52
VI. TRANSMISI HARGA BIJI KAKAO DI PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON
6.1. Eksplorasi Data
Pada penelitian ini dianalisis pengaruh pergerakan harga biji kakao yang terjadi di bursa New York Board of Trade NYBOT dan London International
Financial Futures Exchange LIFFE terhadap harga biji kakao yang terjadi di Indonesia. Adapun harga kakao yang dibahas dalam penelitian ini, antara lain
harga kakao di pasar spot Indonesia yang berpusat di Makassar, harga kakao di pasar forward New York, dan harga pasar forward London. Harga kakao yang
dikumpulkan pada pasar spot Indonesia adalah dalam bentuk rupiah per kilogram, sedangkan harga yang dikumpulkan pada pasar forward New York adalah dalam
bentuk dollar Amerika Serikat per ton dan harga kakao yang terdapat pada pasar forward London adalah dalam bentuk poundsterling per ton. Perbedaan ketiga
satuan dari variabel yang akan diteliti tidak menjadi masalah karena dalam penggunaan model VAR hanya bertujuan untuk melihat hubungan pergerakan
harga, tidak untuk melihat suatu elastisitas dari variabel tersebut. Sebelum data di analisis terlebih dahulu diplotkan menurut waktu untuk
mengetahui kecenderungan trend data tersebut. Data yang diplotkan tersebut terdiri dari harga kakao spot Indonesia, harga forward New York, dan harga
forward London yang berjumlah 151 data harian dari tanggal 25 Agustus 2011 hingga 10 April 2012. Jumlah data yang dapat diteliti terbatas karena data
sekunder yang didapatkan dari berbagai sumber hanya tersedia pada rentang waktu tersebut. Data diplotkan dengan bantuan software EViews dan gambar pola
datanya dapat dilihat sebagai berikut. Gambar 6 menunjukkan bahwa variabel harga kakao di LIFFE memiliki
kecenderungan yang menurun hingga mencapai titik harga terendah di data ke 72 yaitu 1.352 pounsterlington pada tanggal 9 Desember 2011. Penurunan harga ini
disebabkan oleh produksi kakao dunia yang meningkat sedangkan permintaannya cenderung stabil sehingga menyebabkan penurunan harga kakao. Namun, setelah
itu perlahan harga kakao kembali menjadi stabil walaupun masih terjadi fluktuasi dengan harga rata-rata di sekitar 1.480 poundsterlington.
53
Gambar 6
. Grafik Fluktuasi Harga Harian di London International Financial Futures Exchange LIFFE Dibandingkan dengan Harga Harian di
Pasar Fisik Makassar, Indonesia.
Grafik fluktuasi harga harian di pasar komoditi Makassar, Indonesia ditampilkan juga pada Gambar 6. Harga biji kakao tertinggi terjadi pada tanggal 6
September 2011 sebesar 20.903 rupiahkg dan harga biji kakao terendah terjadi pada tanggal 10 April 2012 sebesar 14.146 rupiahkg. Fluktuasi besar ini
dipengaruhi oleh melemahnya nilai mata uang rupiah Indonesia terhadap nilai mata uang dollar Amerika yang merupakan kurs yang digunakan dalam
perdagangan dunia. Harga rata-rata biji kakao di bursa Makassar selama rentang waktu 151 hari adalah sebesar 17.663 rupiahkg. Selain itu, menurut data
perkiraan dari Rabobank dalam Confertionery News, penurunan harga ini diakibatkan adanya over supply biji kakao di Afrika Barat, yang diduga karena
adanya kebijakan intervensi negara tersebut khususnya di Pantai Gading sehingga mendorong peningkatan supply
4
.
4
http:www.mediaperkebunan.net. Harga Biji Kakao Merosot. [Diakses tanggal 10 Mei 2012]
54
Gambar 7 . Grafik Fluktuasi Harga Harian di New York Board of Trade
NYBOT Dibandingkan dengan Harga Harian di Pasar Fisik Makassar, Indonesia.
Pada variabel harga biji kakao di bursa NYBOT terlihat kecenderungan harga yang menurun. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 7 yang menunjukkan
grafik fluktuasi harga harian di New York Board of Trade NYBOT. Harga tertinggi berada pada kisaran 3.127 dollar Amerikaton di awal bulan September
2011 sedangkan harga terendah biji kakao unfermented terjadi pada tanggal 6 dan 9 Januari 2012 sebesar 2.049 dollar Amerikaton. Harga rata-rata biji kakao di
bursa NYBOT selama 151 hari adalah sebesar 2.458 dollar Amerikaton. Jika dilihat pada gambar, pergerakan harga biji kakao di Indonesia hampir
sama dengan pergerakan harga biji kakao yang terjadi di NYBOT. Hal ini terjadi akibat kesamaan komoditi yang diperdagangkan di kedua pasar ini yaitu komoditi
biji kakao unfermented. Selain itu, Indonesia merupakan produsen biji kakao terbesar ketiga di dunia dan posisi Indonesia sebagai pemasok utama biji kakao ke
pasar berjangka NYBOT. Jumlah biji kakao yang dipasok oleh Indonesia juga mempengaruhi harga biji kakao di NYBOT. Oleh karena itu, apabila jumlah
55 pasokan biji kakao di Indonesia mengalami kelangkaan, maka harga yang
terbentuk di pasar berjangka NYBOT akan meningkat.
Tabel 8
. Rataan, Standar Deviasi, dan Koefisien Varians Harga Biji Kakao di Indonesia, LIFFE, dan NYBOT
Variabel Rataan
St. Deviasi Koefisien varians
INDO 17663.4 1338.2
0.07576 LIFFE 1587.2
156.2 0.098415
NYBOT 2457.7
258.5 0.105198
Berdasarkan analisis deskriptif pada Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa pasar berjangka NYBOT merupakan pasar yang memiliki volatilitas tinggi jika
dilihat melalui nilai standar deviasi dan koefisien varians, diikuti oleh pasar berjangka LIFFE dan pasar fisik Indonesia.
Nilai koefisien varians NYBOT yang tinggi dipengaruhi oleh kualitas biji kakao jenis unfermented yang merupakan bahan baku dasar dari pengolahan
coklat sehingga memiliki peranan penting dalam penentuan harga. Nilai koefisien tersebut mendekati nilai koefisien varians pada LIFFE. Hal ini disebabkan oleh
kedua pasar tersebut tergolong dalam pasar berjangka yang berperan sebagai pasar konsumen biji kakao dunia sehingga memiliki banyak variasi harga. Selain itu,
kualitas biji kakao fermented yang terstandarisasi membuat volatilitas harga yang terjadi di LIFFE lebih rendah daripada NYBOT. Sedangkan, harga yang terjadi di
Indonesia lebih stabil jika dibandingkan dengan kedua pasar berjangka tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien varians Indonesia yang hanya bernilai
0,075 persen. Keadaan ini juga didasarkan pada posisi Indonesia sebagai pasar produsen dalam perdagangan biji kakao di dunia sehingga tidak memiliki banyak
variasi harga.
6.2 Analisis Data