keagamaan, sosial dan budaya, masyarakat memiliki suraulanggar, kelompok PKK, kegiatan gotong royong, kontak tani nelayan andalan KTNA dan
kelompok usaha ternak BRR, BPS dan ADB 2006. Masyarakat Desa Beurandeh yang ramah dan kompak menyebabkan
banyak NGO yang masuk dan bertahan lama di desa tersebut. Aparat desa dan masyarakat menerima semua NGO yang masuk ke desa mereka walau hanya
sekedar mencari data dan tidak membawa bantuan baik berupa uang maupun materi, masyarakat tetap menghargainya asalkan tidak membawa misi-misi yang
dapat merusak aqidah masyarakat desanya. Kehidupan masyarakat Desa Beurandeh pasca tsunami relatif lebih baik
dibandingkan dengan Desa Kajhu dan Desa Lamkrut. Seluruh rumah yang hancur saat tsunami sudah dibangun dan masyarakat sudah bisa menempatinya kembali.
Dengan modal kekompakan dan keramahan yang dimiliki masyarakatnya, desa ini memiliki daya tarik bagi NGO, sehingga Desa Beurandeh merupakan desa
pertama masuk NGO yang membawa program pembangunan rumah.
4.2. Kondisi Pembangunan Desa Pasca Tsunami
Tahap rehabilitasi yang ditetapkan pemerintah berakhir hingga Desember 2006. Namun tingkat pembangunan desa di Kabupaten Aceh Besar sampai Juni
2006 belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Kondisi sosial ekonomi masyarakat masih sangat rentan, masyarakat masih tinggal dibarak-barak
pengungsian karena belum memiliki rumah rumah siap huni. Dari tiga desa tersebut, hanya Desa Beurandeh yang semua masyarakatnya sudah memiliki
rumah. Disamping itu, masyarakat juga belum bisa melakukan aktivitasnya sesuai dengan aktivitas yang dilakukan sebelum tsunami. Masyarakat petani belum bisa
bertani karena terkendala dengan masalah modal, begitu juga dengan masyarakat nelayan. Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat bekerja
sebagai buruh-buruh bangunan yang bukan merupakan profesinya. Sebanyak 36,7 kepala keluarga di wilayah penelitian memiliki pekerjaan yang tidak tetap yang
sesuai dengan pekerjaannya sebelum tsunami. Tabel. 5. Kondisi Fasilitas Umum Penunjang Kebutuhan Dasar Masyarakat di
setiap Desa Pasca Tsunami
Jenis Fasilitas Desa Kajhu
Desa Lamkrut Desa Beurandeh
Infrastruktur dan Perumahan 1.
Rumah 2.
Kantor Desa 3.
Balai Pertemuan 1
4 127
1 Fasilitas Pendidikan
1. TK
2. SD
3. SMP
4. SMU
5. Tempat Pelatihan
1 1
2 1
1 1
Fasilitas Kesehatan dan Kebersihan 1.
Posyandu 2.
Polindes 3.
Pos Obat Desa 4.
Puskesmas 5.
Puskesmas Pembantu 6.
Tempat Praktek Dokter 7.
Tempat Praktek Bidan 8.
Toko Obat 9.
MCK 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 Fasilitas Olah Raga dan Hiburan
1. Lapangan Bola Kaki
2. Lapangan Bola Volly
3. Penyewa VCD
1 1
1 Fasilitas Agama, Sosial dan Budaya
1. Mesjid
2. SurauLanggar
3. Tempat Pengajian
1 1
1 1
1 1
Fasilitas Telekomunikasi dan Informasi 1.
Telepon Umum Koin 2.
Wartel 1
Fasilitas Perdagangan dan Industri 1.
Restoran 2.
BPR 3.
Koperasi 1
1
Sumber: BRR, BPS dan ADB 2006 dan data primer diolah SementaraDarurat
Sebelum tsunami tidak ada
Lebih dari 50 fasilitas umum dari berbagai bidang yang ada sebelum tsunami di tiap-tiap desa sampai sekarang belum dibangun kembali. Sejumlah
fasilitas, seperti pada bidang pendidikan, walaupun sudah ada dan proses belajar- mengajar juga sudah berjalan, baik di Desa Lamkrut maupun di Desa Kajhu, akan
tetapi sekolah-sekolah tersebut belum memiliki gedung yang permanen seperti sebelum tsunami. Selain fasilitas pendidikan, sejumlah fasilitas kesehatan juga
sama yaitu belum memiliki gedung yang permanen seperti sebelum tsunami. Fasilitas kesehatan yang ada sekarang sifatnya sementaradarurat Tabel 5.
Namun demikian, ada juga beberapa fasilitas umum tersebut yang dulu sebelum tsunami tidak ada, sekarang sudah ada. Seperti balai pertemuan, tempat pelatihan,
lapangan bola kaki dan lapangan bola volly di Desa Beurandeh; wartel dan polindes di Desa Lamkrut; dan tempat pengajian di Desa Kajhu.
4.3. Modal Sosial Masyarakat Desa