Kebijakan Pemerintah terkait Pengelolaan Tata Ruang

brasiliensis, kemiri Aleurites moluccana, dan kayu manis Cinnamomum burmannii. Terkadang masyarakat juga membuat anyaman bambu untuk dijual, dan juga berjualan cabai lombok. Getah karet dan kulit kayu manis merupakan salah satu aset ekonomi untuk menunjang kehidupan mereka. Di dataran rendah aluvial, rawa-rawa dan daerah aliran sungai, penduduk hidup dari pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, perdagangan, kerajinan rumah, bertukang, mendulang, dan lain-lain. Dari sektor pertanian, persawahan basah dengan padi sebagai tanaman utamanya banyak ditemukan di Kalimantan Selatan. Pada musim panas, lahan pertanian digunakan menanam ubi-ubian, sayuran, serta buah-buahan tertentu. Untuk buah-buahan, buah yang biasanya ditanam oleh penduduk setempat adalah semangka. Buah ini banyak terdapat di daerah Lupak dan Nagara. Usaha perkebunan terutama untuk menghasilkan tanaman buah-buahan yang kini terus dibudidayakan adalah tanaman jeruk Disporbudpar Kalsel, 2011. Jumlah penduduk di provinsi Kalimantan Selatan mengalami pertambahan dari tahun ke tahun. Menurut hasil sensus dari Biro Pusat Statistik 2010, jumlah penduduk pada tahun 1971 berjumlah 1.699.105 jiwa, kemudian meningkat pada tahun 1995 sebanyak 2.893.477 jiwa tahun 1995 kemudian meningkat menjadi 2.985.240 jiwa tahun 2000 dan terus meningkat sebesar 3.626.616 jiwa pada tahun 2010. Peningkatan pertambahan penduduk naik sebesar 21,5 dari tahun 2000 ke tahun 2010.

4.4. Kebijakan Pemerintah terkait Pengelolaan Tata Ruang

Menurut Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan 2005, program pengelolaan ruang dengan tujuan memberikan perlindungan pada kawasan adalah upaya untuk mengendalikan luasan hutan lindung Pulau Kalimantan. Program lainnya adalah mencegah terjadinya erosi danatau sedimentasi pada kota-kota atau kawasan-kawasan produksi pertanian, perkebunan, pariwisata, dan sebagainya, khususnya kawasan yang berada pada kemiringan lahan yang terjal; melakukan penelitian dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci dalam rangka penetapan kawasan bergambut; dan mempertahankan keberadaan zona-zona resapan air di Pulau Kalimantan. Menurut Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan 2005, program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pertanian dan perkebunan kategori sentra produksi pangan di Kalimantan Selatan ditetapkan pada kawasan-kawasan meliputi : Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, dan Tabalong. Program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kehutanan pembangunan sentra produksi hasil hutan kayu berada pada Kabupaten Tabalong dan Kotabaru. Program pembangunan sentra produksi hasil hutan non kayu berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, dan Tapin. Program pembangunan kawasan hutan penunjang industri pariwisata berada di Hulu Sungai Selatan, Barito Kuala, Tanah Laut. Taman Wisata Pegunungan Meratus, Sultan Adam termasuk dalam wilayah program pengelolaan pariwisata. Selain itu, pengelolaan kawasan pertambangan batubara, minyak bumi dan gas berada pada Kabupaten Banjar, Tabalong, Kotabaru Tapin, Hulu Sungai Selatan, dan Hulu Sungai Utara, sedangkan kawasan pertambangan bahan galian logam di antaranya: Banjarbaru, Martapura, Kandangan, Tanjung, Tabalong, dan Tanah Laut. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Kalimantan Selatan, untuk setiap terpeliharanya keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam antara fungsi konservasi dengan fungsi ekonomis sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, maka perlu dimantapkan begian-bagian wilayah yang akan atau tetap memiliki fungsi lindung, dengan strategi pengembangan sebagai berikut: a. Pemantapan kawasan lindung sesuai dengan fungsinya, b. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan lindung sesuai dengan fungsi hutan lindung yang telah ditetapkan, dan c. Menjaga konsistensi dan keterpaduan pemanfaatan kawasan lindung pada daerah-daerah perbatasan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN