IV. METODE PENELITIAN
4.1. Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini merupakan daerah
sentra produksi gambir di Sumatera Barat. Menurut data BPS 20072008, sekitar 70.45 persen produksi gambir Sumbar berasal dari kabupaten ini.
Sumatera Barat sendiri adalah provinsi sentra produksi yang menyumbangkan lebih dari 80 persen produksi gambir Indonesia Ermiati, 2004; Dhalimi,
2006. Selanjutnya dari Kabupaten Lima Puluh Kota dipilih lagi tiga kecamatan
secara sengaja purposive yang menjadi sentra produksi gambir yaitu Kecamatan Kapur IX, Lareh Sago Halaban dan Harau. Penentuan lokasi
tersebut dengan pertimbangan: 1 ketiga kecamatan adalah daerah sentra produksi, 2 untuk melihat keragaman dan keragaan usahatani dan pemasaran
gambir di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota, dan 3 supaya tidak terjadi pengelompokan pada wilayah tertentu sehingga memungkinkan lokasi
penelitian tersebar. Namun demikian pemilihan ketiga kecamatan tersebut tidak dimaksudkan untuk dilakukan perbandingan.
Kecamatan Kapur IX dipilih masih didasarkan pada pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan salah satu daerah sentra produksi di
Kabupaten Lima Puluh Kota dengan kontribusi tertinggi terhadap luas areal tanam dan produksi gambir, masing-masing sebesar 44.11 persen dan 43.05
persen BPS, 2008a; 2008b. Pemilihan Kecamatan Lareh Sago Halaban
didasarkan pada pertimbangan karena kecamatan ini merupakan daerah pertama penghasil gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota dan sampai
sekarang menghasilkan gambir dengan mutu kualitas A yang dikenal dengan nama Gambir Halaban I. Sedangkan Kecamatan Harau dipilih karena
kecamatan ini adalah kecamatan dengan akses yang paling baik dan paling dekat dengan Kota Payakumbuh sebagai salah satu pasar utama gambir di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Setelah dilakukan pemilihan lokasi penelitian pada tingkat kabupaten
dan kecamatan, selanjutnya dilakukan penentuan lokasi penelitian pada tingkat kenagarian. Kenagarian atau nagari adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai organisasi pemerintah sendiri dan merupakan ciri khas pemerintahan daerah Sumatera Barat, yang setingkat dengan desa. Kapur IX,
Lareh Sago Halaban dan Harau merupakan kecamatan terpilih sebagai lokasi penelitian, masing-masing terdiri dari 7, 8 dan 11 kenagarian. Pemilihan
kenagarian ditentukan secara sengaja di tiga kecamatan tersebut dan yang terpilih di Kecamatan Kapur IX adalah Kenagarian Koto Bangun, Muaro Paiti
dan Lubuak Alai. Kenagarian Solok Bio-bio di Kecamatan Harau dan Kenagarian Halaban dan Sitanang di Kecamatan Lareh Sago Halaban.
4.2. Jenis dan Sumber Data