besareksportir. Pinjaman biasanya tanpa bunga dan tanpa adanya suatu ikatan hukum, hanya berdasarkan kepercayaan dan hubungan yang sudah lama terjalin.
Jadi bentuk kerjasama yang terjadi di antara lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran gambir berdasarkan hubungan kepercayaan dengan adanya
keterikatan dalam bentuk modal.
6.2.3. Kinerja Pasar Gambir
Kinerja pasar sangat dipengaruhi oleh struktur dan perilaku pasar. Indikator yang dijadikan ukuran untuk menilai kinerja pasar gambir di lokasi penelitian,
yaitu: 1 untuk efisiensi operasional yang merupakan ukuran dari biaya minimum biaya pemasaran untuk menggerakkan komoditas dari produsen ke konsumen
dinilai dengan ukuran margin pemasaran yang sudah dibahas langsung dalam analisis efisiensi saluranlembaga pemasaran, serta besarnya bagian harga yang
diterima petanifarmer’s share, dan 2 untuk efisiensi harga yang menyangkut ukuran keterkaitan harga dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke
konsumen yang disebabkan oleh adanya perbedaan kegunaan tempat, bentuk, waktu dan kepemilikan, analisisnya mencakup tingkat integrasiketerpaduan pasar
gambir dan nilai elastisitas transmisi harga.
6.2.3.1. Bagian Harga yang Diterima Petani
Bagian harga yang diterima petani adalah bagian harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam hal ini pedagang akhir dan eksportir yang dapat dinikmati
oleh petani sebagai produsen. Besarnya farmer’s share secara umum dipengaruhi oleh saluran pemasaran, semakin panjang saluran akan menyebabkan biaya dan
keuntungan yang diambil oleh setiap lembaga pemasaran bertambah sehingga margin bertambah besar. Semakin besar margin pemasaran maka bagian harga
yang diterima petani akan semakin kecil seperti yang terjadi pada saluran pemasaran II. Selain itu untuk komoditas pertanian faktor tingkat pengolahan
yang dilakukan petani, biaya transportasi, keawetan dan mutu serta jumlah produksi juga akan berpengaruh pada farmer’s share. Berikut ini gambaran
besarnya bagian harga yang diterima oleh petani pada setiap saluran pemasaran gambir di lokasi penelitian.
Tabel 16. Farmer’s Share Komoditas Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2009
Saluran Pemasaran I
Saluran Pemasaran II
Saluran Pemasaran III
Saluran Pemasaran IV
Pelaku Pasar Rpkg
Rpkg Rpkg
Rpkg 1. Petani
23 680.97 66.71
23 680.97 64.00
26 500.33 74.65
26 500.33 71.62
2. Pedagang 30 045.45
84.64 30 045.45
81.20 Pengumpul
3. Pedagang 34 000
95.77 33 000
89.19 34 000
95.77 33 000
89.19 Besar
4. Pedagang di luar
35 500 100
35 500 100
Sumbar 5. Eksportir
37 000 100
37 000 100
Lokal
Hasil analisis menunjukkan bahwa saluran pemasaran III dan IV memberikan bagian harga yang diterima petani lebih tinggi yaitu sebesar 74.65
dan 71.62 persen bila dibandingkan dengan saluran pemasaran I dan II yang hanya sebesar 66.71 persen dan 64 persen. Jumlah lembaga pemasaran yang terlibat
dalam saluran pemasaran I dan II lebih banyak dari saluran III dan IV dikarenakan di saluran ini tidak memakai perantara pedagang pengumpul. Kondisi tersebut di
atas menyebabkan saluran pemasaran III dan IV mempunyai nilai margin pemasaran yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan saluran lainnya yaitu
sebesar Rp 8 999.67kg dan saluran IV marginnya sebesar Rp 10 499.67kg. Saluran pemasaran III dengan demikian bisa dikatakan relatif lebih efisien
bagi petani jika dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya karena bagian harga yang diterima petani lebih tinggi dan bisa menjual dengan biaya pemasaran
dan keuntungan yang diambil oleh pedagang dengan lebih rendah. Hanya saja tidak semua petani bisa memilih saluran pemasaran III dalam memasarkan hasil
panennya, hanya 42.71 persen petani yang bisa menggunakan saluran ini dengan langsung melibatkan pedagang besar, kemudian ke pedagang yang berada di luar
Provinsi Sumatera Barat 75 persen. Beberapa penyebabnya adalah karena: 1 sebanyak 25 persen petani
memiliki ikatan dengan pedagang sehingga harus menjual ke pedagang tersebut, 2 volume penjualan gambir yang ditransaksikan, semakin kecil volume maka
petani cenderung menjual ke pedagang pengumpul, 3 kondisi geografis menyangkut jalan dan jarak yang tidak memungkinkan pedagang tertentu masuk
ke suatu daerah, 4 adanya perjanjian wilayah operasional antarpedagang, serta 5 adanya perjanjian dan ikatan menyangkut modal, kerjasama dan hubungan
baik antarpedagang. Kondisi di atas mencerminkan bahwa perilaku pasar juga menjadi faktor penekan posisi tawar petani ketika berhadapan dengan pedagang.
6.2.3.2. Keterpaduan Pasar dan Elastisitas Transmisi Harga