34
3.7. Kerangka Pemikiran Operasional
Kakao menjadi salah satu komoditas unggulan dari sektor perkebunan di Indonesia. Tingginya total nilai ekspor kakao hingga mencapai angka US 1,64
miliar di tahun 2010 menjadikan komoditas ini berada pada peringkat ketiga setelah kelapa sawit dan karet untuk komoditas yang menyumbang devisa negara
terbesar dalam bidang perkebunan. Kontribusi terbesar dari komoditi kakao tersebut berasal dari volume dan nilai ekspor biji kakao yang mencapai 380.513
ton dengan nilai US 854 juta pada tahun 2008. Selain itu, potensi dan peluang komoditas biji kakao dalam perdagangan internasional dapat dilihat dari
peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di dunia. Indonesia berhasil menjadi produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.
Seiring dengan berkembangnya waktu, adanya globalisasi memberikan pengaruh di berbagai bidang salah satunya adalah perekonomian. Dampak
globalisasi dibidang ekonomi diikuti oleh adanya kebijakan liberalisasi perdagangan yang membuat seluruh negara di dunia dapat melakukan
perdagangan dengan bebas ke negara lain, termasuk juga untuk perdagangan komoditi biji kakao. Sebagai salah satu produsen terbesar penghasil biji kakao di
dunia, seharusnya Indonesia memiliki kemampuan untuk mengontrol perdagangan biji kakao baik dalam hal jumlah ataupun posisi tawar yang kuat dalam
pembentukan harga. Padahal, harga merupakan hal penting dalam perdagangan karena menjadi indikator penentuan produksi dan penerimaan bagi perusahaan.
Saat ini terdapat dua pasar berjangka yang menjadi pusat perdagangan komoditas kakao di seluruh dunia yaitu The New York Board of Trade NYBOT
untuk komoditas kakao jenis unfermented dan The London International Financial Futures Exchange LIFFE untuk jenis kakao yang fermented. Adanya
liberalisasi perdagangan menyebabkan kemungkinan bahwa harga biji kakao yang terjadi di pasar fisik Indonesia tidak berdiri sendiri melainkan diduga mempunyai
hubungan dengan kedua pasar berjangka tersebut. Untuk itulah penting dilakukan analisis transmisi harga agar dapat diketahui hubungan antara harga biji kakao di
35 pasar fisik Indonesia dengan harga biji kakao di pasar berjangka NYBOT New
York dan LIFFE London. Selain menganalisis dan mengkaji hubungan transmisi harga biji kakao
yang terjadi di pasar fisik Indonesia, pasar berjangka New York, dan London, tingkat volatilitas harga biji kakao dan respon terhadap guncangan serta berapa
besar pengaruh terjadinya guncangan tersebut juga dapat diketahui. Pendugaan hubungan antara harga biji kakao di Indonesia dengan harga
biji kakao yang terjadi di The New York Board of Trade NYBOT dan The London Financial Exchange LIFFE dapat digunakan suatu pendekatan dengan
model Vector Autoregression VAR. VAR merupakan permodelan multivariate yang dapat menunjukan besarnya pengaruh perubahan harga yang terjadi di suatu
pasar akibat faktor musiman dan faktor lain yang terjadi di pasar tersebut. Selain itu, VAR juga mampu mengungkapkan secara terperinci tentang peran pasar
acuan, arah transmisi harga, kecepatan transmisi harga, tingkat keterisolasian, dan tingkat keterpaduan pasar.
Permodelan VAR dapat menggambarkan data time series yang dinamis sehingga dapat melihat respon dan besar pengaruh harga di Indonesia jika salah
satu bursa mengalami guncangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Askindo sebagai organisasi para pelaku bisnis kakao untuk membuat kebijakan
agar dapat melindungi kepentingan pelaku usaha kakao dalam negeri dan dapat menempatkan posisi kakao Indonesia pada kedudukan yang lebih baik lagi di
pasar dunia. Dengan demikian maka dapat digambarkan kerangka operasional dari penelitian ini yang tercantum pada Gambar 4.
36 Keterangan :
: diluar cakupan penelitian : yang dibahas dalam penelitian
Gambar 4
. Kerangka Pemikiran Operasional Kakao sebagai penyumbang devisa
terbesar ketiga dari komoditas perkebunan Indonesia.
Harga biji kakao unfermented di pasar
berjangka NYBOT
Harga biji kakao di pasar fisik Indonesia
Analisis transmisi harga dengan pendekatan model VAR
Rekomendasi kebijakan bagi Askindo
Harga biji kakao fermented di pasar
berjangka LIFFE
Adanya globalisasi manyebabkan
terjadinya perdagangan bebas
Permasalahan: Posisi Indonesia diperkirakan masih
menjadi penerima harga price taker
37
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian