1. Tata-Laksana Permintaan Bantuan Dokter
Ketentuan tentang tata-laksana bantuan dokter sebagai ahli tidak hanya dapat di temukan pada pasal - pasal dari KUHAP yang mengatur tentang ahli, tetapi juga
pada pasal-pasal yang mengatur tentang saksi. Hal ini sesuai denga bunyi Pasal 179 KUHAP, yang menyatakan bahwa segala ketentuan yang berlaku bagi saksi juga
berlaku bagi ahli. Selain itu, ketentuan tentang tata - laksana bantuan dokter sebagai ahli juga dapat ditemukan dalam peraturan pemerintah No 27 tahun 1983. Tata-
laksana tersebut meliputi
46
1. Waktu pengajuan permintaan kapan permintaan dokter dapat diajukan.
:
2. Pejabat yang berhak mengajukan permintaan siapa yang berhak meminta
bantuan dokter. 3.
Cara mengajukan permintaan bantuan dokter. 4.
Dokter yang dapat dimintai bantuan nya. 5.
Cara dokter menyampaikan keterangannya.
1. Kapan permintaan dokter dapat diajukan.
Sebagaimana diketahui bahwa proses peradilan dari suatu tindak pidana dibagi menjadi berbagai tingkat. Dari berbagai tingkat itu maka permintaan bantuan
dokter sebagai ahli hanya dapat diajukan pada tingkat : 1.
Penyidikan 2.
Penyidikan tambahan
46
Ibid, hal 33
Penyidikan tambahan adalah penyidikan yang dilakukan atas petunjuk umum berkenaan dengan dikembalikannya berkas perkara karena belum
lengkap. Dalam hal ini belum lengkap karena penyidik lalai tidak memanfaatkan bantuan dokter sebagai ahli sedangkan dalam perkara
tersebut bantuan dokter seharusnya perlu atau kurang lengkap atau kurang tepat dalam pemeriksaan visum maka penuntut umum dapat
menyarankannya kembali. 3.
Sidang pengadilan 2.
Siapa yang berhak meminta bantuan dokter Berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, tidak semua orang dapat
meminta bantuan dokter dalam menyelidiki suatu kasus tindak pidana. Seperti yang telah diuraikan sebelum nya bahwa yang berhak meminta bantuan dokter sebagai ahli
ialah penyidik dan Hakim. Hakim ketua sidang dapat meminta bantuan dokter sebagai ahli dalam hal ;
1. Diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di
sidang pengadilan. 2.
Timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap hasil keterangan ahli dari seorang dokter sehingga perlu
dimintakan pemeriksaan atau penelitiaan ulang oleh dokter lain. Sudah tentu yang akan mengajukan permintaan bantuan kepada dokter ialah
jaksa penuntut umum karena ia yang berwenang melaksanakan semua penetapan hakim. Maka agar tidak terjadi kesalah pahaman dengan dokter yang dimintai
bantuan itu, jaksa penuntut umum dalam surat permintaannya perlu menyebutkan bahwa permintaan tersebut diajukan dalam rangka melaksanakan penetapan hakim.
Mengenai korban tindak pidana atau keluarganya, tidak dibenarkan mengajukan permintaan langsung kepada dokter. Mereka hanya dibenarkan
melaporkan tindak pidana yang dialaminya kepada pihak kepolisian dan selanjutnya pihak kepolisianlah yang akan melakuan penyidikan, termasuk mengajukan
permintaan bantuan dokter sebagai ahli. Demikian juga terdakwa atau penasehat hukumnya, kalau mereka menghendaki bantuan dokter karena menurut pendapatnya
keterangannya akan menguntungkan pihaknya, mereka hanya dibenarkan mengajukan permohonan kepada hakim ketua sidang.
Agar proses penyidikan dapat berjalan dengan lancar , maka penyidik dan dokter perlu bekerja sama dan juga perlu mengetahui bagaiman cara penanganan
yang seharusnya bila mereka diharuskan melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara TKP. Proses kerja sama tersebut dapat dilakukan antara lain dengan
Kerjasama penyidik dan dokter
47
a. Bilamana pihak penyidik mendapat laporan bahwa telah terjadi suatu tindak
pidana pada suatu tempat yang menyangkut nyawa manusia mati telah terjadi, maka pihak penyidik dapat meminta bantuan dari dokter untuk
melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara tersebut. Pasal 120 dan Pasal 133 KUHAP
:
47
Abdul Mun’im Idries, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik edisi Pertama,Jakarta: Binarupa Aksara,1997 hal 286
b. Dokter tersebut harus selalu mengigat untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan yang dapat merubah, menggangu atau merusak keadaan di tempat kejadian perkara tersebut, walaupun sebagai kelanjutan dari pemeriksaan itu
dokter harus mengumpulkan segala bukti. c.
Sebelum dokter memulai melakukan pemeriksaan maka terlebih dahulu aparat keamanan haruslah menjaga keamanan dilokasi kejadian dan dijaga keaslian
TKP tersebut. Sebelum dokter datang ke TKP ada beberapa hal yang perlu dicatat oleh dokter,
seperti
48
a. Siapa yang meminta datang ke TKP, bagaimana permintaan tersebut sampai
ketangan dokter, dimana TKP serta saat permintaan itu diajukan. :
b. Meminta informasi secara global tentang kasus nya dengan demikian dokter
dapat membuat persiapan seperlunya. c.
Di TKP, dokter harus membuat foto dan sketsa yang mana harus disimpan dengan baik oleh karena ada kemungkinan ia akan di ajukan ke persidangan.
d. Pembuatan foto atau sketsa harus memenuhi standart sehingga kedua belah
pihak yaitu dokter dan penyidik tidak akan memeberikan penafsiran yang berbeda atas objek yang sama.
e. Dokter tidak boleh menambah ataupun mengurangi benda-benda yang ada di
TKP tersebut. 3.
cara mengajukan permintaan bantuan dokter
48
Ibid, hal 288
Ada beberapa hal yang wajib dilakukan untuk mengajukan permintaan bantuan dokter sebagai ahli adalah sebagai berikut :
1. Permintaan itu harus diajukan secara tertulis.
2. Harus disebutkan dengan jelas pemeriksaan yang dikehendaki misalnya dalam
hal objek yang dimintakan pemeriksaan mayat itu harus di tegaskan untuk pemeriksaan luar saja atau bedah jenazah.
3. Surat permintaan tersebut harus di sampaikan kepada dokter bersama-sama
dengan objek yang akan di periksanya terutama mengenai objek korban hidup yang menderita luka-luka.
4. Hal ini sangat perlu untuk tidak menyulitkan dokter dalam memberikan
keterangannya berkenaan dengan rahasia kedokterannya 5.
Dalam hal objek orang mati itu sudah di kubur maka permintaan itu sudah tentu dapat di ajukan terlebih dahulu, sedangkan objek orang mati tersebut
dapat di gali di kemudian hari bersama-sama dokter.
4. Dokter yang dapat dimintai bantuannya
Dari segi yuridis, setiap dokter adalah ahli, baik dokter tersebut ahli ilmu kedokteran kehakiman ataupun bukan, oleh sebab itu setiap dokter dapat dimintai
bantuannya untuk membantu membuat terang perkara pidana oleh pihak yang berwenang. Akan tetapi supaya dapat diperoleh suatu bantuan yang maksimal,
permintaan bantuan itu perlu diajukan pada dokter yang memiliki keahlian yang sesaui dengan objek yang akan di periksa.
Contohnya antara lain : 1.
Untuk objek korban mati sebaiknya diminta kepada ahli ilmu kedokteran kehakiman.
2. Untuk objek korban hidup yang menderita luka-luka sebaiknya dimintakan
kepada dokter ahli bedah. 3.
Untuk objek korban hidup akibat tindakan pidana seksual sebaiknya dimintakan kepada dokter ahli kandungan.
4. Untuk objek yang berkaitan dengan gigi untuk kepentingan identifikasi
sebaiknya dimintakan bantuan kepada dokter gigi. 5.
Untuk objek terdakwa yang menderitadiduga menderita penyakit jiwa sebaiknya dimintakan kepada dokter ahli jiwa.
Jika disatu daerah tidak ada dokter dengan keahlian seperti diatas, maka dokter umum dapat dimintakan bantuannya. Tiap-tiap dokter yang diminta
bantuannya sebagai ahli wajib memberikan bantuannya sebatas kemampuan yang dimilikinya.
Pemeriksaan penunjang yang tidak dapat di lakukan oleh dokter tersebut, wajib diberitahukan kepada penyidik agar penyidik dapat mengajukan permintaan
pemeriksaan itu kepada pihak lain, seperti pemeriksaan toksikologi mengenai pengaruh bahan kimia.
49
5. Cara dokter dalam menyampaikan keterangannya
49
Alfred C. Satyo , Op.Cit, hal 37
Keterangan dokter sebagai ahli hanya dapat diberikan kepada pemintanya melalui 2 cara, yaitu secara tertulis dan secara lisan.
a. Secara tertulis
Keterangan tertulis dari dokter sebagai ahli dapat disampaikan pada tingkat penyidikan, penyidikan tambahan, sidang pengadilan. Jika keterangan tertulis
ini dibuat dengan sumpah atau dengan mengingat sumpah maka keterangan itu nanti disidang pengadilan dapat berlaku sebagai alat bukti yang sah alat
bukti surat tanpa perlu menghadirkan dokter kesidang pengadilan. Keterangan tertulis seperti itu di sebut Visum et Repertum.
b. Secara lisan dari dokter sebagai ahli juga dapat diberikan pada tingkat
penyidikan, penyidikan tambahan, sidang pengadilan. Keterangan lisan di hadapan penyidik pada tingkat penyidikan atau penyidikan tambahan tidak
dapat berlaku sampai alat bukti yang sah tanpa menghadirkan dokter pada sidang pengadilan,
2. Peran Dokter Ahli a. Dokter sebagai pembuat Visum et Repertum