Proses Pembentukan Harga Perilaku Pasar Gambir

6.2.2.2. Proses Pembentukan Harga

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses mekanisme penentuan harga gambir diantaranya adalah tingkat kompetisi antarpelaku pasar yang salah satunya dipengaruhi oleh bentuk struktur pasar komoditas tersebut, regulasi atau aturan yang ada, baik dari pemerintah pusat dan daerah maupun nagari, serta preferensi dari pembeli atau konsumen. Berdasarkan fenomena yang ada, selain faktor di atas, komponen utama mempengaruhi harga gambir di tingkat petani adalah: 1. Persentase Kadar Air Gambir Semakin tinggi persentase kadar air gambir yang dihasilkan, maka harga rata- rata per kilogram gambir yang diterima petani akan semakin rendah. Sementara pengelolaan usahatani gambir masih tradisional yang akan menyebabkan mutu produk yang dihasilkan akan cenderung berada dibawah standar kualitas yang diinginkan dan ditetapkan pasar. Tuntutan akan uang tunai supaya bisa menjual setiap minggu selama panen, maka pengeringan selain dengan cara penjemuran alami, juga dilakukan petani di atas tungku api untuk perebusan. Kelemahan ini sering dijadikan dasar bagi pedagang pengumpul untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Kadar air gambir yang berasal dari petani umumnya berkisar antara 5 – 6 persen per kilo, tetapi dalam praktek pembelian umumnya pedagang memotong kadar air sebesar 10 sampai 15 persen. 2. Jenis Gambir yang Diperdagangkan Sebanyak 62.5 persen petani menghasilkan gambir campur dan 37.5 persen petani memproduksi gambir murni. Gambir campur relatif lebih berat dan berwarna hitam yang biasanya dijual ke pasar luar negeri untuk ekspor. Sedangkan gambir murni jauh lebih ringan dan berwarna kuning kecoklatan. Jenis gambir ini umumnya dipasarkan di dalam negeri untuk konsumsi langsung atau industri tertentu, sebagiannya ada juga yang di ekspor. Perbandingan berat gambir murni dengan gambir campur per karungnya berturut-turut 40 – 50 kgkarung dan 80 – 90 kgkarung. Walaupun dari segi berat gambir murni lebih ringan dari gambir campur, tetapi dari segi harga biasanya gambir murni sedikit lebih mahal harga per kilogramnya dibandingkan gambir campur. 3. Harga di Tingkat Eksportir atau Pedagang Besar Harga yang ditentukan eksportir cendrung mengacu pada harga gambir sebelumnya dan akan tetap selama jumlah kontrak antara eksportir dengan pembeli atau importir di luar negeri belum terpenuhi. Kontrakperjanjian perdagangan biasanya sudah dibuat terlebih dahulu dan pembelian ke petani baru dilakukan setelahnya. Struktur pasar yang tidak bersaing sempurna dimana rantai pemasaran gambir dikuasai oleh sedikit pedagang besar akan memungkinkan terjadinya praktek kolusi dalam penentuan harga dalam transaksi jual beli gambir. 4. Waktu Penjualan Penimbangan untuk penjualan yang dilakukan disaat pagi, siang atau menjelang sore berpengaruh terhadap harga pembelian. Harga di pagi hari saat hari pasar tradisional biasanya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan harga disaat siang dan sore hari, karena di pagi hari ada tuntutan yang sangat mendesak bagi petani akan uang tunai yang digunakan untuk berbelanja keperluannya. Kasus seperti ini dijumpai di lokasi penelitian di Kecamatan Harau. Di Kecamatan Kapur IX hal tersebut tidak berlaku karena sudah ada peraturan nagari yang baku dalam mengatur tempat dan hari penimbangan yang semuanya sudah dikelola oleh nagari. Justru penawaran harga tertinggi di peroleh saat awal transaksi sudah dibuka secara resmi oleh aparatur nagari. Semakin lama gambir dijual maka penawaran harga akan cenderung lebih rendah karena persediaan uang tunai pedagang sudah jauh berkurang. Ada perilaku yang berbeda dalam praktek jual beli gambir diantara kecamatan sampel dikarenakan perbedaan infrastruktur jalan, jarak lahan ke rumah dan ketergantungan kepada pemodal. Rata-rata petani yang tidak memiliki rumah pengolahan gambir tertinggi adalah di lokasi penelitian di Kecamatan Lareh Sago Halaban, dimana hanya 33.33 persen responden yang memiliki rumah pengolahan sendiri. Oleh karena itu tingkat ketergantungan petani kepada pedagang pengumpul cenderung lebih tinggi di kecamatan ini. Sedangkan di Kecamatan Harau dan Kapur IX umumnya petani sudah memiliki rumah pengolahan sendiri.

6.2.2.3. Kerjasama Antarlembaga Pemasaran