yang dihuni oleh masyarakat dari berbagai kelompok pekerjaan, terutama sebagai tenaga pengajar. Jika di desa lain yang terlibat dalam asosiasi pendidikan
hanyalah anak-anaknya yang masih sekolah, akan tetapi di Desa Kajhu orang tuanya juga banyak yang ikut terlibat. Keadaan tersebut memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap keterlibatan masyarakat Desa Kajhu dalam asosiasi pendidikan yang ada di wilayah penelitian secara umum.
Selanjutnya keterlibatan anggota rumah tangga juga di dalam asosiasikelompok remaja yaitu organisasi remaja mesjid dan kelompok olahraga
seperti kelompok klub bola kaki dan bola volly, asosiasi jasa yaitu tukang ojek, sopir labi-labi, kelompok swadaya masyarakat yaitu dengan menjadi tenaga
pekerja untuk LSMNGO yang dipekerjakan di desa masing-masing atau di luar desanya.
Tingkat keterlibatan anggota rumah tangga di dalam berbagai asosiasi lokal, dilihat dari nilai rata-rata indeks kepadatan keanggotaannya antara Desa
Beurandeh dan Desa Kajhu tidak ada perbedaan yang nyata. Akan tetapi antara Desa Beurandeh dan Desa Lamkrut dan antara Desa Kajhu dengan Desa Lamkrut
berbeda nyata Tabel 7. Tingginya tingkat keterlibatan anggota rumah tangga di dalam berbagai asosiasi lokal di Desa Beurandeh dibandingkan dengan Desa
Lamkrut karena karena beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor pekerjaan masyarakatnya, pendidikan dan kondisi keluarga pasca tsunami. Kondisi keluarga
masyarakat di Desa Beurandeh yang masih utuh, memungkinkan setiap anggota keluarganya ikut terlibat dalam setiap organisasiasosiasikelompok yang ada atau
paling kurang ada satu anggota rumah tangga yang ikut dalam satu asosiasi. Keterlibatan masyarakat Desa Beurandeh di dalam berbagai asosiasi
menandakan bahwa proses interaksi sosial masyarakat di desa tersebut semakin kuat. Interaksi yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama akan
menghasilkan kualitas dan kuantitas interaksi yang lebih tinggi, sehingga akan menjadi modal untuk pembentukan modal sosial dikemudian hari.
4.3.1.2. Keragaman Keanggotaan di dalam Asosiasi Lokal
Tingkat keragaman keanggotaan di dalam asosiasi lokal diukur dari keragaman anggota dari 3 asosiasi lokal yang dianggap penting bagi anggota
rumah tangga. Penilaian keragaman anggota menggunakan tujuh kriteria yaitu
kekerabatan, agama, jenis kelamin, partai politik, pekerjaan, umur dan pendidikan. Tiga asosiasi yang di anggap penting dan paling banyak dimasuki anggota rumah
tangga di Desa Kajhu berturut-turut yaitu 1 kelompok wanita dan keagamaan, 2 organisasi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dan kelompok jasa, dan 3
jasa keuangan, kelompok remaja dan kelompok warga. Sementara itu, di Desa Lamkrut adalah 1 kelompok keagamaan, 2 kelompok wanita dan 3 kelompok
taninelayan, sedangkan di Desa Beurandeh adalah 1 kelompok keagamaan, 2 kelompok wanita, dan 3 kelompok taninelayan.
Tabel 9. Keragaman Keanggotaan di dalam Asosiasi Lokal di tiap Desa
Kajhu Lamkrut Beurandeh
No Jenis Asosiasi Asosiasi
Keragaman Asosiasi
Keragaman Asosiasi
Keragaman 1
TaniNelayan 9.52
100.00 30.00 77.78 60.00 94.45
2 Jasa
14.29 66.67 10.00
83.34 10.00 83.34 3
Produksi Lainnya
9.52 83.34 5.00
100.00 0.00 0.00 4 Pedagang
4.76 66.67
0.00 0.00
15.00 100.00
5 Pengurus DesaDusunRW
RT 9.52
100.00 5.00 100.00
10.00 100.00
6 Keagamaan 57.14
36.11 85.00
35.29 100.00
35.00 7
Organisasi Politik
0.00 0.00 5.00
100.00 0.00 0.00 8
Org.Panglima Laot
0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 9
Jasa Keuangan
14.29 100.00 0.00
0.00 0.00 0.00 10
Pendidikan 28.57
94.45 5.00 100.00 0.00 0.00
11 Kesehatan
0.00 0.00 0.00
0.00 5.00 100.00
12 Wanita
57.14 36.11 75.00
35.55 65.00 43.59 13
Remaja 14.29
77.78 5.00 100.00 5.00
100.00 14 Swadaya
Masyarakat 28.57
100.00 5.00
100.00 20.00
83.33 15 Kelompok Warga
14.29 44.44
0.00 0.00
0.00 0.00
Secara umum di ketiga desa tersebut kelompokasosiasi yang diangggap penting dan paling banyak dimasuki anggota rumah tangga adalah
asosiasikelompok keagamaan, kelompok wanita dan kelompok taninelayan Tabel 9. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kebutuhan masyarakat akan
nilai spiritual keagamaan yang dianut bagi setiap anggota rumah tangga sangatlah penting. Nilai spiritual menjadi modal kepercayaan dan jaringan bagi
masyarakat untuk bangkit dan membangun kembali desanya secara bersama- sama. Selain itu, pentingnya masyarakat bergabung dalam kelompok wanita,
kelompok taninelayan, lembaga swadaya masyarakat dan kelompok jasa yaitu untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupan yang lebih layak pasca
tsunami. Jaringan yang terbentuk dari kelompok-kelompok tersebut akan memudahkan masyarakat terhadap akses ke sumber-sumber bantuan dan sekaligus
membangun kepercayaan pihak-pihak luar yang akan berinvestasi untuk pembangunan desa mereka.
Keragaman keanggotaan di dalam asosiasi lokal, tidak ada perbedaan yang nyata antara Desa Beurandeh dan Desa Kajhu. Perbedaan yang nyata yaitu antara
Desa Beurandeh dan Desa Lamkrut dengan Desa Kajhu dan Desa Lamkrut. Keragaman keanggotaan dalam asosiasi lokal yang paling tinggi yaitu di Desa
Beurandeh dan yang paling rendah di Desa Lamkrut Tabel 7. Banyaknya keterlibatan anggota rumah tangga di Desa Beurandeh dalam asosiasi taninelayan
menjadi penyumbang terbesar terhadap tingginya keberagaman keanggotaan di dalam asosiasi lokal di desa tersebut, karena asosiasi taninelayan merupakan
salah satu asosiasi lokal dengan keragaman keanggotaan yang tinggi. Sedangkan di Desa Lamkrut anggota rumah tangganya lebih banyak terlibat di dalam asosiasi
keagamaan dan wanita, kedua asosiasi itu tingkat keragamannya paling rendah Tabel 9.
Keragaman keanggotaan di dalam asosiasi lokal memiliki dampak yang positif dan negatif terhadap modal sosial. Dampak positif karena memudahkan
anggota kelompokasosiasi untuk saling percaya satu sama lain, berbagi informasi dan mencapai kesepakatanmembuat keputusan. Dampak negatif, karena lebih
sedikit manfaat yang diperoleh dari pertukaran informasi, sehingga proses pengambilan keputusan di tingkat desa menjadi lebih sulit Grootaert and van
Bastaeler 2002. Keragaman organisasi yang tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah
berkaitan dengan kemampuan serta keahlian yang dimiliki oleh anggota masyarakat di wialayah tersebut. Misalnya di Desa Beurandeh, keikutsertaan
masyarakat di dalam kelompok pendidikan tidak sebanyak dalam kelompok taninelayan. Masyarakat Desa Beurandeh lebih banyak terlibat dalam kelompok
taninelayan karena masyarakat umumnya bekerja sebagai petani dan nelayan.
4.3.1.3. Partisipasi Dalam Pembuatan Keputusan