26
3.3. Konsep Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah kegiatan memperdagangkan suatu barang-barang dan jasa, yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan
penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan internasional timbul karena pada hakikatnya tidak ada suatu negara pun di dunia ini yang dapat
menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduknya.
Perdagangan tersebut dapat dijelaskan oleh teori Heckescher–Ohlin yang menekankan pada perbedaan relatif faktor alam dan harga faktor produksi sebagai
faktor yang paling penting. Berdasarkan teori tersebut, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki
keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan faktor produksi. Teori H-O menganggap bahwa tiap negara akan mengekspor komoditi yang
mempunyai faktor produksi berlimpah dan murah dan mengimpor komoditi yang relatif jarang dan mahal. Penyamaan harga faktor produksi dengan perdagangan
akan menghapuskan atau mengurangi perbedaan harga faktor produksi sebelum perdagangan.
Suatu kegiatan perdagangan internasional terjadi ditandai dengan adanya kegiatan ekspor dan impor atau pertukaran komoditi antar dua negara, dimana
kegiatan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran serta adanya perbedaan tingkat harga antar kedua negara. Secara teoritis, suatu
negara misalnya negara A akan dapat mengekspor suatu komoditi misalnya biji kakao ke negara lain misalnya negara B. Negara A mau dan mampu
mengekspor komoditinya tersebut ke negara B apabila harga domestik negara A sebelum terjadi perdagangan internasional lebih rendah dari harga domestik di
negara B. Harga domestik komoditas tersebut di negara A relatif lebih rendah karena di negara A jumlah penawaran akan barang tersebut lebih tinggi dari
permintaan konsumen negara A, atau dengan kata lain mengalami excess supply untuk komoditas tersebut di negara A. Dengan kondisi demikian maka negara A
mempunyai kesempatan untuk menjual kelebihan produksi komoditinya tersebut ke negara lain. Sedangkan di lain pihak, negara B terjadi kekurangan penawaran
karena jumlah pemintaan domestik negara B melebihi jumlah penawaran
27 domestik negara B, atau dengan kata lain mengalami excess demand. Akibat dari
keadaan ini maka harga untuk komoditas tersebut di negara B menjadi tinggi. Maka dengan keadaan seperti ini negara B ingin membeli komoditas tersebut dari
negara A yang harganya relatif lebih murah. Setelah kedua negara tersebut negara A dan negara B melakukan komunikasi dan negosiasi, maka negara A
menyetujui untuk mengekspor komoditinya tersebut ke negara B, dan negara B secara langsung melakukan impor komoditi tersebut dari negara A. Dengan
terjadinya kegiatan yang dilakukan antar kedua negara tersebut maka terjadilah suatu proses kegiatan perdagangan internasional Salvatore 1997. Kegiatan
perdagangan internasional dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini : P
P P
Sb
EB Sa
Pb Q1
S P1
EA Pa
Db Da
D O
Q Q
Q Qa
Qb Gb. 3a
Gb. 3b Gb. 3c
Gambar 3 . Proses Terjadinya Perdagangan Internasional
Sumber : Salvatore 1997 Keterangan :
Kiri : Negara A, berperan sebagai negara pengekspor
Kanan : Negara B, berperan sebagai negara pengimpor Tengah : Pasar Internasional
Pa : Harga domestik barang di negara A tanpa perdagangan internasional
O – Qa : Jumlah produksi domestik barang di negara A tanpa perdagangan internasional
Pb : Harga domestik barang di negara B tanpa perdagangan internasional
O – Qb : Jumlah produksi domestik barang di negara B tanpa perdagangan internasional
EA : Keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang di negara A
28 tanpa perdagangan internasional
EB : Keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang di negara B
tanpa perdagangan internasional. P1
: Harga barang yang terjadi di pasar internasional setelah kedua negara sepakat untuk melakukan proses ekspor impor
Q1 : Jumlah barang yang diproduksi atau jumlah barang yang tersedia di
pasar internasional setelah kedua negara sepakat untuk melakukan proses ekspor impor
Berdasarkan Gambar 3, diasumsikan bahwa komoditi yang akan digunakan untuk perdagangan internasional adalah komoditi biji kakao. Grafik
diatas menjelaskan bahwa sebelum terjadi proses perdagangan internasional, harga biji kakao di negara A negara pengekspor adalah sebesar Pa, sedangkan
harga biji kakao di negara B negara pengimpor adalah sebesar Pb. Sebelum terjadi proses perdagangan internasional jumlah produksi biji kakao di negara A
adalah sebesar O – Qa, sedangkan jumlah produksi biji kakao di negara B adalah sebesar O – Qb. Apabila harga biji kakao di negara B adalah sebesar Pa maka hal
ini akan menyebabkan terjadinya kondisi kelebihan permintaan excess demand, sedangkan apabila harga biji kakao di negara A adalah sebesar Pb maka hal ini
akan menyebabkan terjadinya kondisi kelebihan penawaran excess supply. Pertemuan antara kondisi excess supply dan excess demand inilah yang nantinya
akan membentuk harga di pasar internasional yang disepakati oleh kedua negara tersebut. Dalam hal ini negara A akan mengekspor biji kakao ke negara B,
sedangkan negara B akan mengimpor biji kakao dari negara A. Sehingga dengan demikian terjadilah proses perdagangan internasional.
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas perdagangan internasional atau perdagangan luar negeri yaitu seseorang dapat menikmati suatu
barang atau jasa yang tidak dapat dihasilkan dalam negeri dengan cara mengimpornya dari negara lain. Selain itu, perdagangan luar negeri
memungkinkan dilakukannya spesialisasi sehingga barang dan jasa dapat dihasilkan secara lebih murah karena lebih cocok dengan kondisi negara tersebut,
baik dari segi bahan baku maupun cara berproduksi. Negara yang melakukan perdagangan luar negeri dapat memproduksi barang atau jasa yang lebih besar
29 daripada yang dibutuhkan pasar dalam negeri sehingga tingkat perekonomian dan
pendapatan nasional dapat ditingkatkan serta angka pengangguran dapat ditekan. 3.4. Hubungan Pasar Fisik dan Pasar Berjangka
Pasar spot merupakan pasar yang melakukan serah terima barang pada saat transaksi berlangsung dan pembayaran dilakukan tunai pada saat itu juga.
Transaksi spot dapat juga dilakukan dengan serah terima barang saat transaksi dan dibayar kemudian sesuai kesepakatan atau dengan melakukan ijon yaitu
membayar sekarang saat komoditi masih diproses. Sedangkan, pasar berjangka merupakan pasar yang memperdagangkan kontrak berjangka atas komoditi
tertentu yang telah ditetapkan persyaratannya secara standar dalam kontak berjangka, antara lain jenis komoditi, mutu, jumlah satuan perkontrak, waktu
penyerahan, tempat penyerahan, dan persyaratan penyerahan. Perbedaan antara penjualan tunai di pasar fisik spot dengan kontrak berjangka forward adalah
pada penjualan fisik spot komoditas yang diperdagangkan merupakan barang sebenarnya yang ada pada saat ini, sedangkan penjualan dengan menggunakan
kontrak berjangka melibatkan pembelian dan penjualan kontrak yang terstandarisasi untuk pengiriman komoditi di masa yang akan datang.
Hafizah 2009 menyatakan bahwa terdapat beberapa tipe kontrak forward yaitu: 1 kontrak harga tetap fixed price contract dimana dalam kontrak ini
digunakan harga yang tetap flat price produsen berjanji untuk mengirim pada saat yang ditentukan dan dibayar saat pengiriman, dengan cara ini ada
kemungkinan produsen kehilangan kesempatan potensial apabila harga naik, 2 kontrak harga yang ditetapkan price to be fixed contract dimana tipe ini pelaku
pasar memiliki kemampuan untuk menetapkan harga pada saat yang paling menguntungkan, 3 harga yang tertunda atau harga ditetapkan nanti dengan tipe
ini terjadi transfer risiko penyimpanan ke pembeli, 4 kontrak untuk menunda pembayaran deffered payment contract biasanya untuk menghindari pajak, 5
kontrak harga minimum, dan 6 kontrak harga forward dengan referensi reference price forward contract.
Harga fisik
spot price merupakan harga yang terjadi di pasar fisik untuk komoditi yang langsung diambil atau diantar pada tempat dan waktu tertentu.
Harga tersebut terjadi atas kesepakatan bersama penjual dan pembeli, termasuk di
30 dalamnya persyaratan penyerahan atau standar komoditi yang diperdagangkan.
Harga fisik terbentuk karena adanya permintaan dan penawaran sehingga bila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran maka harga fisik akan berubah. Kenaikan permintaan oleh konsumen atau berkurangnya penawaran oleh produsen akan suatu komoditi akan menaikkan
harga dan bila permintaan menurun atau penawaran meningkat akan terjadi kelebihan stok yang dapat menurunkan harga.
Harga berjangka merupakan harga yang terjadi di bursa berjangka pada waktu tertentu dan penyerahan di kemudian hari. Harga terbentuk dari harapan
para pelaku bursa komoditas berdasarkan prediksi permintaan dan penawaran suatu komoditas di berbagai produsen dan konsumen komoditas yang
bersangkutan. Harga berjangka merupakan harga kontrak di masa yang akan datang yaitu sebuah kontrak berjangka yang bersifat mengikat bagi kedua belah
pihak untuk membeli ataupun menjual suatu asset finansial maupun nonfinansial tertentu yang penyerahannya dilakukan secara cash settlement penyelesaian
pembayaran tunai di masa yang akan datang, dengan harga yang ditetapkan sekarang.
Pengaruh perubahan harga berjangka terhadap harga fisik pada umumnya tergantung pada waktu penyerahan yang terjadi pada perdagangan berjangka.
Terdapat hubungan antara pasar berjangka dengan pasar spot yaitu harga pada pasar berjangka saat jatuh tempo akan dijadikan sebagai pedoman untuk
menentukan harga pada pasar spot pada waktu yang sama, sehingga ada kemungkinan harga pada pasar berjangka saat jatuh tempo akan sama dengan
harga spot pada waktu yang sama. Namun, apabila waktu penyerahan lebih lama maka harga fisik tidak terlalu berpengaruh karena faktor-faktor yang
mempengaruhi harga fisik saat ini belum tentu berlaku di kemudian hari. 3.5 Transmisi Harga
Transmisi harga merupakan pengiriman atau penerusan harga dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya. Di dalam transmisi harga dapat dilihat
hubungan saling mempengaruhi dari harga di antara berbagai pasar. Transmisi harga yang simetris akan terjadi dengan baik pada pasar yang menganut Law of
One Price. Saphiro 2009 menyatakan bahwa Law of One Price adalah hukum
31 penyesuaian harga pada produk yang sama dan saling menuju pada kesetaraan
harga dikisaran tertentu serta pada umumnya gagasan yang terbentuk terjadi pada pasar yang kompetitif dengan keterbukaan informasi. Dengan adanya Law of One
Price maka produk yang sama atau bersifat identik pada suatu pasar kompetitif harus dalam harga yang sama.
Transmisi harga yang tinggi dapat mencerminkan efisiensi pada suatu pasar. Hal ini ditunjukan dari peningkatan harga yang terjadi pada suatu pasar
dapat menyebabkan pasar lain yang menjual produk yang sama akan merespon perubahan harga tersebut dengan mengikuti harga yang terjadi di pasar acuan,
dengan kata lain kenaikan harga di pasar acuan relatif sama besar dengan harga di pasar lainnya. Selain itu, juga menandakan bahwa pasar tersebut sudah
terintegrasi dengan baik karena persebaran informasinya merata. Keadaan ini dapat dilihat melalui respon yang ditimbulkan terhadap perubahan harga tersebut.
Transmisi harga simetris yang seperti ini terjadi pada pasar persaingan sempurna Irawan 2007.
Transmisi harga tidak dapat berjalan dengan baik akibat dari kebijakan stabilisasi yang dijalankan pemerintah. Pasar dapat menjadi tersegmen melalui
berbagai instrumen kebijakan perdagangan yang diterapkan pemerintah, pasar yang tidak terintegrasi secara sempurna, atau tingginya biaya transaksi. Menurut
Conforti 2004 ada enam faktor yang mempengaruhi transmisi harga diantaranya adalah biaya transportasi dan transaksi, kekuatan pasar, increasing return of scale
pada produksi, produk yang homogen dan differensiasi, nilai tukar, kebijakan dalam negeri suatu negara.
Irawan 2007
juga menjelaskan
proses transmisi harga yang tidak sempurna dan bersifat asimetris terjadi pada komoditas pertanian. Pada dasarnya
dinamika harga komoditas pertanian di daerah konsumen memiliki pola yang sama dengan dinamika harga di daerah produsen karena permintaan yang dihadapi
petani di daerah produsen merupakan turunan dari permintaan di daerah konsumen. Namun, informasi pasar mengenai naik turunnya harga diteruskan
kepada petani secara lambat dan tidak sempurna. Hal ini menyebabkan fluktuasi harga di pasar konsumen lebih tinggi dibanding di pasar produsen dan perbedaan
32 fluktuasi harga tersebut akan semakin besar apabila transmisi harga yang terjadi
semakin tidak sempurna. Perbedaan transmisi harga tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut: struktur pasar, rantai pemasaran, nilai tukar, kebijakan pemerintah, serta biaya transportasi dan lainnya.
3.6. Model Vector Autoregression VAR