Kepadatan Keanggotaan di dalam Asosiasi Lokal

Tabel 7. Uji Beda Rataan Unsur-unsur Modal Sosial Struktural di Desa Beurandeh, Desa Kajhu dan Desa Lamkrut P-value Mann-Whitney Modal Sosial Beurandeh Vs Kajhu Beurandeh Vs Lamkrut Kajhu Vs Lamkrut Kepadatan Keanggotaan DS1 1.000 0.004 0.011 Keragaman Keanggotaan DS2 0.804 0.015 0.041 Partisipasi dalam Pembuatan Keputusan DS3 0.014 0.000 0.023 Dukungan di dalam Situasi Krisis DS4 0.003 0.000 0.235 Derajat Pembatasan DS5 0.093 0.218 0.557 Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa tingginya interaksi sosial masyarakat di Desa Beurandeh, masih sebatas pada hubungan relation dengan kadar norma dan institusi yang rendah. Interaksi yang terjadi hanya karena ada tuntutan dari pihak luar NGOLSM agar lebih mudah memperoleh berbagai bantuan. Sehingga proses interaksi sosial yang mereka miliki belum berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas interaksi sosialnya.

4.3.1.1. Kepadatan Keanggotaan di dalam Asosiasi Lokal

Kepadatan keanggotaan di dalam asosiasi lokal di ukur dari keterlibatan anggota rumah tangga di dalam sejumlah organisasi atau asosiasi lokal. Dalam penelitian ini ada 15 kelompok asosiasi lokal yang digunakan untuk mengukur kepadatan keanggotaannya. Secara umum keterlibatan masyarakat yang paling tinggi yaitu pada asosiasiorganisasikelompok wanita dan keagamaan, disusul kemudian secara berturut-turut organisasi taninelayan, pendidikan, swadaya masyarakat, jasa dan remaja Tabel 8. Organisasi wanita yang paling menonjol adalah kelompok PKK. PKK merupakan organisasi yang sudah ada sejak lama disetiap desa dan setiap perempuan atau ibu rumah tangga secara aktif maupun tidak aktif akan menjadi anggotanya. Desa Beurandeh memiliki persentase keterlibatan wanita dalam assosiasi ini paling tinggi, karena di desa ini seluruh rumah tangga masih memiliki anggota rumah tangga yang lengkap yaitu masih ada bapak, ibu dan anak. Berbeda dengan kondisi di Desa Beurandeh, di Desa Kajhu dan di Desa Lamkrut banyak keluarga yang anggota rumah tangganya sudah tidak lengkap karena korban tsunami, banyak keluarga yang kehilangan ibu rumah tangga dan anak perempuannya. Selain itu, organisasi ini juga lebih mudah untuk dijalankan, karena telah terstruktur dan menjadi bagian dari kelembagaan desa di setiap desa. Tabel 8. Kepadatan Keanggotaan di dalam Asosiasi Lokal di Desa Beurandeh, Desa Kajhu dan Desa Lamkrut Kepadatan Keanggotaan No Jenis Asosiasi Kajhu Lamkrut Beurandeh Rata-rata 1 TaniNelayan 9.52 30.00 65.00 34.84 2 Jasa 19.05 10.00 20.00 16.35 3 Produksi Lainnya 9.52 5.00 0.00 4.84 4 Pedagang 9.52 0.00 15.00 8.17 5 Pengurus DesaDusunRWRT 14.29 5.00 15.00 11.43 6 Keagamaan 76.19 85.00 100.00 87.06 7 Organisasi Politik 0.00 5.00 0.00 1.67 8 Organisasi Panglima Laot 0.00 0.00 0.00 0.00 9 Jasa Keuangan 14.29 0.00 0.00 4.76 10 Pendidikan 57.14 15.00 15.00 29.05 11 Kesehatan 0.00 0.00 20.00 6.67 12 Wanita 80.95 85.00 100.00 88.65 13 Remaja 28.57 10.00 10.00 16.19 14 Swadaya Masyarakat. 28.57 5.00 20.00 17.86 15 Kelompok Warga 23.81 0.00 5.00 9.60 Selain asosiasi wanita, asosiasi keagamaan juga merupakan asosiasi yang paling banyak di ikuti oleh masyarakat di Desa beurandeh, Desa Kajhu dan Desa Lamkrut. Kondisi sosial masyarakat yang tinggal di daerah dengan penerapan syariat islam, maka kebutuhan spiritual akan nilai-nilai islam menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia. Disamping pendidikan atau memperdalam pengetahuan agama diwajibkan bagi setiap pemeluk agama, asosiasi keagamaan juga memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menjalin hubungan interaction dengan sesama warga. Pasca tsunami, kondisi mental masyarakat begitu menurun, sehingga masayarakat membutuhkan sebuah wadah untuk pengamalan nilai-nilai keagamaan. Dengan memahami nilai-nilai spiritual tersebut membuat masyarakat lebih bisa menerima apa yang telah terjadi sebagai sebuah cobaan. Nilai-nilai spiritual yang didapat masyarakat menjadi motivasi bagi masyarakat desa untuk bangkit dan membenahi diri mereka untuk membangun kembali apa yang telah rusak. Agama juga memiliki kedudukan sentral dalam memperlemah atau memperkuat dimensi modal sosial Hasbullah 2006. Agama berguna dalam memperkaya dimensi spiritual dalam kehidupan, dimana agama memberikan inspirasi terhadap perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat. Agama juga mengajarkan masyarakat untuk menjunjung tinggi keadaban dan mengutamakan silaturrahmi interaction antar individu, kelompok dan lingkungannya juga mengajarkan untuk tidak berprasangka jahat kepada orang lain. Dengan demikian jelas keterlibatan masyarakat dalam asosiasi keagamaan akan memberikan dampak terhadap peningkatan modal sosial melalui jaringan Network dan kepercayaan trust. Asosiasi atau kelompok taninelayan adalah asosiasi dengan keterlibatan anggota keluarga masyarakat terbanyak setelah asosiasi wanita dan keagamaan. Kelompok taninelayan yang ada yaitu kelompok petani palawija dan holtikultura, kelompok nelayan dan kelompok petani peternak. Letak geografis Desa Beurandeh, Desa Kajhu dan Desa Lamkrut yang berada di wilayah pantai dan dekat pantai, maka umumnya penduduk memiliki pekerjaan sebagai petani atau nelayan, kecuali di Desa Kajhu. Desa Kajhu, walaupun desanya termasuk wilayah desa pantai, tetapi profesi masyarakatnya sangat beragam. Keterlibatan masyarakat dalam kelompok taninelayan paling banyak di Desa Beurandeh, kemudian Desa Lamkrut dan paling sedikit di Desa Kajhu, karena persentase petaninelayan di Desa Kajhu lebih sedikit. Pasca tsunami masyarakat ikut terlibat dalam kelompok-kelompok taninelayan dengan tujuan untuk lebih mudah mengajukan modal usaha kepada pihak-pihak luar. Masayarakat bahkan diharuskan untuk membentuk kelompok-kelompok usaha yang sesuai dengan pekerjaannya sebelum tsunami untuk mendapatkan bantuan modal usaha. Asosiasi yang selanjutnya yaitu asosiasi dibidang pendidikan. Desa kajhu adalah desa yang paling banyak keterlibatan anggota rumah tangganya dalam asosiasi pendidikan, lebih setengah anggota rumah tangga terlibat di dalam asosiasi ini. Dilihat dari pekerjaan masyarakatnya, Desa Kajhu merupakan desa yang dihuni oleh masyarakat dari berbagai kelompok pekerjaan, terutama sebagai tenaga pengajar. Jika di desa lain yang terlibat dalam asosiasi pendidikan hanyalah anak-anaknya yang masih sekolah, akan tetapi di Desa Kajhu orang tuanya juga banyak yang ikut terlibat. Keadaan tersebut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keterlibatan masyarakat Desa Kajhu dalam asosiasi pendidikan yang ada di wilayah penelitian secara umum. Selanjutnya keterlibatan anggota rumah tangga juga di dalam asosiasikelompok remaja yaitu organisasi remaja mesjid dan kelompok olahraga seperti kelompok klub bola kaki dan bola volly, asosiasi jasa yaitu tukang ojek, sopir labi-labi, kelompok swadaya masyarakat yaitu dengan menjadi tenaga pekerja untuk LSMNGO yang dipekerjakan di desa masing-masing atau di luar desanya. Tingkat keterlibatan anggota rumah tangga di dalam berbagai asosiasi lokal, dilihat dari nilai rata-rata indeks kepadatan keanggotaannya antara Desa Beurandeh dan Desa Kajhu tidak ada perbedaan yang nyata. Akan tetapi antara Desa Beurandeh dan Desa Lamkrut dan antara Desa Kajhu dengan Desa Lamkrut berbeda nyata Tabel 7. Tingginya tingkat keterlibatan anggota rumah tangga di dalam berbagai asosiasi lokal di Desa Beurandeh dibandingkan dengan Desa Lamkrut karena karena beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor pekerjaan masyarakatnya, pendidikan dan kondisi keluarga pasca tsunami. Kondisi keluarga masyarakat di Desa Beurandeh yang masih utuh, memungkinkan setiap anggota keluarganya ikut terlibat dalam setiap organisasiasosiasikelompok yang ada atau paling kurang ada satu anggota rumah tangga yang ikut dalam satu asosiasi. Keterlibatan masyarakat Desa Beurandeh di dalam berbagai asosiasi menandakan bahwa proses interaksi sosial masyarakat di desa tersebut semakin kuat. Interaksi yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama akan menghasilkan kualitas dan kuantitas interaksi yang lebih tinggi, sehingga akan menjadi modal untuk pembentukan modal sosial dikemudian hari.

4.3.1.2. Keragaman Keanggotaan di dalam Asosiasi Lokal