Tahapan Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN

dibatasi sebagai nisbah koefisien pasar setempat terdahulu terhadap koefisien pasar acuan terdahulu. Dari persamaan 8 diperoleh: IMC = 1 3 1 b b b 1   .................................................9 Secara umum, semakin dekat indek tersebut ke-0 atau koefisien bernilai lebih kecil dari 1 maka semakin tinggi derajat keterpaduan pasar.

3.3. Tahapan Penelitian

Upaya peningkatan pendapatan petani tergantung pada pengelolaan produksi dan pengalokasian faktor produksi yang dimiliki, kemudian menindaklanjutinya dengan memasarkan komoditas yang telah diproduksi tersebut. Dengan demikian upaya peningkatan pendapatan petani salah satunya sangat ditentukan oleh faktor bagaimana petani melakukan pengelolaan produksi dan pemasaran komoditas yang diusahakannya. Kegiatan produksi dan pemasaran tidak bisa berjalan sendiri karena saling terkait dalam menentukan keberhasilan usahatani. Pengusahaan gambir sebagai komoditas pertanian tidak terlepas dari ketergantungan usahatani tanaman tropis ini pada faktor alam. Kondisi alam seperti curah hujan, karakteristik tanah, kesuburan tanah serta faktor lainnya akan sangat berpengaruh pada produksi dan produktivitas tanaman. Disamping faktor alam, teknologi yang digunakan petani dalam proses produksi, kondisi sosial ekonomi dan kelembagaan serta situasi pasar yang berkaitan dengan permintaan, penawaran dan proses pemasaran gambir akan sangat berpengaruh pada pembentukan harga gambir di pasar. G A M B I R Salah Satu Komoditas Unggulan Sumatera Barat dan Kabupaten Lima Puluh Kota Untuk Ekspor Usahatani perkebunan rakyat yang dikelola secara tradisional dengan teknologi pengolahan sederhana Masalah utama dalam pengelolaan komoditas gambir selama ini: 1. Produksi, produktivitas, serta mutu hasil gambir yang rendah 2. Rendahnya posisi tawar petani di pasar Analisis Produksi Analisis Pemasaran Efisiensi pengalokasian sumberdaya Profil dan kinerja kelembagaan pemasaran gambir Pendekatan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan metode untuk analisis pemasaran menggunakan the market structure-conduct-performance relationship Gambaran menyeluruh mengenai keragaan usahatani gambir mulai dari on farm sampai off farm secara terpadu di Kabupaten Lima Puluh Kota Bagaimana keterkaitan antara sektor on farm dengan off farm usahatani gambir yang terhubung dalam suatu kesatuan sistem pemasaran serta peranannya dalam menentukan harga gambir Gambar 6. Tahapan Analisis Produksi dan Pemasaran Komoditas Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota Masalah utama dalam usahatani gambir seperti yang terlihat dalam di Gambar 6 adalah menyangkut produksi, produktivitas serta mutu hasil gambir yang rendah. Proses produksi gambir memerlukan sumberdaya input yang bersifat tetap dan input tidak tetap. Faktor yang akan diuji sebagai hipotesis penelitian adalah bagaimana pengaruh luas areal tanam, jumlah pohon dan umur tanaman, tenaga kerja curahan waktu kerja serta penerapan faktor produksi lainnya, terhadap produksi gambir. Apakah pengaruhnya signifikan dan sudah efisien dalam pengalokasiannya. Disamping itu akan dilakukan juga analisis efisiensi pemasaran gambir dengan menggunakan pendekatan SCP untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai struktur pasar, perilaku dan keragaan usahatani gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota.

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini merupakan daerah sentra produksi gambir di Sumatera Barat. Menurut data BPS 20072008, sekitar 70.45 persen produksi gambir Sumbar berasal dari kabupaten ini. Sumatera Barat sendiri adalah provinsi sentra produksi yang menyumbangkan lebih dari 80 persen produksi gambir Indonesia Ermiati, 2004; Dhalimi, 2006. Selanjutnya dari Kabupaten Lima Puluh Kota dipilih lagi tiga kecamatan secara sengaja purposive yang menjadi sentra produksi gambir yaitu Kecamatan Kapur IX, Lareh Sago Halaban dan Harau. Penentuan lokasi tersebut dengan pertimbangan: 1 ketiga kecamatan adalah daerah sentra produksi, 2 untuk melihat keragaman dan keragaan usahatani dan pemasaran gambir di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota, dan 3 supaya tidak terjadi pengelompokan pada wilayah tertentu sehingga memungkinkan lokasi penelitian tersebar. Namun demikian pemilihan ketiga kecamatan tersebut tidak dimaksudkan untuk dilakukan perbandingan. Kecamatan Kapur IX dipilih masih didasarkan pada pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan salah satu daerah sentra produksi di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan kontribusi tertinggi terhadap luas areal tanam dan produksi gambir, masing-masing sebesar 44.11 persen dan 43.05 persen BPS, 2008a; 2008b. Pemilihan Kecamatan Lareh Sago Halaban