Satellite Tracking TINJAUAN PUSTAKA

menghabiskan waktu musim dingin di Asia Tenggara yang dijadikan sebagai habitat musim dingin. SMA terdistribusi ke Filipina, Malaysia, Indonesia, dan Timor Leste. Semua SMA yang bermigrasi ke Asia Tenggara akan bergerak menuju semenanjung Malaysia, tetapi arah dan titik pangkalan berbeda antar individu. Setelah mencapai Sumatera, tujuh burung mengubah arah pergerakan ke arah timur laut: satu individu tiba di Pulau Mindanau dan enam individu mengakhiri migrasi untuk menetap selama musim dingin di Pulau Kalimantan Yamaguchi et al., 2008. Setiap tahunnya, SMA melakukan dua tipe migrasi, yaitu migrasi musim gugur autumn migration dan migrasi musim semi spring migration. Migrasi musim gugur yang dilakukan oleh individu SMA dilakukan pada bulan September dari breeding habitat di Jepang kemudian sampai di habitat musim dingin di kawasan Asia Tenggara sekitar bulan Desember. Migrasi musim semi dilakukan pada akhir bulan Februari dari habitat musim dingin. Individu SMA kembali ke habitat asalnya sekitar bulan Mei Higuchi H, Shiu H, Nakamura H, Uematsu A, Kuno K, Saeki M, Hotta M, Tokita K, Moriya E, Morishita E, Tamura E, 2005.

2.4.3. Kebiasaan, Makanan, dan Perkembangbiakan

SMA sering mengunjungi bukit berhutan. Spesies ini juga memiliki gaya terbang yang khas, yaitu dengan beberapa kepakan sayap yang diikuti oleh gerakan melayang yang lama. Spesies ini juga terbang membumbung tinggi di langit dengan bentangan sayap tetap datar. SMA mempunyai kebiasaan mengambil sarang tawon dan lebah. Makanan SMA adalah lebah, tawon, madu, dan tempayak juga buah-buahan yang lunak, reptilia, dan lain-lain. Sarang burung ini terbuat dari ranting-ranting bercampur daun-daun hijau, diletakkan pada pohon-pohon di hutan. Saat reproduksi, SMA menghasilkan satu atau dua butir telur berwarna putih atau kuning tua dengan banyak bercak merah atau coklat MacKinnon, 1990.

2.5. Satellite Tracking

Satellite tracking merupakan alat yang sangat ampuh untuk menginvestigasi pergerakan hewan khususnya dalam situasi ketika subyek yang diteliti bepergian dalam skala global Cohn, 1999; Webster et al., 2002. Dengan menggunakan teknologi ini, ahli ekologi dapat mengakumulasi bukti yang terkait pada jalur migrasi, tempat singgah, dan tempat mencari makan. Data satellite tracking ini tidak hanya menyediakan informasi dasar mengenai pergerakan dari spesies target, tetapi juga menunjukkan tempat singgah penting yang didatangi oleh burung-burung yang sedang mencari makan atau yang berada di area perikanan Higuchi et al., 2005. Sejak tahun 1980, teknologi satellite tracking digunakan untuk memantau burung. Satellite tracking pada hewan menggunakan PTTs Platform Transmitter Terminals untuk ditrack menggunakan satelit NOAA National Oceanic and Atmospheric Administration. PTT ditempelkan pada bagian punggung dari burung kemudian PTT digabungkan dengan GPS Global Positioning System Gillespie, 2001. Berat PTT relatif kecil sekitar 200 gram untuk menghindari gangguan pada burung saat sedang terbang. Energi yang digunakan dalam PTT memanfaatkan tenaga surya dengan menggunakan baterai nikel-kadmiun yang dapat diisi kembali. Baterai ini dapat diisi ulang sebanyak 1000 kali dan bertahan selama 3 tahun Seegara WS, Henkeb MB, Schorc M, Stoned M, 1996. Akan tetapi, kegagalan dalam tracking dapat terjadi pada saat penggunaaan PTT yang dikarenakan oleh burung mati, PTT yang terlepas, daya tahan baterai habis, dan baterai yang digunakan terlepas dari PTT. Secara umum, satellite tracking memberikan informasi waktu dan lokasi satwa bergerak. Dengan mengintegrasikan data dengan beberapa variabel lingkungan dan menggabungkannya dengan teknik Sistem Informasi Geografi GIS, penggunaan habitat dari burung yang telah ditandai dapat dianalisis. Beberapa peneliti menggunakan pendekatan ini untuk memeriksa strategi migrasi Fujita G, Hong-Liang G, Ueta M, Goroshko O, Krever V, Ozaki K, Mita N, Higuchi, H, 2004, dan untuk penggunaan habitat Kernohan BJ, Millspaugh JJ, Jenks JA, Naugle DE, 1998. SMA di-track dengan sistem Argos Argos, 1996. Sistem ARGOS menggunakan satelit US National Oceanic and Atmospheric Adminsitration NOAA. NOAA mengikuti lintasan sepanjang 830 km di atas permukaan bumi pada kecepatan satu lintasan orbit setiap 102 menit. Data yang diterima dan ditaruh oleh NOAA akan dikirimkan ke stasiun pusat di Amerika Serikat dan Prancis. Data ini umumnya diterima sekali per orbit dan dikirimkan ke ARGOS Global Processing Centre. Informasi diubah ke dalam informasi posisi lintang dan bujur. Informasi ini dikirimkan kepada peneliti melalui internet Gambar 4. Proses ini membutukan 1-2 jam dari waktu saat satelit menerima signal dari transmitter ke waktu saat data lokasi diperoleh oleh peneliti Higuchi et al., 2005. Gambar 4. Mekanisme Satellite Tracking dengan ARGOS Sumber : Higuchi et al., 2005 Berdasarkan akurasi lokasi yang diperkirakan, Argos membagi kelas-kelas lokasi LCs dengan akurasi: Z akurasi terkecil, B, A, 0, 1, 2, dan 3 akurasi terbesar. Akurasi yang dimulai dari urutan terkecil seperti A, B, dan Z tidak dapat diestimasi dengan sistem ARGOS. Secara umum, kelas lokasi LC 0-3 digunakan untuk analisis data yang telah ditetapkan satu akurasi standar deviasi lebih dari 1000 m, 350-1000 m, 150-350 m, dan 150 m. Habitat musim dingin didefinisikan sebagai area yang ditinggali oleh SMA kurang dari 30 km selama minimal 24 jam Higuchi et al., 2005. Distribusi habitat musim dingin SMA tersaji pada gambar 5. Gambar 5. Distribusi habitat musim dingin 49 invididu SMA yang di-track tahun 2003-2010 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Jumlah SMA Persentase

III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Studi ini dilakukan pada core dan edge habitat SMA di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia Gambar 6. Kegiatan survei dilakukan dengan mengambil beberapa lokasi di Provinsi Kalimantan Selatan, di antaranya, Sultan Adam, Hulu Sungai Selatan, dan muara Sungai Barito. Survei lapang dilakukan pada tanggal 20-23 Februari 2011. Penelitian dilakukan selama 6 bulan dimulai pada Februari 2011 dan berakhir pada bulan Juli 2011. Gambar 6. Lokasi Penelitian Provinsi Kalimantan Selatan

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama penelitian ini adalah a. kamera digital b. binokular c. Global Positioning System GPS d. software ArcGIS 9.3 ESRI, 2009, ERDAS Imagine 9.1 Leica, 2006, dan XLStat Version 2011.2.08 Addinsoft, 2011 Sumber : Syartinilia, 2010 Sultan Adam Hulu Sungai Selatan Muara Sungai Barito