59
kejenuhan dalam melakukan pekerjaan. Sehingga terdapat penyegaran dalam melaksanakan pekerjaan dan memberikan semangat terhadap lingkungan koperasi
itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya mengenai sistem penggajian KPDK layaknya swasta, maka sistem karir di KPDK tidak terdapat
penggogolongan. Jabatan-jabatan yang telah disebutkan diatas dengan gaji pokok yang berbeda sesuai dengan perhitungan masa kerjanya.
6.1.4 Efisiensi Usaha
KPDK dan KJKS BMT BUS belum memiliki alat analisis yang mampu melihat apakah usaha yang dilakukan telah efisien atau tidak. KJKS BMT BUS
menetapkan produk-produk yang ditawarkan berdasarkan kebutuhan anggotanya. Hal ini diungkapkan oleh Lili selaku manajer regional dan kepala cabang.
”Untuk penentuan produk kita selalu mengacu kepada keinginan dan kebutuhan anggota. Salah satu contoh produk adalah
SiSidik Simpanan Siswa Pendidikan. Produk ini dibutuhkan karena sebagian besar masyarakat kita memiliki sifat konsumtif.
Setiap penghasilan yang didapatkan, selalu dibelanjakan untuk kepentingan konsumsi. Sehingga tidak ada simpanan untuk
pendidikan anak. Oleh karena itu dengan adanya produk ini bisa membantu para orang tua untuk mempersiapkan biaya untuk
pendidikan anaknya di masa yang akan datang.”
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat bahwa tujuan, visi, misi dan realisasi produk yang ditawarkan oleh KJKS BMT BUS ini berjalan selaras dan
konsisten. Hal ini dikarenakan produk-produk yang ditawarkan telah mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh para anggotanya.
Produk-produk yang ditawarkan antara lain: 1.
Simpanan Sukarela Lancar Si Rela 2.
Simpanan Sukarela Berjangka Si Suka 3.
Simpanan Siswa Pendidikan Si Sidik 4.
Simpanan Haji Si Haji 5.
Simpanan Ta’awun Sejahtera Si Tara Simpanan Sukarela Lancar Si Rela yakni simpanan dengan sistem
penyetoran dan pengambilannya dapat dilakukan setiap saat, Simpanan Sukarela berjangka Si Suka yakni simpanan berjangka dengan sistem setoran dapat
dilakukan setiap saat dan pengambilannya disesuaikan dengan tanggal valuta bisa
60
dalam 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun, Simpanan Siswa Pendidikan Si Sidik yakni simpanan yang dipersiapkan sebagai penunjang khusus untuk biaya
pendidikan dengan cara penyetorannya setiap bulan dan pengambilannya pada saat siswa akan masuk Perguruan Tinggi, Simpanan Haji SI HAJI yakni
simpanan anggota yang berencana menunaikan ibadah haji yang dikelola dengan menggunakan prinsip wadhiah yadh dhamanah dimana atas ijin penitip dana,
BMT dapat memanfaatkan dana tersebut sebelum dipergunakan oleh penitip serta yang terakhir adalah Simpanan Ta’awun Sejahtera Si TARA yakni simpanan
dengan akad Mudhorobah anggota sebagai shohibul maal pemilik dana
sedangkan BMT sebagai mudhorib pelaksanapengelola usaha, atas kerjasama ini berlaku sistem bagi hasil dengan nisbah yang telah disepakati di muka.
Efisiensi KJKS BMT BUS juga dapat dilihat dari perkembangan jumlah anggota, asset, pembiayaan dan simpanan para anggotanya.
Tabel 6. Perkembangan Jumlah Angggota KJKS BMT BUS
Uraian Jumlah Anggota
Jumlah Laki-laki
Perempuan Desember 2009
11.166 17.028
28.194 Anggota Masuk
2.101 2.466
4.567 Anggota Keluar
526 384
910 Desember 2010
12.741 19.110
31.851
Tabel 7. Perkembangan Asset
Tahun Asset Rp
Pembiayaan Rp Simpanan Anggota Rp
1996 8.148.200
6.448.600 6.800.000
1997 88.601.400
80.976.625 71.172.685
1998 139.544.450
114.058.550 94.055.244
1999 437.721.000
379.450.900 305.862.749
2000 1.127.733.900
853.827.100 922.237.283
2001 2.924.254.180
2.199.362.605 2.219.443.932
2002 7.571.615.023
5.790.150.326 5.306.871.265
2003 15.908.524.179
13.282.794.000 11.882.662.084
2004 24.400.017.886
21.450.796.829 17.099.230.425
2005 30.200.148.163
24.346.497.817 21.795.904.495
2006 40.505.413.328
32.760.396.965 32.246.021.361
2007 65.107.519.265
52.407.044.202 44.251.630.549
2008 97.865.643.097
77.760.846.035 66.915.001.957
2009 118.183.881.438 97.517.059.326
76.189.458.435 2010 157.157.387.796
128.537.491.141 102.707.728.952
61
Sedangkan prosentase pemenuhan pembiayaan sektor-sektor usaha didominasi oleh sektor perdagangan yang memiliki prosentase yang paling tinggi.
Tabel 8. Prosentase per Sektor
No Sektor
Prosentase 1
Perdagangan 42
2 Pertanian
25 3
Industri 12
4 Nelayan
13 5
PNSJasaInvestasi 8
Berdasarkan data diatas dapat dilihat perkembangan jumlah anggota yang berimplikasi positif dengan bertambahnya jumlah asset dan pembiayaan yang ada
di KJKS BMT BUS ini. Bertambahnya jumlah anggota disebabkan oleh kepuasan anggota-anggota terhadap pelayanan dan produk yang ditawarkan. Sehingga
mereka mempromosikan produk-produk KJKS BMT BUS ini kepada kerabat dan masyarakat sekitar yang sama-sama membutuhkan produk yang disediakan oleh
koperasi ini. Dengan meningkatnya volume pembiayaan yang dilakukan oleh KJKS
BMT BUS ini, maka semakin banyak masyarakat yang diberdayakan potensi dan usahanya oleh pembiayaan ini. Secara tidak langsung hal ini dapat membantu
program pemerintah yang ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar didominasi oleh kalangan menengah ke bawah yang merupakan
sasaran dari program yang dijalankan KJKS BMT BUS ini. Sektor usaha yang paling besar dibiayai oleh KJKS BMT BUS ini adalah
sektor perdagangan. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat yang perlu diberdayakan potensi dan usahanya adalah sektor perdagangan, tanpa
mengesampingkan sektor-sektor lain seperti pertanian, industri dan lain-lain. Dengan demikian tujuan-tujuan dari KJKS BMT BUS ini telah tercapai.
Koperasi Pegawai Departemen Koperasi KPDK memiliki unit usaha simpan pinjam dan sektor riil. Unit pinjaman tersebut terdiri dari unit kredit
motor, elektronik, pinjaman usaha dan jasa perumahan. Sedangkan sektor riil terdiri dari toko SMEsCO Mart KPDK, kantin KPDK lantai 2, tiketing umrah dan
haji plus, ATK, perumahan,
fotocopy
, sewa tempat dan lain-lain. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, produk-produk tersebut banyak yang
62
tidak tepat sasaran. Banyak konsumen di luar anggota KPDK yang memanfaatkan produk-produk tersebut. Contoh yang terlihat adalah banyak karyawan di luar
anggota KPDK yang berbelanja d toko SMEsCO dan makan di kantin KPDK. Selain itu produk rental kendaraan pun banyak digunakan oleh konsumen di luar
anggota KPDK. Sedangkan anggota KPDK jarang memanfaatkan produk yang ditawarkan oleh KPDK sendiri. Produk yang sering dimanfaatkan oleh anggota
KPDK itu sendiri hanya produk unit pinjaman. Hal ini merupakan salah satu indikasi adanya penyimpangan dari tujuan utama dari KPDK tersebut yang ingin
mensejahterakan anggotanya. Dari jumlah anggota yang terdata di KPDK sendiri mengalami penurunan
dari tahun 2009-2010.
Tabel 9. Perkembangan Jumlah Anggota KPDK
Tahun Jumlah Anggota
2004 1.409 orang
2005 1.396 orang
2006 1.366 orang
2007 1.349 orang
2008 1.334 orang
2009 1.442 orang
2010 1.383 orang
Dari data tersebut terlihat adanya penurunan jumlah anggota dari Tahun 2004-2008 dan Tahun 2009-2010. Menurut peneliti hal ini diindikasikan karena
tujuan dari KPDK tersebut kurang tepat sasaran, sehingga banyak anggota yang merasa kebutuhannya kurang bahkan tidak terpenuhi. Selain itu,jumlah Sisa Hasil
Usaha SHU tahun berjalan yang didapatkan oleh KPDK pada tahun 2010 mengalami menurunan sebesar Rp. 79.538.067,52. contoh penjelasan Neraca dan
SHU terlampir Masalah efisiensi koperasi di negara-negara berkembang termasuk di
Indonesia telah menjadi bahan diskusi panjang terhadap penyebab kegagalan koperasi. Hanel 1985 mengkritisi kegagalan koperasi di negara-negara
berkembang disebabkan oleh
25
25
Burha uddi “Ti jaua Prospek Koperasi Indonesia dari Perspektif Disiplin Ilmu Manajemen Biasnis, h.19-20
63
1. Dampak koperasi terhadap pembangunan yang kurang atau sangat kurang
dari organisasi koperasi, khususnya karena koperasi tidak banyak memberikan sumbangan dalam mengatasi kemiskinan dan dalam mengubah
struktur kekuasaan sosial politik setempat bagi kepentingan golongan masyarakat yang miskin.
2. Jasa-jasa pelayanan yang diberikan oleh organisasi koperasi seringkali
dinilai tidak efisien dan tidak mengarah kepada kebutuhan anggotanya. 3.
Tingkat efisiensi perusahaan-perusahaan koperasi rendah manajemen tidak mampu, terjadi penyelewengan, korupsi, nepotisme, dll.
4. Tingkat ofisialisasi yang yang sering kali terlampau tinggi pada koperasi
khususnya koperasi pertanian, ditandai dengan dukunganbantuan dan pengawasan yang terlalu besar, struktur komunikasi dan pengambilan
keputusan memperlihatkan sama seperti pada lembaga-lembaga birokrasi pemerintah, ketimbang sebagai suatu organisasi swadaya yang otonom,
partisipatif dan berorientasi pada anggota. Untuk mengatasi masalah tersebut, Hanel merumuskan beberapa
rekomendasi tentang upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan koperasi sebagai berikut:
1. Organisasi koperasi harus berusaha secara efisien dan produktif, artinya
koperasi harus memberikan manfaat dan menghasilkan potensi peningkatan pelayanan yang cukup bagi anggotanya.
2. Organisasi koperasi harus efisien dan efektif bagi anggotanya, artinya setiap
anggota akan menilai manfaat partisipasi dalam usaha bersama lebih efektif untuk mencapai kepentingan dan tujuannya dibandingkan dengan pihak lain.
3. Koperasi harus mampu menghindari terjadinya situasi dimana kemanfaatan
yang dihasilkan oleh usaha bersamakoperasi menjadi milik umum. Artinya koperasi harus mampu mencegah timbulnya dampak dari penumpang gelap
free riders yang terjadi karena usaha koperasi mengarah kepada usaha bukan untuk anggota.
64
Yuyun Wirasasmita 1991 berpendapat bahwa kondisi koperasi setelah era 80-an dan 90-an, masih belum banyak mengalami perubahan karena masih
dalam kondisi
26
: 1.
Fungsi dan tujuan koperasi belum sesuai keinginan anggotanya. 2.
Karyawan koperasi dan para manajer dalam menjalankan organisasi sangat tanggap terhadap arahan pengurus atau pemerintah tetapi tidak tanggap
terhadap arahan anggota. 3.
Fasilitas koperasi terbuka juga bagi non anggota sehingga tidak ada perbedaan manfaat yang diperoleh anggota dan non anggota.
6.1.5 Kinerja Keuangan