Kesediaan untuk Berpartisipasi dalam Aksi Kolektif

Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu aktif di dalam suatu perkumpulan, melakukan kontak dengan orang berpengaruh di pemerintahan, membangun media berkaitan dengan masalah, aktif dalam kampanye pemilu, ikut kerja baktigotong royong, bertemu anggota DPRD kabupaten, ikut dalam pertemuan pemerintah, berdiskusi dangan orang lain tentang suatu masalah, melaporkan suatu masalah kepada polisipengadilan, menyumbang uangbarang dan menjadi sukarelawan organisasi amal. Secara statistik Tabel 11 dapat disimpulkan, jenis kegiatan kolektif yang diikuti oleh anggota rumah tangga di Desa Beurandeh dan Desa Kajhu relatif sama tingginya sedangkan yang apling rendah yaitu di Desa Lamkrut. Sedikitnya ada 4 jenis kegiatan kolektif yang dilakukan masyarakat di Desa Beurandeh dan Desa Kajhu pasca tsunami, sedangkan di Desa Lamkrut sejumlah anggota rumah tangga hanya melakukan kurang dari 3 jenis kegiatan kolektif tersebut.

4.3.3.3. Kesediaan untuk Berpartisipasi dalam Aksi Kolektif

Kesediaan berpartisipasi mengukur sejauhmana kondisi lingkungan semangat partisipasi secara umum di dalam komunitas mendukung kesediaan anggota rumah tangga untuk ikut di dalam kegiatan pembangunan desa serta menciptakan ketentraman di dalam komunitas Kesediaan untuk berpartisipasi dalam aksi kolektif dinilai dari: 1 cara pengambilan keputusan untuk proyek- proyek pembangunan desa apakah seluruh masyarakat harus dilibatkan atau hanya diputuskan oleh pemimpinnya saja, 2 semangat partisipasi masyarakat dan 3 banyaknya orang yang memiliki pikiran yang sama dalam memciptakan ketentraman di desanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesediaan berpartisipasi dalam aksi kolektif, hanya Desa Beurandeh dengan Desa Lamkrut saja yang yang berbeda secara signifikan Tabel 11. Kesediaan partisipasi dalam aksi kolektif masyarakat beurandeh lebih tinggi daripada masyarakat lamkrut. Perbedaan ini terutama pada semangat partisipasi dan jumlah orang yang mempunyai pemikiran yang sama dalam menciptakan ketentraman di desanya. Semangat partisipasi masyarakat beurandeh lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat lamkrut, begitu juga dengan jumlah orang yang mempunyai pemikiran yang sama dalam menciptakan ketentrman desanya dimana orang-orang di Desa Beurandeh lebih banyak yang mempunyai pemikiran yang sama terhadap hal tersebut dibandingkan orang-orang di Desa Lamkrut.

4.4. Modal Sosial dan Peluang Memiliki Rumah

Secara umum modal sosial masyarakat yang sudah memiliki rumah lebih tinggi dibandingkan dengan modal sosial masyarakat yang belum memiliki rumah pasca tsunami. Begitu juga dengan komponen modal sosial struktural, kognitif dan aksi kolektif, ketiga komponen modal sosial tersebut nilainya lebih tinggi pada rumah tangga yang sudah memiliki rumah. Akan tetapi jika dilihat dari setiap unsur pembentukannya, tidak semua unsur berbeda nyata. Kepadatan keanggotaan di dalam asosiasi lokal dari komponen modal sosial struktural, tidak berbeda nyata antara rumah tangga yang sudah memiliki rumah dengan rumah tangga yang belum memiliki rumah. Kemudian juga unsur kerjasama dan penyelesaian konflik dari komponen modal sosial kognitif, tidak ada perbedaan yang nyata antara rumah tangga yang sudah memiliki rumah dengan rumah tangga yang belum memilki rumah. Sementara itu, indeks derajat pembatasan malah lebih kecil pada rumah tangga yang belum memiliki rumah Tabel 12. Tabel 12. Indeks Modal Sosial Masyarakat Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah Status Kepemilikan Rumah No Variabel Modal Sosial Sudah Belum P-value Modal Sosial Masyarakat 0.799 0.521 0.0000

A. Dimensi Struktural

0.664 0.531 0.0032 1. Kepadatan Keanggotaan 0.533 0.455 0.1077 2. Keragaman Keanggotaan 0.684 0.550 0.0388 3. Partisipasi dalam Pembuatan Keputusan 0.910 0.726 0.0005 4. Dukungan dalam Situasi Krisis 0.734 0.532 0.0000 5. Derajat Pembatasan 0.119 0.192 -

B. Dimensi Kognitif

0.641 0.388 0.0001 1. Derajat Kesetiakawanan 0.306 0.143 0.0029 2. Kepercayaan 0.661 0.451 0.0012 3. Kerjasama 0.737 0.652 0.0907 4. Penyelesaian Konflik 0.536 0.502 0.3705

C. Aksi Kolektif