64
Yuyun Wirasasmita 1991 berpendapat bahwa kondisi koperasi setelah era 80-an dan 90-an, masih belum banyak mengalami perubahan karena masih
dalam kondisi
26
: 1.
Fungsi dan tujuan koperasi belum sesuai keinginan anggotanya. 2.
Karyawan koperasi dan para manajer dalam menjalankan organisasi sangat tanggap terhadap arahan pengurus atau pemerintah tetapi tidak tanggap
terhadap arahan anggota. 3.
Fasilitas koperasi terbuka juga bagi non anggota sehingga tidak ada perbedaan manfaat yang diperoleh anggota dan non anggota.
6.1.5 Kinerja Keuangan
Dalam mengukur efisiensi modal kerja suatu koperasi dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio diantaranya rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas
dan profitabilitas. Hasil dari perhitungan rasio tersebut dapat memberikan gambaran tentang efisien dan tidak efisien keadaan suatu koperasi apabila
dibandingkan dengan angka rasio standar. Rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga bentuk umum yang sering
dipergunakan yaitu : Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas Leverage , dan Rasio Rentabilitas.
1. Rasio Likuiditas Liquidity Ratio.
a. Current Ratio Rasio Lancar.
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :
Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar
KPDK 2010
Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar
26
ibid
65
= Rp 18.846.374.822,89 Rp 1.670.107.640,73
= 11,28 KJKS BMT BUS 2010
Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar
= Rp 112.870.607.349,86 Rp 76.193.037.437,08
= 1,48 Artinya, kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi
dengan aktiva lancar bagi KPDK di tahun 2010 adalah setiap Rp 1 hutang lancar di jamin oleh aktiva lancar Rp 11,28. Sedangkan untuk KJKS BMT
BUS adalah setiap hutang lancar Rp 1 dijamin oleh Rp 1,48. b.
Quick Ratio Rasio Cepat Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid . Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan
Hutang Lancar
KPDK 2010
Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan
Hutang Lancar = Rp 18.846.374.822,89
– Rp 7.288.045.915,33 Rp 1.670.107.640,73
= 6,92 KJKS BMT BUS 2010
Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan
Hutang Lancar = Rp.112.870.607.349,86
– Rp.4.625.171.676,00 Rp. 76.193.037.437,08
= 1,42
66
2. Rasio Solvabilitas
a. Total Debt to Equity Ratio Rasio Hutang terhadap Ekuitas.
Merupakan Perbandingan antara hutang –hutang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
Rasio ini dapat dihitung denga rumus yaitu : Total Debt to equity Ratio = Total Hutang
Ekuitas Pemegang Saham
KPDK 2010
Total Debt to equity Ratio = Total Hutang Ekuitas Pemegang Saham
= Rp 1.670.107.640,37+Rp 11.053.011.506,89 Rp 28.572.900.626,98
= 0,445 KJKS BMT BUS 2010
Total Debt to equity Ratio = Total Hutang Ekuitas Pemegang Saham
= Rp 76.193.037.437,08 + Rp 29.985.934.567 Rp 12.017.694548,77
= 8, 835 b.
Total Debt to Total Asset Ratio Rasio Hutang terhadap Total Aktiva Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka
panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus yaitu : Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang
Total Aktiva
KPDK 2010
Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang Total Aktiva
= Rp 1.670.107.640 + Rp 11.053.011.506 Rp 41.296.019.774
= 0, 308
67
KJKS BMT BUS 2010
Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang Total Aktiva
= Rp.76.193.037.437,08+Rp.29.985.934.567 Rp.118.183.884.438,86
= 0,898
3. Rasio Rentabilitas
a. Gross Profit Margin Margin Laba Kotor
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang
dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Gross Profit Margin = Laba kotor : Penjualan Bersih b.
Net Profit Margin Margin Laba Bersih Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak
lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak : Penjualan Bersih c.
Earning Power of Total investment Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Earning Power of Total investment = Laba Sebelum Pajak : Total aktiva d.
Return on Equity Pengembalian atas Ekuitas Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus
yaitu : Return on Equity = Laba Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham
68
KPDK Tahun 2010
1. Rasio Laba Besih Sebelum Pajak dengan Total Aktiva
Laba Usaha Sebelum Pajak x 100 = Rp 92.033.354,68 x 100 Total Aktiva
Rp 41.296.019.774,60 = 0,22
2. Profitabilitas Modal Sendiri
Laba bersih sesudah pajak x 100 = Rp 92.033.354,68 x 100 Total Modal Sendiri
Rp 28.572.900.626 = 0,322
KJKS BMT BUS Tahun 2010
1. Rasio Laba Besih Sebelum Pajak dengan Total Aktiva
Laba Usaha Sebelum Pajak x 100 = Rp 765.529.471 x 100 Total Aktiva
Rp 118.183.884.438,86 = 0,647
2. Profitabilitas Modal Sendiri
Laba bersih sesudah pajak x 100 = Rp 574.147.103.25 x 100 Total Modal Sendiri
Rp 12.017.694.584,77 = 4,77
Berdasarkan perhitungan analisis rasio keuangan KPDK dan KJKS BMT BUS diatas, hasil tersebut dapat disajikan dalam bentuk gambar RADAR
6 1
5 2
4 3
Sumber: diolah Keterangan:
1. Current Ratio
= KPDK 2.
Quick Ratio = KJKS BMT BUS
3. Total Debt to Equity Ratio
4. Total Debt to Total Asset Ratio
5. Rasio Laba Besih Sebelum Pajak dengan Total Aktiva
6. Profitabilitas Modal Sendiri
Gambar 2. Analisis RADAR
69
Dengan menggunakan gambar RADAR, dapat terlihat kinerja keuangan masing-masing koperasi. Bentuk jaring laba-laba yang lebih besar, menunjukkan
kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan bentuk jaring laba-laba yang lebih kecil.
6.2. Potensi Perkembangan KJKS BMT BUS 6.2.1. Kinerja Keuangan
Kinerja dan prestasi manajemen dapat diukur dengan perhitungan analisa rasio rasio keuangan yang dapat dihitung dari laporan keuangan perusahaan yaitu
neraca balance sheet dan laporan laba rugi income statement. Pada Laporan Keuangan yang ditampilkan oleh Koperasi Pegawai Departemen Koperasi
KPDK dan KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera kita dapat melihat kinerja kedua koperasi tersebut. Laporan keuangan kedua koperasi tersebut meliputi tahun buku
2009 dan 2010 serta dapat memperlihatkan keadaan keuangan mereka pada 2 tahun ke belakang.
KPDK menampilkan laporan keuangan yang terdiri dari Neraca Konsolidasi, Laporan Sisa Hasil Usaha yang dapat disamakan dengan laporan laba
rugi perusahaan dan laporan arus kas koperasi. Sedangkan KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera menampilkan Laporan Keuangan yang telah di audit oleh
lembaga audit independent dan terdiri atas Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Pembagian Hasil Usaha serta Laporan Arus Kas.
Laporan Laba Rugi Perhitungan SHU harus memberikan gambaran mengenai pendapatan yang diperoleh serta beban yang dikeluarkan selama
periode akuntansi tertentu. Dalam perhitungan SHU KJKS BMT harus dipisahkan antara pendapatan dan beban sesuai dengan standar akuntansi keuangan pada
umumnya. Laporan Sisa Hasil Usaha Koperasi Pegawai Departemen Koperasi
KPDK terbagi atas 2 unit yakni, unit Operasional dan USP. Namun pada unit operasional, KPDK mengalami kerugian atau defisit sebesar Rp.1.876.954.130,26
sedangkan pada unit USP mengalami laba senilai Rp.1.968.987.484,34 sehingga pada tahun 2011 Sisa Hasil Usaha pada tahun berjalan secara keseluruhan adalah
senilai Rp.92.033.354,08 dan jumlah itu mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp.171.571.421,65.