Jangka Panjang Rekomendasi Pengelolaan Lanskap Habitat Musim Dingin SMA

b. Konservasi bentuk lahan landform berbukit hingga pegunungan. Karakteristik jarak terdekat pada kemiringan lahan 15-40 berbukit dan 40 pegunungan memiliki tingkat kepentingan yang lebih tinggi pada edge habitat dibandingkan dengan core habitat. Karakteristik ini terkait pada terbentuknya angin yang dibutuhkan SMA untuk terbang. Bentuk lahan ini perlu dijaga karakteristiknya sehingga dalam pembangunan suatu bangunan atau infrastruktur tidak mengubah karakteristik bentuk lahan tersebut.

5.6.2 Jangka Panjang

Pengelolaan lanskap jangka panjang dapat diarahkan kepada penetapan kebijakan bagi core dan edge habitat sebagai satu kawasan khusus beserta program-program pendukung agar habitat musim dingin SMA dapat terus lestari. Pengelolaan lanskap jangka panjang dapat dilakukan melalui upaya berikut. a. Pemantapan kawasan melalui penetapan status hukum yang legal. Kawasan core dan edge habitat SMA perlu ditetapkan sebagai suatu kawasan lindung yang resmi secara hukum. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas pengelolaan yang dapat ditingkatkan dalam jangka panjang. b. Pendidikan konservasi kepada pihak-pihak pengelola lanskap seperti masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Hubungan antara habitat, instansi pemerintah dan masyarakat lokal merupakan faktor kunci untuk pengelolaan jangka panjang. Informasi perlu diberikan kepada pihak-pihak tersebut untuk mengambil keputusan yang tepat tentang permasalahan lingkungan. Pihak-pihak terkait perlu menyadari dampak lingkungan dari kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan di dalam habitat tersebut Ramono et al., 2000. Masyarakat lokal memiliki peranan yang cukup penting. Kearifan lokal local wisdom yang umumnya menjadi bagian budaya masyarakat lokal di kawasan dapat menjadi pendekatan khusus dalam pengelolaan lanskap. Masyarakat lokal di kawasan tersebut telah memiliki regulasi tersendiri untuk mengakses ke lokasi pohon-pohon madu dan sarang lebah madu berada. Mereka pun menetapkan sanksi apabila terjadi pelanggaran dari aturan tersebut. Oleh karena itu, pelestarian kearifan lokal ini perlu dijaga dan diketahui oleh pihak pengelola agar habitat lebah madu ini dapat terus ada. Dengan melestarikan habitat lebah madu ini, ketersediaan pakan SMA akan terus ada. c. Program pemantauan biologis dan ekologis terhadap burung pemangsa. Program pemantauan ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kualitas air, udara, dan vegetasi pada core dan edge habitat. d. Penerapan kampanye kesadaran kepada seluruh masyarakat di Kalimantan Selatan. Kampanye ini dilakukan untuk memberikan nilai penting kawasan terhadap migrasi burung pemangsa berserta kepentingan untuk menjaga habitatnya. e. Perlindungan bagi hak kepemilikan masyarakat terhadap lahan pertanian dan perkebunan. Karakteristik lanskap yang terkait kombinasi lahan terbuka, sawah, dan perkebunan merupakan salah satu karakteristik yang penting bagi habitat musim dingin SMA. Oleh karena itu, lahan pertanian dan perkebunan yang ada perlu dilindungi. Umumnya, lahan-lahan pertanian dan perkebunan dimiliki oleh masyarakat sehingga hak kepemilikannya perlu dilindungi agar tidak terjadi alih fungsi lahan. f. Program pengembangan ekowisata berbasis burung migrasi. Pengelolaan kawasan berbasis ekowisata merupakan salah satu bentuk rekomendasi untuk rencana pengelolaan jangka panjang bagi lanskap habitat musim dingin SMA. Ekowisata adalah wisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dengan tujuan untuk menikmati dan menghargai alam terdapat juga fitur budaya di dalamnya yang dapat mempromosikan nilai konservasi dan memberikan dampak positif bagi sosial ekonomi masyarakat sekitar Wood, 2002. Hasil studi ini dapat menjadi acuan untuk program tambahan dalam ekowisata. Ekowisata bermanfaat sebagai pengetahuan untuk menyadarkan masyarakat tentang keberadaan burung migrasi sehingga akan muncul kesadaran terhadap pentingnya menjaga ekosistem alam. Dari segi antroposentris, adanya burung migrasi memberikan potensi yang lebih besar untuk wisata dan kepuasan dalam mengetahui manfaat burung migrasi bagi lingkungan Rodewald, 2008. Karakteristik lanskap habitat musim dingin SMA memiliki persamaan dengan Satoyama. Satoyama ini merupakan ekosistem berupa kombinasi antara hutan sekunder, lahan pertanian, dan pemukiman Takeuchi et al., 2003. Satoyama memiliki bentuk ekosistem yang dapat memberikan berbagai manfaat, yaitu jasa lingkungan dan jasa rekreasi. Jasa lingkungan dapat berupa tanaman liar dan aneka jenis hayati lainnya, sedangkan jasa rekreasi dapat berupa aktivitas-aktivitas alam seperti mendaki, bird-watching, nature walks, wisata kano, dan wisata berbasis hutan Morimoto et al., 2008. Aktivitas-aktivitas ini merupakan bentuk-bentuk pengembangan aktivitas dari ekowisata. Dengan adanya keberadaan ekosistem beserta manfaat yang dapat diberikan, karakteristik lanskap habitat musim dingin SMA perlu untuk dilestarikan.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Studi ini berhasil mengidentifikasi karakteristik lanskap habitat musim dingin Sikep Madu Asia SMA antara core dan edge habitat. Pada core habitat, sebanyak tujuh komponen utama ditemukan dan dinilai sebagai karakteristik lanskap habitat musim dingin SMA. Pada edge habitat, sebanyak delapan komponen utama ditemukan. Komponen pertama KU1 yaitu jarak terdekat ke elevasi lebih dari 300 meter dan jarak terdekat ke hutan lahan kering, komponen kedua KU2 yaitu kemiringan lahan dari agak datar ke bergelombang, dan komponen kelima KU5 yaitu jarak terdekat ke hutan rawa gambut merupakan persamaan karakteristik yang menentukan lanskap habitat musim dingin SMA. Ketiga karakteristik utama ini merupakan karakteristik dasar yang memiliki tingkat kepentingan yang sama dalam menyusun karakteristik baik pada core maupun edge habitat. Perbedaaan karakteristik lanskap ditujukan pada perbedaan posisi dari KU, yang mana berhubungan erat dengan tingkat kepentingan dari masing-masing KU yang menyusun karakteristik lanskap core dan edge habitat. Selain itu, core habitat memiliki variasi kelas penutupan lahan dan kemiringan lahan yang lebih rendah daripada edge habitat. Hasil dari studi ini memberikan informasi dasar dalam rencana pengelolaan lanskap habitat musim dingin SMA. Pengelolaan lanskap habitat musim dingin SMA perlu dilakukan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengelolaan lanskap jangka pendek dapat dilakukan melalui kegiatan pelestarian hutan lahan kering pada elevasi lebih dari 300 meter, penanaman pohon inang yang disukai oleh lebah madu, konservasi bentuk lahan landform, dan budidaya lebah madu. Pengelolaan lanskap jangka panjang dapat diarahkan pada penetapan kebijakan bagi core dan edge habitat sebagai satu kawasan khusus beserta program-program pendukung agar habitat musim dingin SMA dapat dilestarikan.