Penelitian Efisiensi Produksi pada Berbagai Usahatani Komoditas Pertanian

discount factor 15 persen. Titik impas investasi Break Even PointBEP 3.27 tahun dengan nilai investasi Rp 3 282 500 per hektar serta nilai RC RevenueCost Ratio 1.61 Ermiati, 2004. Yuhono 2004, yang juga melakukan penelitian usahatani gambir memperoleh RC rasio 1.69 terhadap biaya total dan 2.11 terhadap biaya tunai, serta margin harga yang diterima petani sebesar 67 persen. Sedangkan menurut Tinambunan 2007, usahatani gambir juga layak untuk diusahakan, dengan perolehan pendapatan bersih petani Rp 11 476 200 jika panen dalam bentuk daun dan ranting muda, Rp 14 073 200 untuk output getah basah, serta Rp 15 129 200 untuk menjual dalam bentuk gambir kering.

2.2. Penelitian Efisiensi Produksi pada Berbagai Usahatani Komoditas Pertanian

Harsoyo 1999, meneliti tentang kinerja produksi dan mengukur perbedaan efisiensi kinerja produksi salak pondoh antarpetani berdasarkan perbedaan skala pengusahaan dan letak geografis di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan di empat desa di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Pendekatan analisis adalah model biaya dan keuntungan translog. Ia juga melakukan pembandingan antarskala pengusahaan dan antardesa untuk memperoleh efisiensi ekonomi relatif. Hasil analisis fungsi biaya translog menghasilkan kesimpulan yang konsisten dengan hasil analisis fungsi keuntungan translog, bahwa kondisi usaha dan produksi salak pondoh adalah increasing return to scale, artinya persentase tambahan produk lebih besar daripada persentase tambahan faktor- faktor produksi. Pengusahaan dalam skala lebih dari seribu rumpun lebih efisien dan produksi di Desa Girikerto dan Wonokerto lebih efisien dibandingkan dua desa lainnya. Slameto 2003, meneliti efisiensi produksi usahatani kakao untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Provinsi Lampung. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yang mencakup tiga kabupaten sebagai daerah sampel. Analisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Produksi kakao rakyat sangat dipengaruhi oleh input tenaga kerja, pupuk kandang, pestisida, luas lahan, jumlah dan umur tanaman kakao, serta penggunaan klon unggul, seluruhnya memberikan pengaruh positif terhadap produksi. Penggunaan input produksi dapat meningkatkan produksi kakao rakyat dengan proporsi yang sama yang ditunjukkan oleh ekonomi skala usaha yang cenderung pada kondisi constant return to scale. Pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas relatif sering dipakai dalam penelitian efisiensi produksi pada berbagai usahatani komoditas pertanian. Berikut hasil ulasan singkat beberapa penelitian menyangkut efisiensi produksi usahatani berbagai komoditas pertanian, yaitu: 1 enam penelitian menyangkut efisiensi produksi pada komoditas tanaman perkebunan tahunan, yaitu: salak pondoh Harsoyo, 1999, kakao Slameto, 2003; Sahara et al. 2006, sawit Hasiholan, 2005, lada Sahara et al. 2004; Sahara dan Sahardi, 2005, 2 lima penelitian menyangkut efisiensi produksi pada komoditas tanaman musiman, yaitu: cabai merah Sukiyono, 2005, ubi kayu Asnawi, 2003, bawang merah Suciaty, 2004, padi Jauhari, 1999; Sahara dan Idris, 2005, melon Yekti, 2004, dan 3 dari sebelas penelitian tersebut hanya satu penelitian yang memakai pendekatan translog, sedangkan yang lainnya memakai pendekatan Cobb-Douglas.

2.3. Penelitian Efisiensi Pemasaran pada Berbagai Usahatani Komoditas Pertanian