Indeks Modal Sosial Masyarakat IMSM 32.721 0.011
Umur Kepala Rumah Tangga UKR 9.780E-02 0.711
Pekerjaan Kepala Rumah Tangga d_P
k
KR 9.169 0.098
Pendidikan Kepala Rumah Tangga d_P
d
KR 10.267 0.060 Jumlah Anggota Rumah Tangga JAR -0.843
0.589 Keterlibatan NGO NGO_ER 1.870
0.170 R Square
0.260 Adjusted R Square
0.178 F Statistik
0.010 Selain itu, tingkat pendidikan kepala keluarga juga berpengaruh terhadap
pemulihan pendapatan masyarakat pasca tsunami walaupun tidak begitu signifikan. Tingkat pendidikan kepala keluarga minimal SMA memberi pengaruh
yang positif kepada peningkatan pendapatannya. Hal tersebut merupakan hal yang logis, mengingat pendidikan kepala keluarga yang sudah tamat SMA akan
memudahkan dalam melakukan berbagai kegiatan. Sedangkan variabel keterlibatan NGO d_NGO memiliki tanda positif artinya bahwa jumlah NGO
yang terlibat dalam bidang ekonomi dan perumahan dalam satu desa dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sumber peningkatan pendapatan
masyarakat yang berkaitan dengan jumlah NGO yang terlibat yaitu terutama pada pembangunan fisik seperti pembangunan rumah. Sedangkan pada bidang
ekonomi, modal usaha yang disalurkan belum mendapatkan hasil mengingat waktunya yang belum begitu lama sehingga usaha masyarakat belum memberikan
hasil sesuai yang diharapkan.
4.6. Ikhtisar
Keterkaitan pembangunan desa pasca tsunami dan modal sosial yaitu modal sosial dapat memfasilitasi terjadinya proses pembangunan desa yang lebih
cepat. Penggunaan modal sosial yang tepat akan meningkatkan akses setiap orang untuk memperoleh pengetahuan, pendidikan, kesehatan, kenyamanan, perumahan
dan kesempatan kerja sehingga kehidupannya akan lebih sejahtera. Modal sosial
memfasilitasi orang untuk bekerja secara bersama-sama collective action untuk mencapai tujuan bersama.
Modal sosial memang bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi tercapainya tingkat kesejahteraan rumah tangga dan pembangunan wilayah yang
tinggi. Banyak faktor-faktor yang juga menjadi kendala utama seperti ketersediaan sumberdaya alam fisik serta sumberdaya manusia. Namun penelitian-
penelitian tentang modal sosial yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa modal sosial dapat mempengaruhi tercapainya tingkat kesejahteraan masyarakat dan
pembangunan wilayah yang tinggi, khususnya pembangunan ekonomi suatu wilayah.
Salah satu alasan terjadinya kesenjangan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi wilayah di beberapa negara berkembang adalah ketiadaan modal sosial
yang positif Narayan dan Pritchett 1999; Grootaert dan Van Bastelaer 2001. Secara umum dinyatakan bahwa negara, wilayah dan komunitas dengan modal
sosial yang lebih besar memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Hingga saat ini, telah banyak penelitian dan tulisan ilmiah
yang berhasil menunjukkan bahwa modal sosial berperan dalam peningkatan kesejahteraan rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi wilayah Putnam 1993;
Kajanoja dan Simpura 2000, dalam Vipriyanti 2007. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa modal sosial masyarakat di
Desa Beurandeh, Desa Kajhu dan Desa Lamkrut berbeda nyata. Modal sosial masyarakat Desa Beurandeh lebih tinggi daripada modal sosial masyarakat Desa
Kajhu, modal sosial masyarakat Desa Beurandeh juga lebih tinggi daripada modal sosial masyarakat Desa Lamkrut dan modal sosial masyarakat Desa Kajhu lebih
tinggi daripada modal sosial masyarakat Desa Lamkrut. Begitu juga dengan komponen modal sosial struktural, kognitif dan aksi kolektifnya. Hasil ini sesuai
dengan apa yang dikatakatan Knack dan Keefer 1997 bahwa modal sosial memang sangat bervariasi dan berbeda-beda antar wilayah demikian pula dengan
dampaknya. Pasaca tsunami, modal sosial dapat memfasilitasi terjadinya proses
pembangunan desa yaitu pembangunan perumahan yang lebih cepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial dapat mempengaruhi pembangunan
rumah lebih cepat. Modal sosial masyarakat pada rumah tangga yang sudah memiliki rumah lebih tinggi dibandingkan dengan modal sosial masyarakat pada
rumah tangga yang belum memiliki rumah. Semakin tinggi modal sosial masyarakat semakin cepat mereka memiliki rumah. Tingginya modal sosial
masyarakat disuatu wilayah dicirikan oleh tingginya aksi kolektif masyarakat di wilayah tersebut.
Aksi kolektif merupakan indikator untuk mengukur keluaran output dari modal sosial. Aksi kolektif hanya akan terjadi jika terdapat modal sosial yang
signifikan disuatu desa atau wilayah, baik komponen modal sosial struktural maupun komponen modal sosial kognitifnya. Unsur modal sosial kognitif
mempengaruhi atau mengarahkan orang pada aksi kolektif yang menghasilkan manfaat bersama, sedangkan unsur modal sosial struktural berperan di dalam
memperlancarmenfasilitasi aksi kolektif itu Uphoff 1999. Modal sosial juga dapat diukur dari komponen interaksi sosial, interksi sosial yang tinggi akan
menumbuhkan rasa saling percaya Collier 1998. Masyarakat yang memiliki modal sosial yang tinggi dicirikan oleh adanya ikatan yang kuat dimensi
struktural, kerjasama, rasa percaya dan resiprositas serta norma saling berbagi dimensi kognitif yang sangat efektif untuk menekan adanya sikap oportunis.
Sebagian besar indikator modal sosial merupakan sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain atau objek tertentu seperti rasa percaya,
tolong-menolong, kesetiakawanan, rasa aman, dan jaringan kerja. Indikator modal ditunjukkan oleh perilaku sosial individu dalam suatu masyarakat yang mencakup
seberapa besar rasa percaya terhadap orang lain, seberapa luas jaringan kerja serta seberapa kuat individu tersebut menaati norma yang berlaku.
Komponen modal sosial kognitif masyarakat pada rumah tangga yang sudah memiliki rumah lebih tinggi dibandingkan dengan pada rumah tangga yang
belum memiliki rumah. Unsur modal sosial kognitif inilah yang telah mangarahkan masyarakat pada aksi kolektif yang menghasilkan manfaat bersama
yaitu lebih cepat memiliki rumah. Norma, nilai, sikap dan keyakinan yang tumbuh di masyarakat oleh dorongan kepercayaan, solidaritas, kerjasama dan
persahabatan menjadi unsur penting dalam komponen modal sosial kognitif tersebut.
Rataan indikator rasa percaya Dimensi kognitif menunjukkan bahwa rasa percaya masyarakat pada rumah tangga yang sudah memiliki rumah lebih tinggi
dibandingkan dengan rasa percaya pada rumah tangga yang belum memiliki rumah. Rendahnya rasa percaya tersebut dapat mempengaruhi interaksi sosial
yang seharusnya terbangun. Padahal interaksi sosial sangat diperlukan masyarakat dalam kondisi masyarakat yang masih memerlukan bantuan orang lain untuk
membenahi kehidupannya. Interaksi sosial pada rumah tangga yang belum memiliki rumah memang lebih rendah dibandingkan dengan pada rumah tangga
yang sudah memiliki rumah. Rata-rata indeks komponen modal sosial struktural yang merupakan ukuran interaksi sosial masyarakat, pada rumah tangga yang
belum memiliki rumah secara nyata lebih rendah dibandingkan dengan pada rumah tangga yang sudah memiliki rumah.
Rasa percaya masyarakat pada rumah tangga yang sudah memiliki rumah yang lebih tinggi menyebabkan aksesnya menjadi lebih luas. Menurut Fukuyama
1995, rasa percaya akan meningkatkan kekuatan dan daya saing, juga memungkinkan terjadinya proses pertukaran tanpa rasa takut akan terjadi
kecurangan levi 1996 diacu dalam Vipriyanti 2007. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rasa percaya berkorelasi positif dan nyata terhadap belum-
sudahnya masyarakat memiliki rumah, artinya rasa percaya yang tinggi menyebabkan masyarakat lebih cepat memiliki rumah.
Suatu kelompok atau komunitas yang masing-masing anggotanya memiliki rasa percaya yang tinggi dikatakan kaya akan modal sosial. Ahli
sosiologi, antropologi dan ilmu politik menyatakan bahwa rasa percaya memiliki peranan penting berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas bersama colective
action. Kuat lemahnya modal sosial dalam suatu masyarakat dapat diukur melalui tinggi rendahnya tingkat rasa percaya antar masyarakat yang juga tergambarkan
melalui partisipasi masing-masing anggota dalam aktivitas bersama dan intensitas kegiatan tersebut. Oleh karena itu seringkali dikatakan bahwa rasa percaya atau
modal sosial adalah barang publik public good, setiap anggota memiliki kesempatan memanfaatkannya namun seringkali tidak merasa berkewajiban untuk
memeliharanya. Salah satu upaya untuk menjaga modal sosial adalah melalui sikap tolong-menolong antar anggota masyarakat. Hasil analisis Putnam 1993,
Fukuyama 1995 dan Grootaert 1999, yaitu partisipasi dan rasa percaya masyarakat di wilayah maju lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah belum
berkembang, demikian pula dengan kesediaan membantu menjaga anak dan rumah. Tingginya rasa percaya, besarnya partisipasi dan kuatnya sikap saling
bantu merupakan indikasi kuatnya modal sosial. Selain rasa percaya, jaringan kerja dimensi struktural juga menjadi
komponen utama modal sosial. Modal sosial digambarkan dari kepadatan jaringan kerja masyarakat yaitu jumlah organisasi yang ada dalam suatu masyarakat
dimana seseorang terlibat di dalamnya. Semakin tinggi kepadatan jaringan kerja masyarakat, semakin luas jaringan kerjanya. Jaringan kerja informal ditunjukkan
oleh kepadatan keanggotaan di dalam asosiasi lokal yaitu banyaknya anggota rumah tangga yang terlibat dalam organisasiasosiasi lokal tersebut.
Jumlah keterlibatan anggota rumah tangga dalam berbagai organisasiasosiasi lokal pada rumah tangga yang sudah memiliki rumah relatif
tinggi dibandingkan pada rumah tangga yang belum memiliki rumah, akan tetapi uji beda rataan menunjukkan perbedaannya tidak signifikan. Dengan demikian,
jaringan kerja bukan merupakan faktor yang berpengaruh bagi rumah tangga yang sudah memiliki rumah untuk lebih cepat memiliki rumahnya. Hasil uji statistik
juga menunjukkan kepadatan keanggotaan di dalam organisasiasosiasi tidak berkorelasi positif terhadap faktor kepemilikan rumah tersebut.
Keragaman keanggotaan dan partisipasi dalam pembuatan keputusan di dalam asosiasi lokal juga mempengaruhi interaksi sosial masyarakat. Rata-rata
indeks keragaman keanggotaan dan partisipasi dalam pembuatan keputusan yang rendah, mengakibatkan proses interaksi sosial masyarakat pada rumah tangga
yang belum memiliki rumah lebih rendah dibandingkan dengan pada rumah tangga yang sudah memiliki rumah. Begitu juga dengan tingkat dukungan dalam
situasi krisis yang menjadi ukuran kualitas interaksi sosial masyarakat, pada rumah tangga yang belum memiliki rumah tingkat dukungan ini lebih rendah,
sehingga kualitas interaksi yang terjadi juga lebih rendah. Proses interaksi dan kualitas interaksi sosial masyarakat yang rendah berpengaruh terhadap aksi
kolektif masyarakat, komponen modal sosial struktural tersebut tidak dapat memperlancarmenfasilitasi aksi kolektif pada rumah tangga yang belum
memiliki rumah. Kondisi tersebut menjadi penghambat bagi masyarakat untuk lebih cepat memiliki rumah.
Norma juga salah satu unsur modal sosial utama selain rasa percaya dan jaringan kerja. Norma merupakan sumber bagi komponen modal sosial kognitif
yang dapat mengarahkanmenuntun masyarakat untuk melakukan aksi kolektif. Dalam penelitian ini norma yang memiliki pengaruh terhadap cepat tidaknya
masyarakat memiliki rumah adalah norma saling memolong. Norma saling menolong yaitu dilihat dari derajat kesetiakawanan, dimana masyarakat
komunitas mau memberikan bantuan kepada individu-individu yang mengalami musibah maupun kerugian dibidang ekonomi seperti gagal panen. Pada komunitas
rumah tangga yang sudah memiliki rumah, norma ini lebih tinggi dibandingkan pada komunitas rumah tangga yang belum memiliki rumah.
Intensitas ikut serta anggota rumah tangga dalam perencanaan pembangunan desa, melakukan kerjasama dengan orang lain untuk kepentingan
bersama, keaktifan anggota rumah tangga dalam berbagai perkumpulan, cara pengambilan keputusan untuk pembangunan desa, semangat partisipasi serta
banyaknya orang yang memiliki pikiran yang sama dalam menjaga ketentraman desa merupakan unsur aksi kolektif. Aksi kolektif menjadi faktor utama dalam
proses percepatan pembangunan desa pasca tsunami. Seperti dijelaskan sebelumnya, tingginnya modal sosial masyarakat disuatu wilayah dicirikan oleh
tingginya aksi kolektif masyarakat di wilayah tersebut. Cepat tidaknya membangun desa tergantung pada tinggi rendahnya modal sosial yang
dimilikinya. Aksi kolektif pada komunitas rumah tangga yang sudah memiliki rumah
secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan pada komunitas rumah tangga yang belum memiliki rumah. Semua unsur aksi kolektif, juga secara signifikan
lebih tinggi pada komunitas rumah tangga yang sudah memiliki rumah. Tingginya aksi kolektif masyarakat di suatu wilayah, menyebabkan masyarakat di wilayah
tersebut lebih mudah akses kesumber bantuan untuk perumahan, sehingga masyarakatnya akan lebih cepat dapat memiliki rumah.
Modal sosial juga berpengaruh terhadap pembangunan desa yaitu dalam membangun kembali ekonomi masyarakatnya. Kebijakan dan strategi yang
ditetapkan pemerintah dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi untuk membangun kembali ekonomi adalah salah satunya memulihkan pendapatan
masyarakat melalui penyediaan lapangan kerja dan memberikan pelatihan- pelatihan bagi masyarakat yang pekerjaannya hilang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pendapatan keluarga dipengaruhi secara nyata oleh indeks modal sosial masyarakat. Modal sosial memberikan
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan keluarga sebagaimana pengaruhnya terhadap peluang masyarakat memiliki rumah pasca tsunami. Modal
sosial merupakan salah satu faktor yang dapat memudahkan masayarakat untuk memulihkan pendapatannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa modal
sosial dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat pasca tsunami melalui peningkatan pendapatannya.
Kerjasama dan saling percaya antar sesama masyarakat maupun dengan lembaga di dalam dan di luar komunitas masyarakat sebagai unsur utama modal
sosial. Sering melakukan kerjasama dan tingkat kepercayaan yang tinggi memberi peluang masyarakat untuk memperoleh keuntungan secara kolektif. Aktivitas
bersama yang dihasilkan dari adanya interaksi sosial yang intensif dapat meningkatkan produktifitas ekonomi.
Masyarakat dalam suatu komunitas kecil, yang mampu membangun interaksi dan komunikasi personal yang intensif, memungkinkan untuk memilih
individu-individu yang dapat dipercaya. Norma bersama dan resiprositas yang terbangun dalam komunitas mendorong terjadinya pengelolaan sumberdaya
bersama common resource secara lebih efisien seperti sistem irigasi dan tanah desa Ostrom dalam North 1990. Namun norma dan kelompok horisontal dapat
pula menjad penghambat ketika kelompok tersebut mengisolasi anggotanya dari pengaruh eksternal maupun mengurangi akses individu lainnya. Knowles 2005
menyatakan bahwa modal sosial dapat beperan sebagai rem dalam pembangan ekonomi yang membatasi perkembangan teknologi dan ide-ide baru. Sander
dalam Vipriyanti 2007 menyatakan bahwa jaringan kerja sosial dan adanya norma yang bersifat resiprokal adalah inti dari berbagai collective good seperti
rasa aman, kesehatan dan kebahagiaan penduduk, pendidikan yang efektif, demokrasi yang responsif dan kesejahteraan anak.
Partisipasi memberi pengaruh yang nyata dan positif terhadap kesejahteraan rumah tangga. Grooteart 2001 menyatakan bahwa partisipasi
menyebabkan akses masyarakat teradap sumber finansial menjadi lebih besar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. Nahapiet dan Goshal 1998 diacu
dalam Vipriyanti 2007 juga menyatakan bahwa semakin luas jaringan kerja akan menguatkan akses terhadap ketersediaan informasi, pemberdayaan kontrak dan
tujuan-tujuan bersama. Putnam 1993 menyatakan bahwa wilayah dengan modal sosial yang kuat
akan lebih sejahtera dibandingkan dengan wilayah yang memiliki modal sosial yang lemah. Akan tetapi dalam penelitian ini, pendapat Putnam tersebut tidak
dapat dibuktikan jika kesejahteraan dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat di Desa
Burandeh, Desa Kajhu dan Desa Lamkrut tidak berbeda, sementara itu tingkat modal sosial masyarakat di ketiga desa tersebut berbeda nyata.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Secara umum agregat dapat disimpulkan bahwa stok modal sosial masyarakat antara satu desa dengan desa lainnya pasca tsunami memiliki
perbedaan yang sangat nyata, akan tetapi secara disagregat hanya ada beberapa komponen pembentukan modal sosial yang berbeda nyata. Perbedaan tersebut
dipengaruhi oleh tingkat kerusakan desa, desa dengan katagori rusak berat stok modal sosialnya lebih rendah dibandingkan dengan desa yang rusak ringan.
Perbedaan stok modal sosial tersebut sangat berpengaruh terhadap percepatan pembangunan perumahan dan peningkatan pendapatan masyarakat
desa pasca tsunami. Semakin tinggi stok modal sosialnya, proses percepatan pembangunan semakin cepat. Modal sosial menjadi penentu percepatan
pembangunan desa pasca tsunami, modal sosial dapat mendorong masyarakat untuk melakukan kerjasama collective action untuk mencapai tujuan bersama
yaitu membangun kembali desa mereka yang telah hancur akibat tsunami.