Karakteristik kedelapan KU8e adalah karakteristik lanskap yang terkait dengan kebutuhan air. Hal ini ditujukan pada jarak terdekat ke badan air dengan
rata-rata jarak 28,39 km. Sumber air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup. Badan air ini dapat ditemukan di Danau Riam Kanan yang
dimana danau ini menjadi core dan edge habitat SMA. Selain itu, badan air dapat ditemukan pula di sungai Barito dimana sungai hanya berfungsi sebagai edge
habitat bagi SMA.
5.4. Perbandingan Karakteristik Core dan Edge habitat
Berdasarkan hasil AKU, core dan edge habitat memilki persamaan dan perbedaan karakteristik. Persamaan karakteristik ini dinilai menjadi prasyarat
utama keberadaan habitat musim dingin SMA, sedangkan perbedaan karakteristik dinilai menjadi komponen khusus yang menyusun kedua tipe habitat tersebut.
Diagram persamaan dan perbedaan karakteristik lanskap habitat musim dingin SMA tersaji pada Gambar 22.
Keterangan :
KUnce : Komponen n untuk core dan edge habitat KUnc : Komponen n untuk core habitat
KUne : Komponen n untuk edge habitat
Gambar 22. Diagram Persamaan dan Perbedaan Karakteristik Lanskap Habitat Musim Dingin SMA
5.3.1 Persamaan Karakteristik
Komponen pertama KU1 yaitu jarak terdekat ke elevasi lebih dari 300 meter dan jarak terdekat ke hutan lahan kering, komponen kedua KU2 yaitu
KU1ce KU2ce
KU5ce KU3c
KU4c KU6c
KU7c
Edge habitat Core habitat
KU3e KU4e
KU6e
KU7e KU8e
Persamaan karakteristik
Perbedaan karakteristik
Perbedaan karakteristik
kemiringan lahan dari agak datar ke bergelombang, dan komponen kelima KU5 yaitu jarak terdekat ke hutan rawa gambut merupakan persamaan karakteristik
yang ditemukan pada core dan edge habitat. Ketiga karakteristik utama ini merupakan karakteristik dasar yang menentukan keberadaan habitat musim dingin
SMA. Ketiga persamaan karakteristik ini memiliki tingkat kepentingan yang sama dalam menyusun karakteristik baik pada core maupun edge habitat.
Hutan lahan kering dan hutan rawa gambut memiliki peranan penting bagi SMA karena struktur lanskapnya yang terdiri dari spesies-spesies tanaman yang
menjadi habitat lebah madu. Sebagai contoh, Koompassia excelsa, Koompassia malaccensis, dan Shorea sp. adalah jenis spesies penting bagi SMA yang berada
pada kawasan tersebut. Spesies ini disebut sebagai pohon madu bee tree. SMA umumnya menyerang sarang lebah yang berada di pohon-pohon yang terletak di
hutan untuk memakan lebahnya secara langsung. Selain itu, faktor kemiringan lahan juga menjadi karakteristik utama yang berada pada core maupun edge
habitat. Kemiringan lahan mempengaruhi variasi bentukan lahan yang kemudian akan mempengaruhi pergerakan angin.
5.3.2 Perbedaan Karakteristik
Karakteristik ketiga KU3, keempat KU4, keenam KU6, ketujuh KU7, dan kedelapan KU8 mempunyai perbedaan karakterististik dilihat dari
komponen variabel lingkungannya pada core dan edge habitat. Perbedaan ini secara utama ditunjukkan pada perbedaan posisi dari KU, yang berhubungan erat
dengan tingkat kepentingan dari masing-masing KU yang menyusun karakteristik lanskap core dan edge habitat. Perbedaan karakteristik ini dibagi menjadi dua tipe
perbedaan. a.
Karakteristik yang sama tetapi memiliki urutan KU yang berbeda. Badan air ditemukan pada KU4 di core habitat sedangkan badan air di
edge habitat ditemukan pada KU8. Hal ini menunjukkan bahwa badan air memiliki tingkat kepentingan yang lebih tinggi pada core dibanding edge
habitat. Adapula, karakteristik kemiringan lahan 15-25 berbukit, 25- 40 , dan 40 pegunungan ditemukan pada KU6 di core habitat
sedangkan karakteristik ini ditemukan pada KU4 di edge habitat.
b. Karakteristik yang berbeda tetapi memiliki urutan KU yang sama.
KU3 pada core habitat terkait pada jarak terdekat ke lahan terbuka, sawah dan semak belukar rawa sedangkan KU3 pada edge habitat adalah
karakteristik dengan jarak terdekat ke lahan terbuka, sawah, dan pertanianperkebunansemak. KU7 pada core habitat berhubungan dengan
karakteristik elevasi rendah kurang dari 300 meter, sedangkan KU7 pada edge habitat adalah kombinasi antara jarak terdekat ke elevasi rendah
kurang dari 300 meter dan kemiringan datar. Hal ini menunjukkan bahwa struktur lanskap yang ditunjukkan oleh komposisi penutupan lahan pada
core habitat yang lebih rendah dari edge habitat dikarenakan oleh tipe penutupan lahan yang berada pada edge habitat yang lebih bervariasi
dibanding core habitat. Karakteristik lanskap dari jarak terdekat ke hutan mangrove KU8
ditemukan hanya pada edge habitat dikarenakan oleh perbedaan jumlah KU antara core dan edge habitat. Oleh karena itu, satu karakteristik akan ditemukan
pada edge habitat, yaitu hutan mangrove. Hutan ini digunakan sebagai habitat musim dingin karena hutan ini memiliki pohon Sonneratia caseolaris yang
menjadi pohon inang bagi koloni lebah Harmonis et al., 2006. Alasan utama dari migrasi SMA ini adalah untuk mencari tempat dengan ketersediaan makanan yang
cukup. SMA memakan lebah dan tawon MacKinnon 1990. Habitat musim dingin SMA mengacu pada preferensi habitat lebah, khususnya habitat dimana
ditemukannya pohon untuk sarang lebah. Alasan utama dari migrasi SMA ini adalah untuk mencari tempat dengan
ketersediaan makanan yang cukup. Pakan SMA adalah lebah dan tawon MacKinnon 1990. Habitat musim dingin SMA mengacu pada preferensi habitat
lebah, khususnya habitat dimana terdapat pohon untuk sarang lebah. Salah satu spesies lebah yang umumnya dapat ditemukan di Kalimantan adalah Apis dorsata.
Koloni lebah jenis Apis dorsata didapati bersarang pada beberapa jenis pohon seperti Banggeris Koompassia exelsa, Rambai Laut Sonneratia caseolaris,
LomuJelemu Canarium dichotomum, Nyawai Ficus variegata, Meranti Shorea sp., Kapur Dryobalanops sp., Keruing Dipterocarpus sp., Bangkirai
Shorea laevifolia, Rengas Gluta renghas, Kapuk Ceiba petandra, Karet
Hevea brasiliensis, Laban Vitex pubescens, Perupuk Lophopetalum sp., Putat Planchonia valida, Damar Agathis sp.
, Kayu Ipo‟ Antiaris toxicaria, Bekai Pycnarrhena sp., Nyeliwai Quercus gemelliflora, Jelutung Alstonia
anqustiloba, Kejawi dan panggang Harmonis et al., 2006. Berdasarkan hasil survei, kebanyakan jenis vegetasi ini berada di dalam core dan edge habitat di
Kalimantan Selatan. Umumnya lebah dan tawon hidup di daerah hutan yang dekat dengan
aktivitas manusia seperti pertanian dan perkebunan Gambar 22. Hal ini dikarenakan kebutuhan lebah dalam mencari nektar yang digunakan untuk
memproduksi madu di sarangnya. Nektar dapat ditemukan di perkebunan dan lahan pertanian yang umumnya memiliki vegetasi berbunga.
Selain itu, s tudi pada Mate‟-mate‟ masyarakat Dayak melaporkan bahwa
ada enam spesies pohon yang menjadi habitat bagi lebah madu termasuk beberapa tanaman dipterocarpus seperti Shorea laevifolia, tetapi spesies pohon yang paling
penting adalah Koompassia excelsa dan Kompassia malaccensis De Jong, 2000. Kedua spesies ini secara luas disadari sebagai pohon yang dominan yang bisa
ditemukan di Kalimantan dan banyak masyarakat yang tinggal di hutan melindungi dan bergantung pada pohon madu ini. Banggeris merupakan pohon
inang yang paling dominan dan pohon ini dikenal sebagai pohon madu bee trees. Rambai laut merupakan pohon inang untuk koloni di sekitar daerah pesisir
terutama kawasan dengan tipe hutan bakau atau mangrove Harmonis, 2006. Hutan mangrove juga menjadi salah satu penutupan lahan yang cukup penting
untuk dijaga Gambar 23.
Gambar 23. Sketsa dan Foto Lanskap Core Habitat SMA : Kombinasi Lahan Pertanian dengan Hutan Lahan Kering
Gambar 24. Sketsa dan Foto Lanskap Edge Habitat SMA : Hutan Mangrove
Menurut Ferguson et al. 2005, habitat dari SMA ini berada di tepi hutan ekuatorial dan lahan terbuka. Habitat ini juga kaya vegetasi berkanopi pada hutan
tropis, subtropis, hutan kayu, dan savana dengan kerapatannya yang tidak terlalu padat. Habitat ini memiliki ketinggian sekitar 1.000 meter, 1.500 meter sampai
2.000 meter di atas permukaan laut. Karakteristik lanskap habitat musim dingin Sikep Madu Asia ini memiliki
persamaan dengan karakteristik Satoyama. Satoyama merupakan istilah kata yang berasal dari Jepang, dalam bidang kehutanan berarti hutan sekunder bersamaan
dengan pemukiman penduduk yang memanfaatkan pertanian secara berkelanjutan. Istilah ini tidak hanya digunakan di Jepang saja, namun telah menyebar ke
berbagai negara yang memiliki lanskap perdesaan yang terdiri dari beberapa ekosistem di antaranya: hutan sekunder, lahan pertanian, kolam irigasi, dan
padang rumput, sekaligus pemukiman Takeuchi K. Brown RD, Washitani I, Tsunekawa A, Yokohari M, 2003. Bentuk satoyama ini dapat ditemukan di
Jepang yang menjadi breeding habitat bagi SMA. Tujuan dari SMA bermigrasi musim dingin adalah mencari kawasan yang memiliki ketersediaan pakan baginya
selama musim dingin. Habitat musim dingin SMA memiliki kesamaan karakteristik dengan habitat asalnya breeding habitat yang didasari oleh
preferensi makanan bagi SMA.
5.5. Perbandingan Variabel Core Habitat dan Edge Habitat