Potensi Pengembangan Gambir Gambaran Umum Kabupaten Lima Puluh Kota 1. Letak Geografis, Topografi dan Iklim

Sektor pertanian masih mempunyai peranan yang besar dalam struktur perekonomian Kabupaten Lima Puluh Kota, sekitar 80.37 persen penduduk di kabupaten ini bekerja di sektor pertanian berdasarkan data Sensus Pertanian 2003. Produksi tanaman perkebunan yang paling banyak menghasilkan di Kabupaten Lima Puluh Kota menurut data BPS adalah komoditas gambir, kelapa, karet, kopi, kulit manis, aren, kakao, pinang, tembakau dan cengkeh. Tabel 3. Perkembangan Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2004 - 2007 No. SektorSubsektor 2004 2005 2006 2007 1. Pertanian 34.94 34.86 34.79 34.58  Tanaman Pangan 13.93 13.91 13.97 13.75  Tanaman Perkebunan 8.84 9.19 9.05 9.22  Peternakan dan Hasil 4.31 4.30 4.31 4.40  Kehutanan 5.05 4.67 4.63 4.50  Perikanan 2.81 2.80 2.84 2.72 2. Industri Pengolahan 10.25 9.86 9.91 10.09 3. Sektor Lainnya 54.81 55.28 55.30 55.33 Sumber: BPS, 2008c Berdasarkan distribusi persentase PDRB atas harga berlaku, kontribusi sektor pertanian pada tahun 2007 sebesar 34.58 persen dan subsektor tanaman perkebunan menyumbangkan 9.22 persen, naik dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 9.05 persen. Subsektor tanaman pangan memberikan kontribusi terbesar pada distribusi PDRB sektor pertanian yaitu sebesar 13.75 persen.

5.1.4. Potensi Pengembangan Gambir

Pengembangan tanaman gambir di Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Lima Puluh Kota masih sangat prospektif. Adanya tren meningkat dari permintaan gambir baik di dalam negeri maupun untuk ekspor menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan pemakaian gambir. Hal ini hendaknya mampu diimbangi dengan kinerja produksi yang baik oleh petani gambir untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Komoditas gambir sudah tercatat resmi dalam statistik perdagangan luar negeri Sumatera Barat. Berdasarkan klasifikasi tarif Indonesia tahun 1989 tentang pengelompokan jenis barang ekspor impor, gambir sudah dikode menurut Harmonized System HS yang merupakan perluasan dari Custom Cooperation Council Nomenclatur CCCN dan Standard International Trade Classification SITC Revisi ketiga. Kode HS gambir sebagai komoditas perdagangan dunia adalah: 3201.90.100, dengan nama dagang gambier atau gambier extract. Potensi untuk mengekspor gambir terbuka luas terutama ke negara-negara Asia Baratdaya seperti India, Pakistan dan Bangladesh BPS, 2008d. Tabel 4. Perbandingan Luas Areal Tanam dan Produksi Gambir di Semua Kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2007 No. Kecamatan Luas Lahan ha Produksi ton 1. Payakumbuh 534 396.80 2. Akabiluru - - 3. Luak - - 4. Lareh Sago Halaban 499 315.00 5. Situjuah Limo Nagari - - 6. Harau 444 395.20 7. Guguak 35 25.50 8. Mungka 523 421.60 9. Suliki - - 10. Bukik Barisan 2 621 1 688.80 11. Gunuang Omeh - - 12. Kapur IX 5 599 4 301.85 13. Pangkalan Kotobaru 3 674 2 528.75 Jumlah 13 929 10 073.50 Sumber : BPS, 2008a Perkebunan gambir rakyat di Kabupaten Lima Puluh Kota tersebar di delapan kecamatan atau diproduksi hampir merata diseluruh wilayah kabupaten ini, dengan daerah sentra produksi di Kecamatan Kapur IX, Pangkalan Kotobaru, Bukik Barisan, Mungka, Payakumbuh, Harau, Lareh Sago Halaban dan Guguak. 5.2. Keragaan Usahatani Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota 5.2.1. Karakteristik Responden