Karakteristik Usahatani Gambir Keragaan Usahatani Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota 1. Karakteristik Responden

5.2.3. Karakteristik Usahatani Gambir

Secara garis besar karakteristik usahatani yang dilakukan petani gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota rata-rata mempunyai luas 1.41 ha dengan jenis bibit yang digunakan adalah campuran dari ketiga jenis varietas yang ada. Tabel 6 memberikan informasi bahwa luas lahan terendah perkebunan gambir di lokasi penelitian yang dimiliki petani adalah seluas 0.25 ha dengan rata-rata umur tanaman masih dalam usia produktif dan rata-rata populasi tanaman 4 569 pohon per hektar. Keragaman petani dalam menggunakan pupuk kimia jenis Urea sangat tinggi, nilai simpangan bakunya jauh lebih tinggi dari rata-rata. Salah satu penyebabnya adalah hanya sedikit responden yang mengaplikasikan pupuk kimia dalam budidaya gambir. Berikut ini gambaran karakteristik usahatani gambir di lokasi penelitian. Tabel 6. Karakteristik Usahatani Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2009 No. Deskripsi Kisaran Rata-Rata Simpangan Baku 1. Kepemilikan lahan rata-rata ha 0.25 - 12 1.41 0.98 2. Umur tanaman gambir tahun 2 - 54 12.27 9.96 3. Populasi tanaman pohonha 500 - 28 000 4 569.55 3 270.92 4. Penggunaan pupuk Urea kg 0 - 250 30.08 37.27 5. Penggunaan pestisida liter 0 - 15 3.11 2.40 6. Tenaga kerja pemeliharaan HOK 10 - 320 102.14 78.31 7. Tenaga kerja pengolahan HOK 12 - 750 168.89 126.57 Kondisi perkebunan gambir yang tersebar di Kabupaten Lima Puluh Kota menunjukkan bahwa usahatani gambir, teknik budidaya dan pengolahan pascapanen yang dilakukan petani masih bersifat tradisional. Seluruh perkebunan gambir di wilayah ini merupakan perkebunan rakyat. Usahatani gambir yang dilakukan di daerah ini merupakan warisan dari generasi sebelumnya dan hingga kini usahatani gambir menjadi salah satu andalan untuk menopang hidup keluarga petani. Berdasarkan data, secara umum diketahui produksi rata-rata gambir di daerah penelitian sebesar 1 053.38 kg per tahun. Untuk melihat keragaan produksi gambir ini, data bisa dikelompokkan menurut karakteristik tertentu seperti yang bisa dilihat di Tabel 7 dimana sampel awal telah diklasifikasikan lagi berdasarkan variasi panen, jenis gambir yang diproduksi, cara tanam, klasifikasi luas lahan serta berdasarkan umur tanaman. Tabel 7. Keragaan Produksi Gambir Berdasarkan Perlakuan Sampel di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2009 Produksi Gambir kg No. Perlakuan Sampel N Nilai Mak – Min Rata-Rata Simpangan Baku 1. Awal 133 50 – 3 300 1 053.38 747.57 2. Panen 3 kali setahun 48 105 – 3 300 1 219.81 851.36 3. Panen 3 kali setahun 85 50 – 3 000 959.39 669.25 4. Memproduksi gambir campur 87 105 – 3 000 1 108.85 683.32 5. Memproduksi gambir murni 46 50 – 3 300 959.52 859.01 6. Monokultur 55 200 – 3 300 1 203.45 728.79 7. Tumpang sari 78 50 – 3 000 947.55 747.08 8. Lahan sempit 0 – 0.5 ha 13 100 – 600 323.85 192.72 9. Lahan sedang 0.51 – 1 ha 65 50 – 2 400 838.89 545.72 10. Lahan luas 1 ha 55 200 – 3 300 1 479.29 797.88 11. Umur tanaman 1.5 – 3 tahun 17 150 – 2 250 889.47 686.48 12. Umur tanaman 4 – 14 tahun 82 50 – 3 300 1 095.83 794.73 13. Umur tanaman 14 tahun 34 240 – 3 000 1 032.94 661.76 Informasi keragaman produksi berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa secara umum jumlah petani yang bisa melakukan panen tiga kali setahun 36.09 persen dan yang kurang dari tiga kali sebesar 63.91 persen. Ada 58.65 petani yang menanam dengan cara tumpang sari dan umumnya petani luas lahan petani antara 0.5 – 1 hektar atau kurang dari itu, yaitu 58.65 persen, serta 74.44 persen umur tanaman gambir yang dibudidayakan masih berada dalam rentang produktif atau antara berumur kurang dari 14 tahun. Tabel 8 berikut ini merupakan gambaran kelayakan usahatani gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota berdasarkan hasil penelitian Ermiati 2004 yang digunakan sebagai pembanding produksi daun dan ranting muda pada beberapa tingkatan umur per hektar per tahun mulai dari tahun awal penanaman. Tabel 8. Kelayakan Usahatani Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota per Hektar Present Value 15 Tahun Produksi Gambir Kering kg Harga Rp Penerimaan Biaya Manfaat Penerimaan Biaya Manfaat 1 7 500 3 282 500 3 282 500 2 854 347 2 854 347 2 300 7 500 2 250 000 1 625 000 625 000 1 701 323 1 228 734 472 590 3 675 7 500 5 062 500 3 031 250 2 031 250 3 328 675 1 993 095 1 335 580 4 750 7 500 5 625 000 3 312 500 2 312 500 3 216 112 1 893 931 1 322 179 5 750 7 500 5 625 000 3 312 500 2 312 500 2 796 619 1 646 897 1 149 720 6 750 7 500 5 625 000 3 312 500 2 312 500 2 431 842 1 432 083 999 757 7 750 7 500 5 625 000 3 312 500 2 312 500 2 114 645 1 245 291 869 453 8 750 7 500 5 625 000 3 312 500 2 312 500 1 838 822 1 082 861 755 960 9 750 7 500 5 625 000 3 312 500 2 312 500 1 598 976 941 618 657 357 10 750 7 500 5 625 000 3 312 500 2 312 500 1 390 413 818 880 571 614 11 750 7 500 5 625 000 3 312 500 2 312 500 1 209 055 711 999 497 056 12 750 7 500 5 625 000 3 312 500 2 312 500 1 051 352 240 035 383 874 7 725 57 937 500 37 751 250 20 186 250 25 853 303 16 089 771 9 763 532 Sumber: Ermiati, 2004 Berdasarkan cash flow usahatani gambir di Tabel 8 di atas terlihat bahwa usahatani gambir layak untuk diusahakan dan dikembangkan, dengan besar manfaat yang diperoleh bernilai positif pada tingkat discount factor 15 persen. Pengembalian investasi diperoleh setelah tahun ketiga dan tingkat produksi cenderung stabil ditahun keempat setelah penanaman awal. Keterangan tersebut sekaligus dipakai sebagai asumsi bagi analisis produksi usahatani gambir dalam penelitian ini, dimana umur tanaman yang digunakan untuk menilai tingkat skala produksi usahatani gambir adalah umur rata-rata dari umur tanaman keseluruhan responden.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Produksi Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota 6.1.1. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Gambir Produksi komoditas pertanian on farm merupakan tahapan awal yang akan mempengaruhi proses selanjutnya hingga menghasilkan output, atau dapat juga dinyatakan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha lainnya seperti penangkapan dan beternak Rahim dan Retno, 2007. Proses produksi dalam penelitian ini merupakan kegiatan budidaya gambir sebagai salah satu komoditas tanaman perkebunan tahunan dengan menggunakan faktor-faktor produksi masukan atau input. Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah hasil yang berkurang law of deminising return, dimana tiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut. Data yang dipakai untuk analisis adalah data cross section yang berasal dari hasil survei terhadap usahatani gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian. Penyelesaian lebih lanjut dari fungsi produksi gambir dilakukan dengan cara regresi kuadrat terkecil dengan menggunakan data produksi dan berbagai data masukan yang dikumpulkan dari usahatani gambir di lokasi penelitian. Langkah selanjutnya sebelum persamaan regresi dari fungsi produksi gambir diduga, persamaan tersebut harus memenuhi spesifikasi. Spesifikasi model dalam ekonometrika menyangkut tiga hal yaitu: 1 pemilihan variabel-variabel