BAB II PENGATURAN HUKUM DAN PERANAN PROFESI DOKTER
SEBAGAI AHLI
A. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pasal Terkait Tentang Ahli
Sebelum akhirnya seorang seorang dokter mengamalkan profesi nya atau melakukan tugas nya sebagai dokter, ada hal yang harus di perhatikan ialah Kode
Etik Kedokteran Indonesia
34
Kewajiban yang pertama ialah Kewajiban Umum seorang dokter. Pada bagian ini di sampaikan bahwa dokter harus menjujung tinggi, menghayati dan
mengamalkan Sumpah Dokter. Sumpah dokter di Indonesia telah diakui dalam PP No. 26 Tahun 1960. Lafal ini terus di sempurnakan sesuai dengan dinamika
perkembangan internal dan eksternal profesi kedokteran baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Penyempurnaan di lakukan pada Musyawarah Kerja Nasional
. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia No. 221PBA.42002 tertanggal 19 April 2002 telah membuat keputusan PB IDI tentang
Penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Dengan adanya Penetapan Kode Etik Indonesia dan Penerapan Kode Etik Indonesia ini para dokter yang menjalankan
profesi kedokterannya telah di beri pedoman baku. Keharusan mengamalkan Kode Etik disebutkan dalam lafal sumpah dokter yang di dasarkan PP No 26 Tahun 1960.
Rumusan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang di uraikan dalam beberapa bagian mengenai kewajiban-kewajiban seorang dokter.
34
Alfred C. Satyo, Kumpulan Peraturan Perundang-undangan dan Profesi Dokter,Medan: UPT. Penerbitam dan Percetakan USU USU Press, 2004,hal 263
Etik Kedokteran II, tahun 1981, pada Rapat Kerja Nasional Majelis Kehormatan Etika Kedokteran MKEK dan Majelis Pembinaan Dan Pembelaan Anggota
MP2A, tahun 1993, dan pada Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran III, tahun 2001
35
Isi dari sumpah dokter tersebut ialah .
36
Demi Allah saya bersumpah, bahwa :
:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan
2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter. 3.
Saya akan memelihara sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran.
4. Saya akan
5. merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya.
6. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam. 7.
Saya akan menghormati setiap hidup insani dari saat pembuahan. 8.
Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
9. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan,
35
Alfred C. Satyo, Ibid, hal 268
36
Alfred C. Satyo, Ibid, hal 274
gender, politik, kedudukan social dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
10. Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya. 11.
Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara sekandung. 12.
Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia. 13.
Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan diri saya.
Pengambilan sumpah dokter merupakan saat yang sangat penting artinya bagi seorang dokter, karena pada kesempatan ini ia berikrar bahwa dalam mengamalkan
profesinya, ia akan selalu mendasarinya dengan kesanggupan yang telah diucapkannya sebagai sumpah. Oleh karena itu upacara pengambilan sumpah
hendaknya dilaksankan dalam suasana yang hikmat. Suasana hikmat dapat diwujudkan bila upacara pengambilan sumpah dilaksanakan secara khusus,
mendahului acara pelantikan dokter. Untuk yang beragama Islam diawali dengan “Demi Allah saya bersumpah”,
untuk penganut agama lain mengucapkan lafal yang diharuskan sesuai yang ditentukan oleh agama masing-masing. Seperti yang beragama Kristen mengganti
kata sumpah dengan kata janji. Sesudah itu lafal sumpah di ucapkan secara bersama- sama.
Selain mengenai sumpah dokter pada bagian kewajiban umum ini mengatur dokter untuk menjalankan profesi nya dengan standar yang tertinggi, bersikap jujur,
dan Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri. Setiap tindakan yang dilakukan dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat
dan memperhatikan aspek pelayanan kesehatan dan mengabdi pada masyarakat dan juga setiap dokter harus memebri keterangan atau pendapat yang dapat di buktikan
kebenarannya Kewajiban yang kedua ialah mengenai kewajiban dokter terhadap pasien
37
Kewajiban yang ketiga ialah mengenai kewajiban dokter terhadap teman sejawatnya
. Di dalam bagian ini dokter di tuntut harus bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
segala ilmu ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Selain itu setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga
setelah penderita itu meninggal dunia dan setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
bersedia dan mampu memberikannya.
38
37
Alfred C. Satyo, Ibid, hal 265
. Dalam bagian ini setiap dokter harus memperlakukan teman sesama dokter atau teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin di perlakukan dan setiap
dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawatnya, kecuali dengan persetujuan dan berdasarkan prosedur yang etis.
38
Alfred C. Satyo, Ibid, hal 266
Kewajiban yang berikutnya ialah kewajiban dokter terhadap dirinya sendiri
39
Kode Etik Kedokteran Indonesia di buat untuk mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokterannya sehungga mengatur kewajiban dokter secara umum,
kewajiban dokter terhadap pasien, kewajiban dokter terhadap teman sejawatnya dan kewajiban dokter terhadap diri sendiri. Hal tersebutlah yang mengatur profesi
kedokteran dalam menjalankan tugas nya. .
Di dalam bagian ini dokter juga di tuntut untuk harus menjaga kesehataanya supaya dapat bekerja dengan baik dan setiap dokter juga harus mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokterankesehatan.
Selain dari Kode Etik Kedokteran Indonesia bagi dokter, ada juga aturan atau ketentuan hukum yang mengatur seorang dokter atau lebih tepatnya dalam hal ini
dokter ahli atau kedokteran forensik sebagai ahli sehingga dapat menyadari keterlibatan dalam membantu penegak hukum dan memahami ketentuan hukum yang
berhubungan dengan bantuan yang di berikan dokter forensik. Pasal yang mengatur ketentuan hukum yang berkaitan dengan permintaan bantuan dokter kepada penegak
hukum. Dimulai dari hal yang berhak meminta bantuan dokter ahli. Penyidik
merupakan pihak yang dapat meminta bantuan dokter ahli
40
39
Alfred C. Satyo, Ibid, hal 267
. Menurut Pasal 6 KUHAP Peyidik ialah pejabat polisi negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Dalam hal
40
Paper Rita Mawarni, bab II tentang beberapa ketentuan hukum yang berhubungan dengan bidang ilmu kedokteran kehakiman, 2013, hal 12
ini Penyidik memiliki kewenangan untuk mendatangkan orang ahli yang di perlukan dan di periksa sebagai tersangka perkara seperti yang tertuang dalam Pasal 7 KUHAP
huruf h. Untuk kalangan kesehatan yang perlu di perhatikan adalah tentang ketentuan dalan huruf h tersebut. Ketika dalam kasus yang di tangani oleh penyidik tersebut,
penyidik mengalami kesulitan dan perlu untuk menemukan bukti yang kuat maka ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus meurut
Pasal 120 KUHAP. Seperti dalam hal penyidik kesulitan mengenai yang terjadi pada kesehatan atau yang terjadi pada korban maka ia dapat meminta pendapat orang ahli
atau orang yang memiliki keahlian khusus seperti Dokter Forensik. Ahli atau Dokter Forensik yang diminta tersebut harus mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di
muka penyidik bahwa ia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau
jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta. Berdasarkan Pasal 180 KUHAP jika di dalam
persidangan ada hal yang diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan, maka Hakim Ketua Sidang dapat meminta keterangan
ahli untuk datang di sidang pengadilan melalui penyidik. Setelah pihak yang berhak meminta batuan dokter forrensik maka selanjutnya
ialah wewenang penyidik dalam meminta batuan dokter
41
41
Paper Rita Mawarni, Ibid, hal 13
. Penyidik berwenang dalam melakukan atau mengajukan permintaan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter lainnya. Dalam hal ini penyidik untuk kepentingan peradilan
dalam menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana maka ia dapat mengajukan
permintaan keterangan ahli. permintaan keterangan ahli dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu di sebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat, hal mengenai permintaan keterangan ahli ini diatur dalam Pasal 133 KUHAP.
Di dalam hal pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat tidak boleh langsung dilakukan pemeriksaannya. Penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada keluarga korban seperti yang di atur dalam Pasal 134 KUHAP. Penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu
dilakukannya pembedahan tersebut, jika dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera
melaksanakan pemeriksaan mayat atau pemeriksaacn bedah mayat. Selanjutnya ialah ketentuan hukum mengenai peran dokter dalam sidang
pengadilan
42
42
Paper Rita Mawarni, Ibid, hal 15
. Seorang ahli dalam hal ini dokter forensik wajib bersumpah atau berjanji sebelum memberikan keterangan ahli sesuai dengan Pasal 160 ayat 4
KUHAP, jika seorang ahli menolak untuk bersumpah maka ia akan di sandera di rumah tahanan negara paling lama empat belas hari dan pemeriksaan terhadapnya
tetap dilakukan. Jika dalam hal tenggang waktu penyanderaan ahli tetap tidak mau disumpah atau mengucapkan janji, maka keterangan yang diberikan merupakan
keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim. Dokter forensik atau dokter
ahli wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan jika dimintai pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman, dan dokter ahli bersumpah atau berjanji untuk
memberikan keterangan dengan sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan bidang keahliannya seperti yang di sampaikan dalam Pasal 179
KUHAP. Keterangan ahli merupakan salah satu bagian dari lima alat bukti. Hakim
didalam menjatuhkan pidana kepada tersangka haruslah memenuhi sekurang- kurangnya dua alat bukti yang sah dan keyakinan hakim, merujuk pada Pasal 183 dan
184 KUHAP. Keterangan dokter ahli atau dokter forensik dapat mendukung atau membantu meyakinkan hakim untuk menjatuhkan pidana kepada seorang tersangka.
Menurut Pasal 186 KUHAP keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Keterangan yang di berikan oleh dokter forensik
disebut keterangan ahlli sedangkan keterangan yang di berikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan
43
Ketentuan hukum yang berikutnya ialah sanksi hukum terhadap yang menghalang-halangi atau menolak untuk memberikan bantuan
. Setiap ahli yang di panggil ke persidangan dan ahli tersebut memenuhi panggilan tersebut dalam rangka
memberikan keterangan di semua tingkat pemeriksaan, berhak mendapat penggantian biaya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seperti yang di tuliskan
dalam Pasal 229 KUHAP.
44
43
Paper Rita Mawarni, Ibid, hal 14
. Jika dalam proses
44
Paper Rita Mawarni, Ibid, hal 16
penyidikan terhadap mayat korban, ada orang atau pihak yang mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat forensik maka orang
atau pihak tersebut diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, berdasarkan pada Pasal 222
KUHP dan Barang siapa yang dipanggil sebagai saksi ahli namun dengan sengaja saksi ahli tersebut tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, maka saksi ahli tersebut akan di ancam dengan hukuman pidana penjara paling lama sembilan bulan bagi perkara pidana, sedangkan dalam perkara bukan
pidana akan di penjara paling lama enam bulan, hal tersebut berdasarkan Pasal 224 KUHP.
Dari beberapa hal diatas mengenai ketentuan hukum yang mengatur seorang dokter sebagai ahli atau dokter forensik menjelaskan bahwa profesi kedokteran
forensik sangat di butuhkan dalam menyelesaikan suatu perkara tindak pidana. Pengetahuan yang dimiliki seorang dokter forensik membatu agar pelaksanaan
bantuan hukum dapat berjalan dengan baik, fakta-fakta yang penting dalam mencari kebenaran.
B. Permintaan Bantuan Dokter Ahli Dan Peran Dokter Ahli