Hasil pemeriksaan dan laporan tertulis akan digunakan sebagai petunjuk atau pedoman dan alat bukti dalam menyidik, menuntut dan mengadili pada perkara
pidana. Dalam hal ini tampaklah bahwa laporan pemeriksaan dalam proses penegakan hukum. Oleh karena itu dokter sebagai pemberi jasa dibidang kedokteran kehakiman
dari semula harus menyadari bahwa laporan hasil pemeriksaan dan kesimpulan serta keterangan di sidang pengadilan yang baik dan terarah akan membantu proses
penyidikan, persidangan serta pemutusan perkara. Jika dilihat menurut sifatnya, ada berbagai jenis dan bentuk visum et repertum, antara
lain
53
1. Jenis – jenis Visum et Repertum
:
1. Visum et Repertum untuk korban hidup
Yang termasuk visum untuk korban hidup adalah visum yang diberikan untuk korban luka-luka karena kekerasan, keracunan, perkosaan, psikiatri dan lain-lain.
Berdasarkan waktu pemberiannya visum untuk korban hidup dapat dibedakan atas : a.
Visum Seketika definitive Yaitu visum yang langsung diberikan setelah korban selesai diperiksa. Visum
inilah yang paling banyak diuat oleh dokter. b.
Visum Sementara Yaitu visum yang diberikan pada korban yang masih dalam perawatan.
Biasanya visum sementara ini diperlukan penyidik untuk menentukan jenis
53
Megawati, Skripsi, Kekuatan Pembuktian Visum et Repertum Terhadap Korban Tindak Pidana Pemerkosaan di Bawah Umur,Medan: USU Repository, 2012, hal 17
kekerasan. Sehingga dapat menahan tersangka atau sebagai petunjuk dalam menginterogasi tersangka. Dalam visum sementara ini belum di tulis kesimpulan.
Pemberian visum sementara ini hanya merupakan barang bukti untuk melakukan penangkapan dan penahanan terhadap terdakwa atas telah terjadinya suatu
peristiwa pidana, misalnya penganiyaan, pemerkosaan, percobaan membunuh dan lain-lain. Penangkapan dan penahanan tidak dapat dilakukan secara sewenang-
wenang dengan hanya dilandasi adanya dugaan. Akan tetapi harus didasarkan atas bukti-bukti permulaan.
Apabila si korban sudah sembuh atau sudah meninggal, maka dokter harus mengganti visum sementara yang telah dikeluarkan terdahulu dan berkewajiban untuk
membuat visum yang baru. Dalam visum yang baru sebagai pengganti visum sementara, dokter telah sampai pada kesimpulan tentang apa yang dilihat dan
diketahuinya dari tubuh korban untuk bahan pembuktian dipersidangan. Sedangkan visum sementara tadi tidak dapat diajukan sebagai alat bukti karena dalam visum
sementara dokter belum sampai pada suatu kesimpulan terhadap apa yang dilihat dan didapat dari pemeriksaan korban.
c. Visum Lanjutan
Yaitu visum yang diberikan setelah korban sembuh atau meninggal dan merupakan lanjutan dari visum sementara yang telah di berikan sebelumnya. Dalam
visum ini harus dicantumkan nomor dan tanggal dari visum sementara yang telah diberikan. Dalam visum ini dokter telah membuat kesimpulan. Visum lanjutan tidak
perlu dibuat oleh dokter yang membuat visum sementara, tetapi oleh dokter yang terakhir merawat penderita.
2. Visum et Repertum Jenazah
Visum et repertum jenazah dapat dibedakan atas beberapa, yaitu : a.
Visum dengan pemeriksaan luar Pemeriksaan luar yang dimaksud tidak dapat memberikan kepada umum
apakah pemeriksaan pertama bagian luar saja, oleh karena kurang jelas disebutkan tetapi mungkin pembuat undang-undang hanyalah pemeriksaan luar saja.
Pemeriksaan mayat yang hanya ditujukan pada bagian luar saja pada umumnya kurang dapat memberikan hasil yang diharapkan dalam membuktikan faktor
penyebab kematian sikorban atau dengan kata lain hasil pemeriksaan tersebut kurang sempurna.
b. Visum dengan pemeriksaan luar dan dalam
Visum ini sering menimbulkan permasalahan antara penyidik, dokter dan masyarakat terutama dalam visum pemeriksaan luar dan dalam autopsy . Masalah
disini adalah hambatan dari keluarga korban bila visum harus dibuat melalui bedah mayat. Pemeriksaan bedah mayat berarti membuka semua rongga tubuh kepala,
dada, perut, dan pinggul dan memeriksa semua alat-alat organ untuk dapat menentukan sebab kematian maupun penyakit atau kelainan yang mungkin terdapat
pada si korban. Apabila ditinjau dari segi yuridis, pemeriksaan bedah mayat bukanlah sekedar
menentukan kematian sikorban saja melainkan melalui pemeriksaan tersebut akan dapat menjawab apakah perbuatan terdakwa merupakan satu-satunya penyebab
kematian korban atau pada korban terdapat penyakit atau kelainan yang
mempermudah atau mempercepat kematiannya sehingga berdasarkan teori yang dianut oleh hakim pada saat mengadili perkara dapat dijatuhi hukuman seadil-adilnya.
Permintaan bedah mayat ini merupakan otopsi dan harus mendapat izin dan persetujuan dari keluarga korban serta memperlakukan mayat dengan penuh
penghormatan. Hasil dari pemeriksaan bedah mayat tersebut nantinya dituangkan oleh saksi ahli kedalam visum et repertum. Dokter dalam membuat visum et repertum
jenazah dari mayat yang diperiksanya tidak dapat menyebutkan bahwa si korban mati akibat pembunuhan walaupun dokter mengetahui bahwa kematian sikorban
disebabkan karena pembunuhan. Dokter dalam kesimpulannya hanya membuat keterangan tentang kematian korban, misalnya,kematian akibat keracunan,
pendarahan diotak dan sebagainya. 3.
Visum et Repertum pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara TKP 4.
Visum et Repertum penggalian mayat 5.
Visum et Repertum mengenai umur 6.
Visum et Repertum psikiatrik Visum et Repertum psikiatrik sehubungan dengan Pasal 44 KUHP yang berisi:
1 Barang siapa mengerjakan sesuatu perbuatan, yang tidak dapat
dipertanggungkan kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal tidak boleh dihukum.
2 Jika nyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan kepadanya karena
kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal maka hakim boleh memerintahkan menempatkan dia di rumah sakit gila selama-
lamanya satu tahun untuk diperiksa.
7. Visum et Repertum Mengenai Barang Bukti
Misalnya berupa jaringan tubuh manusia, bercak darah, mani dll
2. Bentuk atau susunan Visum et Repertum