mempunyai pemikiran yang sama terhadap hal tersebut dibandingkan orang-orang di Desa Lamkrut.
4.4. Modal Sosial dan Peluang Memiliki Rumah
Secara umum modal sosial masyarakat yang sudah memiliki rumah lebih tinggi dibandingkan dengan modal sosial masyarakat yang belum memiliki rumah
pasca tsunami. Begitu juga dengan komponen modal sosial struktural, kognitif dan aksi kolektif, ketiga komponen modal sosial tersebut nilainya lebih tinggi
pada rumah tangga yang sudah memiliki rumah. Akan tetapi jika dilihat dari setiap unsur pembentukannya, tidak semua unsur berbeda nyata. Kepadatan
keanggotaan di dalam asosiasi lokal dari komponen modal sosial struktural, tidak berbeda nyata antara rumah tangga yang sudah memiliki rumah dengan rumah
tangga yang belum memiliki rumah. Kemudian juga unsur kerjasama dan penyelesaian konflik dari komponen modal sosial kognitif, tidak ada perbedaan
yang nyata antara rumah tangga yang sudah memiliki rumah dengan rumah tangga yang belum memilki rumah. Sementara itu, indeks derajat pembatasan malah
lebih kecil pada rumah tangga yang belum memiliki rumah Tabel 12.
Tabel 12. Indeks Modal Sosial Masyarakat Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah
Status Kepemilikan Rumah No
Variabel Modal Sosial Sudah Belum
P-value
Modal Sosial Masyarakat 0.799
0.521 0.0000
A. Dimensi Struktural
0.664 0.531
0.0032
1. Kepadatan Keanggotaan
0.533 0.455
0.1077 2. Keragaman
Keanggotaan 0.684
0.550 0.0388
3. Partisipasi dalam Pembuatan Keputusan
0.910 0.726
0.0005 4.
Dukungan dalam Situasi Krisis 0.734
0.532 0.0000
5. Derajat Pembatasan
0.119 0.192
-
B. Dimensi Kognitif
0.641 0.388
0.0001
1. Derajat Kesetiakawanan
0.306 0.143
0.0029 2. Kepercayaan
0.661 0.451
0.0012 3. Kerjasama
0.737 0.652
0.0907 4. Penyelesaian
Konflik 0.536
0.502 0.3705
C. Aksi Kolektif
0.719 0.530
0.0003
1. Tingkat Aksi
Kolektif 0.643
0.452 0.0018
2. Jenis Kegiatan Kolektif
0.476 0.365
0.0209
3. Kesediaan Berpartisipasi di dalam Aksi
Kolektif 0.645 0.526
0.0114
Selanjutnya, hasil uji korelasi menunjukkan bahwa secara agregat modal sosial masyarakat desa komponen modal sosial struktural, komponen modal sosial
kognitif dan komponen aksi kolektif berkorelasi posistif dengan kepemilikan rumah. Secara disagregat, hanya unsur kepadatan keanggotaan, keragaman
keanggotaan dan derajat pembatasan dari komponen modal sosial struktural, unsur kerjasama dan penyelesaian konflik dari komponen modal sosial kognitif yang
tidak berkorelasi secara signifikan dengan kepemilikan rumah Tabel 13. Tabel 13. Korelasi Antara Modal Sosial Masyarakat dengan Kepemilikan Rumah.
No Variabel Modal
Sosial Koefisien
Korelasi P-value
. 2-tailed
Modal Sosial Masyarakat 0.555
0.000 A. Dimensi
Struktural 0.353
0.005
1. Kepadatan Keanggotaan
0.169 0.194
2. Keragaman Keanggotaan
0.233 0.071
3. Partisipasi dalam Pembuatan Keputusan
0.437 0.000
4. Dukungan dalam Situasi Krisis
0.510 0.000
5. Derajat Pembatasan
-0.219 0.090
B. Dimensi Kognitif
0.482 0.000
1. Derajat Kesetiakawanan
0.371 0.003
Tabel 13. Lanjutan No
Variabel Modal Sosial Koefisien
Korelasi P-value
. 2-tailed
2. Kepercayaan 0.398
0.002 3. Kerjasama
0.174 0.179
4. Penyelesaian Konflik
0.440 0.737
C. Aksi Kolektif
0.445 0.000
1. Tingkat Aksi Kolektif
0.389 0.002
2. Jenis Kegiatan Kolektif
0.265 0.039
3. Kesediaan Berpartisipasi di dalam Aksi
Kolektif 0.300 0.019
Dimensi kognitif dan aksi kolektif memiliki tingkat korelasi yang lebih besar dibandingkan dengan dimensi struktural. Tinginya derajat kesetiakawanan
dan kepercayaan serta tingkat aksi kolektif mempermudah rumah tangga untuk
memperoleh bantuan dari pihak luar untuk lebih cepat membangun rumah-rumah mereka. Sedangkan derajat pembatasan, kerjasama dan penyelesaian konflik
bukan merupakan determinan utama bagi rumah tangga sebagai penentu dalam hal memiliki rumah.
Hasil uji korelasi tersebut memperkuat hasil uji beda rataan antara modal sosial masyarakat pada rumah tangga yang sudah memiliki rumah dengan modal
sosial masyarakat pada rumah tangga yang belum memiliki rumah. Modal sosial masyarakat yang lebih tinggi memiliki peluang memiliki rumah semakin besar.
Keberagaman anggota di dalam asosiasi lokal yang dimasuki anggota rumah tangga, pola pengambilan keputusan untuk tujuan pembangunan desa yang lebih
demokratis, dan dukungan di dalam situasi krisis yang lebih tinggi akan menghasilkan proses, kualitas dan kuantitas interaksi sosial masyarakat lebih
berkembang. Demikian juga dengan derajat kesetiakawanan dan kepercayaan. Kepercayaan menjadi modal bagi masyarakat desa untuk bekerjasama dengan
pihak-pihak luar yang akan membantu membangun rumah-rumah mereka. Demikian juga dengan aksi kolektif yang dilakukan masyarakat terutama
partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berhubungan dengan peningkatan pembangunan desa juga medorong para pemberi bantuan untuk
mengalokasikan program kerja mereka ke wilayah tersebut. Selain itu, kegiatan yang dilakukan secara kolektif dapat mengurangi biaya yang harus dikelurkan
untuk membangun rumah bagi setiap kelurganya. Peluang masyarakat memiliki rumah tidak hanya dipengaruhi atau
disebabkan oleh modal sosial saja sebagai faktor tunggal, akan tetapi juga merupakan konstribusidipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang lebih kompleks.
Faktor-faktor tersebut yaitu seperti karakteristik individu kepala keluarga umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, karakteristik rumah tangga penghasilan keluarga,
jumlah aset rumah tangga dan pengeluaran keluarga, karakteristik wilayah kerapatan penduduk, letak gografis, jarak dari pusat kota terdekat, dan
keterlibatan pihak luar yang memberi bantuan untuk membangun rumah NGO dalm dan luar negeri
Analisis terhadap faktor-faktor yang terkaitberhubungan dengan peluang masyarakat memiliki rumah yaitu menggunakan analisis regresi model logit
dengan variabel tidak bebas berupa variabel biner yaitu masyarakat yang sudah memiliki rumah 1 dan belum memiliki rumah 0. Sedangkan variabel-varibel
bebasnya pada analisis pertama yaitu indeks komposit modal sosial masyarakat, pendapatan rumah tangga dan jumlah aset yang dimiliki rumah tangga. Pada
analisis kedua, selain ketiga variabel bebas tersebut juga dimasukkan variabel keterlibatan sejumlah NGO dalam kegiatan pembangunan rumah.
Kelayakan model regresi dapat dilihat dari nilai chi square pada uji Hosmer and Lemeshow, jika nilai probabilitas 0,05 maka Ho diterima dan jika
nilai probabilitas 0.05 maka Ho ditolak. Jika Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang
diamati, dan jika Ho ditolak artinya ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.
Hasil analisis pada model yang pertama ini terbukti, model regresi yang digunakan untuk melihat pengaruh modal sosial dan variabel lainnya terhadap
peluang masyarakat memiliki rumah adalah layak. Nilai goodness of fit test yang diukur dengan nilai chi square pada uji Hosmer and Lemeshow menunjukkan
angka probabilitas 0.971 artinya model menerima Ho. Menerima Ho berarti tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi
yang diamati. Selain kelayakan, kemampuan model untuk memprediksi peluang masyarakat untuk memiliki rumah dan peluang belum memiliki rumah juga sangat
baik, yaitu masing-masing 68,2 dan 82,4 Tabel 14. Tabel 14. Klasifikasi dan Kebenaran Prediksi dari Model Logit.
Predicted Rumah
Observed Belum Ada Rumah
Sudah Ada Rumah Percentage
Correct Belum Ada Rumah
32 7
82.1 Sudah Ada Rumah
7 15
68.2 Overall Percentage
77.7
Hasil analisis regresi logit menunjukkan bahwa Indeks modal sosial masyarakat memberikan peluang secara signifikan bagi masyarakat untuk lebih
cepat memiliki rumah Tabel 15. Modal sosial berpengaruh secara positif terhadap peluang masyarakat memiliki rumah pada taraf 99,9 . Sementara itu,
Pendapatan dan jumlah aset rumah tangga menunjukkan angka negatif. Pasca
tsunami masyarakat yang bertempat tinggal pada daerah yang mengalami kerusakan akibat tsunami tidak menggunakan pendapatan dan aset rumah
tangganya untuk membangun rumah mereka seperti yang banyak dilakukan oleh masyarakat dalam kondisi normal. Pemerintah dan lembaga non pemerintah sudah
menyediakan bantuan untuk pembangunan kembali seluruh rumah bagi masyarakat yang rumahnya hancur atau rusak oleh tsunami. Oleh karena itu,
pendapatan dan jumlah aset rumah tangga yang ada tidak digunakan untuk membangun kembali rumah-rumahnya yang telah rusak. Masyarakat sepenuhnya
berharap pada bantuan-bantuan yang telah disediakan tersebut. Tabel
15. Hasil Analisis Regresi Logistik dengan Variabel Terikat Status Kepemilikan Rumah dan Tanpa Memasukkan Variabel Keterlibatan
NGO Variabel
Koefisien Regresi
P-Value Indeks Modal Sosial Masyarakat IMSM 12.450
0.001 Pendapatan Rumah Tangga P_RT -0.042
0.070 Aset Rumah Tangga ASET -0.001
0.658 Constant -8.281
0.002 Memiliki rumah merupakan salah satu indikator kesejahteraan bagi
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Investasi dari modal sosial terbukti memberikan kemudahan tersebut. Makin tinggi modal sosial masyarakat
makin tinggi pula peluangnya memiliki rumah. Proses, kualitas dan kuantitas interaksi sosial yang lebih baik yang dilakukan masyarakat memberikan dampak
positif terhadap peningkatan kerjasama dan membangun kepercayaan. Begitu juga dengan intensitas dalam melaukan aksi kolektif, membangun kerjasama dan saling
percaya antar sesama masyarakat di dalam komunitas akan menumbuhkan nilai- nilai kepercayaan. Nilai kepercayaan inilah yang menjadi modal bagi masyarakat
untuk lebih mudah akses terhadap bantuan untuk membangun rumah. Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi merupakan ukuran kuatnya
modal sosial masyarakat yang terbangun, sehingga partisipasi juga memberikan konstribusi terhadap peluang masyarakat untuk lebih cepat memiliki rumah pasca
tsunami. Di Desa Beurandeh misalnya, dalam proses membangun rumah masyarakat diminta membuat sendiri gambar rumah yang akan dibangun secara
partisipatif dan kemudian masyarakat juga membangun sendiri rumah-rumah tersebut, sementara pihak pemberi bantuan hanya menyediakan material dan biaya
yang dibutuhkan. Partisipasi tersebut menyebabkan masyarakat lebih cepat memiliki rumah. Selain itu, modal keramahan dan kekompakan yang dimiliki
masyarakat di Desa Beurandeh juga menjadi modal dalam menarik minat pihak- pihak luar sebagai penyedia bantuan untuk membangun rumah agar mereka mau
mengalokasikan bantuannya kepada masyarakat di Desa Beurandeh. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa modal sosial masyarakat benar-benar
modal untuk mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi dalam membangun kembali desa-desa terutama pembangunan di bidang infrastruktur perumahan
pasca tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil analisis selanjutnya yaitu dengan memasukkan variabel keterlibatan
pihak NGO sebagai variabel bebas yang diduga juga ikut mempengaruhi peluang masyarakat untuk lebih cepat memiliki rumah selain variabel modal sosial.
Hasilnya adalah setelah dimasukkan variabel keterlibatan NGO dalam model, variabel modal sosial masyarakat tidak memberi pengaruh yang signifikan
terhadap status kepemilikan rumah oleh masyarakat Tabel 16. Sedangkan variabel NGO, biarpun memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi nilainya negatif.
Banyaknya NGO secara kuantitas yang membantu membangun rumah dalam satu desa tidak menjamin masyarakat untuk lebih cepat memiliki rumah, semakin
banyak NGO yang terlibat semakin rendah peluang masyarakat untuk mendapatkan rumah yang lebih cepat. Hasil ini dapat dijelaskan secara naratif
yaitu apabila dalam satu desa terdapat banyak NGO yang akan membantu pada satu jenis kegiatan yang sama seperti semuanya membantu membangun rumah,
yang pertama harus dilakukan adalah menyamakan program diantara beberapa lembaga tersebut menjadi sama. Menyamakan seluruh program dari seluruh NGO
yang akan membantu tersebut sangat sulit dilakukan karena terbentur pada tujuan proyek dan sistem pelaksanaannya yang berbeda-beda dari masing-masing
lembaga tersebut. Akibatnya semakin banyak jumlah NGO yang terlibat dalam pembangunan kembali rumah masyarakat semakin lambat pembangunan rumah
tersebut selesai.
Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Logistik dengan Variabel Terikat Status
Kepemilikan Rumah dan dengan Memasukkan Variabel Keterlibatan NGO
Variabel Koefisien
Regresi P-Value
Indeks Modal Sosial Masyarakat IMSM 3.711 0.436
Pendapatan Rumah Tangga P_RT -0.006 0.810
Aset Rumah Tangga ASET -0.006 0.592
Keterlibatan NGO NGO_R -1.383 0.001
Constant 2.697 0.522
Hosmer and Lemeshow Test 0.018
Nilai chi square pada uji Hosmer and Lemeshow, pada persamaan model logit dengan memasukkan keterlibatan pihak NGO sebagai variabel bebasnya
yaitu lebih kecil dari 0.05, maka model tersebut kurang layak untuk menggambarkan hubungan antara variabel terikat yaitu peluang memiliki rumah
dengan variabel bebasnya yaitu modal sosial masyarakat, pendapatan rumah tangga, aset rumah tangga dan keterlibatan NGO dalam membantu membangun
rumah bagi masyarakat desa pasca tsunami.
4.5. Modal Sosial dan Pendapatan Keluarga