B. Analisis Kasus
Berdasarkan kasus yang penulis dapatkan dari Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, penulis menganalisa tentang peranan dokter yang menjadi ahli baik melalui surat
visum et repertum ataupun dengan hadirnya dokter sebagai ahli ke persidangan. Di dalam kasus ini terdakwa Lamsinah Br. Silalahi als Lamsi dan korban Luria br.
Simbolon. pada hari Senin 18 Juni 2012, sekira pukul 10.15 WIB telah terjadi tindak pidana kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga yang mengakibatkan matinya
orang. Awalnya ketika terdakwa menyapu rumah dan telah selesai, setelah itu korban kembali membersihkan lantai rumah tersebut dengan celana ponggol, terdakwa
membilangkan kepada korban untuk tidak membersihkan rumah kembali dengan celana ponggol akan tetapi korban tidak mendengarkan perkataan terdakwa.
Kemudian korban masuk kedalam kamar. Di dalam kamar korban mengatakan terdakwa “binatang” sehingga menyebabkan emosi, lalu terdakwa meletakkan
anaknya diruang tamu dan mendatangi korban ke kamar tidurnya. di dalam kamar, tejadilah kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga yang mengakibatkan matinya
orang. Tersangka melakukan hal tersebut dikarenakan tidak terima di bilang “binatang” oleh korban.
Korban dibawa penyidik ke RSUP Haji Adam Malik Medan untuk dilaksanakan pemeriksaan mayat. Berdasarkan hasil pemeriksaan mayat yang dilakukan oleh
Dr.Guntur Bumi Nst,SpF dengan No VeR: 30VIIKKVER2012 pada 19 Juni 2012, antar lain :
Ringkasan pemeriksaan luar 1.
Dijumpai lebam mayat pada daerah leher bagian belakang, punggung, pinggang, anggota gerak atas dan bahah bagian belakang.
2. Dijumpai kaku mayat pada persendian rahang, leher, anggota gerak atas dan
bawah yang sukar dilawan. 3.
Dijumpai proses pembusukan berupa warna kehijauan pada seluruh permukaan pert, pelebaran pembuluh darah pada permukaan dada, anggota
gerak atas dan bawah dan pengelupasan kulit pada lengan bawah kiri bagian depan serta rambut mudah dicabut.
4. Dijumpai luka lecet pada lengan atas kanan
5. Dijumpai luka memar pada kepala tepat pada garis tengah tubuh, dahi kanan,
kelopak mata luar bagian kanan, pipi kanan, bibir bawah kanan sudut mulut kiri, bibir atas kanan, rahang bawah kananm rahang bawah kiri, punggung
tangan kanan, lengan bawah kiri dan punggung tangan kiri. 6.
Dijumpai luka robek pada bibit bagian atas.
7. Dijumpai luka tusuk pada rahang bawah kanan.
8. Dijumpai bintik-bintik perdarahan pada bola mata kiri dan kanan.
9. Dijumpai warna kebiruan pada ujung-ujung jari tangan dan kaki.
Ringkasan pemeriksaan dalam 1.
Dijumpai resapan darah pada kulit kepala kanan bagian depan hingga puncak, kulit kepala kiri dan kanan bagian belakang, kulit kepala kiri sebelah depan,
dan pada permukaan selaput tebal otak tepat di garis tengah tubuh. 2.
Dijumpai resapan darah pada dada kanan sebelah atas.
3. Dijumpai perdarahan dan bekuan darah pada rongga di bawah selaput tebal
otak kepala bagian belakang, di bahwa selaput tipis otak pada permukaan otak besar kiri bagian belakang, permukaan otak besar kanan bagian depan dan
belakang serta permukaan otak kecil kiri dan kanan. 4.
Dijumpai buih-buih halus yang sukar pecah pada saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah.
5. Dijumpai bintik-bintik perdarahan pada permukaan hati.
6. Dijumpai bau aroma zat merangsang formalin, pada pembukaan tulang dada,
rongga perut, rongga lambung, dan usus. 7.
Dijumpai organ dalam paru, jantung, hati, limpa, lambung, usus, kandung rahim, dan ginjal teraba keras dan padat oleh karena formalin
8. Pada pembukaan rongga lambung danusus tidak dijumpai sisa makanan.
Kesimpulan
Telah diperiksa sesosok mayat dikenal, jenis kelamin perempuan, perawakan kurus, warna kulit kuning langsat, panjang badan 153 cm, rambut panjang, bentuk lurus,
berwarna putih dan hitam beruban, dan mudah dicabut, dan berkebangsaan Indonesia.
Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab kematian korban adalah perdarahan dalam rongga kepala di bawah selaput tipis otak
pada permukaan otak besar kiri bagian belakang kanan bagian depan dan belakang, serta permukaan otak kecil kiri dan kanan akibat trauma tumpul.
Peran dokter dalam kasus ini ialah membantu penyidik dalam membuat terang sebuah kasus tindak pidana untuk kepentingan peradilan. Penyidik meminta bantuan dokter
untuk memeriksa tubuh korban sehingga bisa mengetahui kematian korban disebabkan oleh apa. Permintaan bantuan dokter tersebut sesuai pada Pasal 133 ayat 1
“dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.”
Setelah penyidik meminta bantuan dokter ahli memeriksa tubuh korban maka dokter tersebut akan mengeluarkan hasil pemeriksaan atau yang di sebut dengan Visum et
Repertum. Hasil pemeriksaan atau Visum et Repertum tersebutlah yang dijadikan sebagai alat bukti untuk di ajukan dalam persidangan. Alat bukti sangat dibutuhkan
dalam persidangan agar hakim dapat menjatuhkan pidana kepada seseorang, seperti yang di ketahui dalam Pasal 183 KUHAP :
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”
Dalam kasus ini penyidik telah mengumpulkan lebih dari dua alat bukti namun penyidik merasa alat bukti yang di kumpulkan belum kuat sehingga penyidik
memanggil dokter ahli ke persidangan. Seperti yang di ungkapkan oleh Hary Yohanes, SH Jaksa Penuntut Umumpenyidik dalam kasus ini
62
“alat bukti yang kami kumpulkan sudah lebih dari dua, namun untuk memperkuat atau lebih meyakinkan Hakim maka kami meminta bantuan
dokter ahli untuk menerangkan lebih di persidangan” :
Setiap dokter ahli yang di mintakan bantuannya atau pendapatnya wajib memberikan keterangan dengan baik dan menyampaikan sesuai dengan pengetahuan yang di
miliki demi keadilan. Seperti dalam Pasal 179 KUHAP : “setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan”
Penyidik memanggil dokter ahli ke persidangan, dokter yang memberikan keterangan pada persidangan dalam kasus ini ialah Dr. Rita Mawarni, SpF. Setelah dokter ahli
tersebut di sumpah di depan persidangan dan pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa benar ahli telah melakukan otopsi memeriksa mayat atas nama Luria
br. Simbolon bersama-sama dengan Dr. Guntur Bumi Nasution, SpF dan di
62
Wawancara dengan Hary Yohanes, pada senin 2 Februari 2015 pukul 14.00 wib, Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam di Pancur batu
tuangkan dalam Visum et Repertum Nomor 30VIIKKVER2012 tanggal 19 Juni 2012.
- Bahwa sesuai dengan hasil analisa ahli selaku Dokter Spesialis Forensik,
bahwa penyebab kematian korban atas nama Luria br.Simbolon adalah Pendarahan Dalam Rongga kepala di bawah selaput tipis otak pada
permukaan otak besar kiri bagian belakang kanan bagian depan dan belakang, serta permukaan otak kecil kiri dan kanan.
- Bahwa benar pada waktu ahli melakukan otopsi Luria br. Simbolon tidak ada
di jumpai suatu penyakit. -
Bahwa benar ada luka tangkisan pada tubuh Luria br. Simbolon seperti luka perlawanan pada anggota gerak atas.
- Bahwa benar semua luka di tubuh Luria br. Simbolon dapat menyebabkan
kematian.
Dari alat bukti yang sudah ada yaitu dari keterangan saksi, keterangan ahli, alat bukti surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa sendiri maka dari alat bukti tersebut
membuat terang kasus tindak pidana membuat keyakinan dari Majelis Hakim untuk menjatuhkan pidana maka Majelis Hakim menyatakan Lamsinah Br. Silalahi als
Lamsi terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melawan tindak pidana “Kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga yang mengakibatkan matinya orang”
sebagaimana di atur dalam Pasal 44 ayat 3 UURI No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT dan Majelis Hakim
menjatuhkan pidana kepada Lamsinah Br. Silalahi als Lamsi dengan pidana penjara
selama 9 Sembilan tahun.
Dari hal diatas bahwa dalam menyelesaikan suatu perkara pidana di perlukan alat bukti yang mendukung seperti keterangan saksi, keterangan ahli, dll, sehingga
membuat terang suatu kasus dan dapat meyakinkan Hakim dalam menjatuhi pidana terhadap terdakwa
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan