juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk keterangan dan dibuat dengan mengingat
sumpah pada waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan. Ketentuan ini sangat memudahkan dokter dalam membuat visum et repertum,
tidak perlu setiap kali disumpah oleh penyidik kalau membuat visum et repertum. Visum et repertum harus dibuat sejujur-jujurnya dan sengaja dari ketentuan ini dapat
dipidana berdasarkan pasal 242 KUHP yaitu sumpah palsu.
b. Dokter Sebagai Ahli Dalam Persidangan
Salah satu tugas pokok dari hukum acara pidana ialah untuk menemukan kebenaran materil, yaitu kebenaran yang sesungguh-sungguhnya. Tugas itu tidaklah
mudah bagi penyidik, penuntut umum, dan hakim yang tidak menyaksikan sendiri bagaimana proses berlangsungnya tindak pidana itu dan siapa yang menjadi
pelakunya. Tugas yang berat tersebut harus dilaksanakan hanya dengan memanfaatkan saksi, terdakwatersangka dan barang bukti. Tidaklah sulit bagi
penyidik, penuntut umum dan hakim untuk memeriksa saksi dan terdakwa agar mau memberikan keterangan yang sebenarnya, tetapi untuk menjadikan agar barang bukti
dapat membantu mengungkapkan suatu tindak pidana, mereka akan mendapat kesulitan oleh sebab itu diperlukan para ahli untuk mengungkapkan peristiwa pidana
yang terjadi tersebut
56
Keterangan saksi berbeda dengan keterangan ahli, keterangan saksi diberikan berdasarkan pada hal yang dilihat, didengar atau dialami sendiri seperti yang tertulis
.
56
Alfred C. Satyo , Op.Cit, hal 13
dalam Pasal 1 angka 26 KUHAP yaitu, “Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia Iihat sendiri dan ia alami sendiri”. sedangkan ahli memberikan pendapat atau sangkaan berdasarkan dari pengetahuan
atau keahlian khusus yang ia miliki. Seperti yang tertulis dalam Pasal 1 angka 28 KUHAP yaitu “Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.”
Kepada seorang ahli, diberlakukan segala aturan yang berlaku pada saksi seperti pada Pasal 185 KUHAP. Namun, diantara keduanya terdapat perbedaan dalam
hal keterangan yang diberikan maupun lafal sumpah yang dinyatakan sebelum memberi keterangan. Lafal sumpah saksi pun berbeda dengan lafal sumpah ahli. Lafal
bagi saksi berbunyi: “... Saya bersumpah bahwa saya akan menerangkan yang benar, tak lain daripada yang sebenarnya.” Sedangkan lafal bagi ahli berbunyi: “... Saya
bersumpah bahwa saya akan memberikan pendapat tentang soal-soal yang dikemukakan menurut pengetahuan saya sebaik-baiknya.” Dengan demikian, maka
ahli bukanlah orang yang akan memberi keterangan mengenai fakta yang ia dengar atau ia lihat, melainkan ahli menyampaikan pendapat sebagaimana pengetahuan yang
dikuasainya
57
57
Rafiqa Qurrata A’yun,Skripsi, Keterangan Ahli
Dalam Hukum Acara Pidana di Indonesia,Depok, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010, hal 30
.
Bantuan yang dapat diberikan dokter sebagai ahli dalam rangka menemukan kebenaran materil ialah memberikan keterangan tentang
58
1. Teori Dibidang Kedokteran