersentralisasi bursa berjangka. Bursa tersebut merupakan bursa perdagangan untuk komoditi kakao
yang diadakan oleh The New York Board of Trade NYBOT dan The London Financial Exchange LIFFE. Kedua bursa komoditi ini merupakan pasar
berjangka komoditi terdepan di dunia dan dilengkapi dengan transaksi penentuan harga baik domestik dan internasional bagi produk-produk pertanian. Tujuan dari
bursa komoditi perdagangan adalah menyediakan informasi baik harga, produksi, konsumsi, maupun hal lain yang terkait dengan komoditi kakao serta
menyebarluaskan informasi tersebut. Mekanisme pembentukan harga dari kedua
16 bursa komoditi tersebut sama yaitu ketika transaksi terjadi di lantai perdagangan
maka harga akan segera dikirim kepada pihak yang ditunjuk. Kemudian pihak tersebut akan menyebarluaskan data tersebut ke seluruh dunia. Selain
perdagangan fisik spot, dalam bursa komoditi juga terdapat perdagangan kontrak berjangka yang terjadi di pasar berjangka forward.
Transaksi pada pasar forward adalah sebagai berikut, pembeli dan penjual dapat bernegosiasi melalui satu-satunya variabel yaitu harga. Standar perjanjian
kontrak legal dan perdagangan disusun berdasarkan kesepakatan bersama. Pembelian dan penjualan kontrak berjangka menyediakan informasi kepada
industri dengan proses pembentukan harga yang dapat dipercaya. Hal tersebut memungkinkan para pelaku bisnis untuk mengunci harga sebagai antisipasi
perubahan harga ke depan yang rentan terhadap volatilitas harga tinggi dengan menegosiasikan harga pasar berjangka terbaik New York Board of Trade 2004.
Perbedaan mendasar antara bursa komoditi di New York dan London ini terletak pada komoditi yang diperdagangkan dan mata uang yang dipergunakan.
Bursa NYBOT memperdagangkan komoditi kakao tanpa fermentasi unfermented dengan mata uang dollar Amerika Serikat sedangkan bursa LIFFE
memperdagangkan komoditi kakao terfermentasi fermented yang gradenya lebih berkualitas dibandingkan bursa NYBOT dengan mata uang poundsterling Inggris.
Pihak yang terkait langsung dengan bursa komoditi NYBOT dan LIFFE adalah The International Cocoa Organization ICCO. ICCO merupakan
organisasi negara produseneksportir dan konsumenimportir kakao. Tujuan dari organisasi ini adalah meningkatkan kerjasama internasional, mengendalikan
pasokan di pasar dunia, dan memperkuat upaya pembangunan yang berkaitan dengan perekonomian kakao dunia, terutama dalam stabilisasi harga agar
diperoleh tingkat harga kakao yang rasional. Mekanisme pengendalian harga yang dilakukan ICCO diperoleh dengan
sistem stok yang membutuhkan biaya yang sangat besar. Biaya ini ditimbulkan dari biaya penyimpanan yang tinggi dan juga biaya kompensasi yang besar untuk
pengendalian ekspor kakao. Kebijakan sistem stok ini dilakukan dengan tujuan mengurangi excess supply kakao di pasar dunia. Akan tetapi, tidak semua supply
kakao dunia dapat dikendalikan dengan kebijakan stok ICCO. Menurut
17 Roesmanto 1991, hal ini terjadi karena tidak seluruhnya negara penghasil kakao
merupakan anggota ICCO. Kebijakan ini menjadi peluang bagi negara-negara yang bukan anggota ICCO untuk meningkatkan supply kakaonya.
ICCO beranggotakan kelompok negara produsen antara lain Brazil, Kamerun, Pantai Gading, Ghana, Nigeria, Ekuador, dan lain-lain. Kelompok
negara konsumen anggota ICCO adalah Kanada, Eropa, Jepang, Norwegia, Uni Soviet, Swiss, dan lain-lain.
Sampai saat ini Indonesia belum tergabung menjadi anggota ICCO. Alasan yang menjadi pertimbangan atas sikap tersebut antara lain dalam pasar bebas
kakao, Indonesia dirasa akan mampu bersaing di pasar internasional karena keunggulan komparatif yang dimilikinya. Selain itu, karena pemasaran kakao
tidak ditangani oleh ICCO tetapi ditentukan oleh pasar di London dan bursa komoditi di New York maka manfaat Indonesia untuk ikut bergabung menjadi
anggota ICCO masih belum jelas. Walaupun Indonesia bukan merupakan anggota ICCO tetapi Indonesia akan tetap aktif dalam berbagai pertemuan ICCO untuk
memantau dan mengkaji perkembangan organisasi tersebut Roesmanto 1991.
2.2. Kakao di Indonesia