Peran Dokter Ahli a. Dokter sebagai pembuat Visum et Repertum

Keterangan dokter sebagai ahli hanya dapat diberikan kepada pemintanya melalui 2 cara, yaitu secara tertulis dan secara lisan. a. Secara tertulis Keterangan tertulis dari dokter sebagai ahli dapat disampaikan pada tingkat penyidikan, penyidikan tambahan, sidang pengadilan. Jika keterangan tertulis ini dibuat dengan sumpah atau dengan mengingat sumpah maka keterangan itu nanti disidang pengadilan dapat berlaku sebagai alat bukti yang sah alat bukti surat tanpa perlu menghadirkan dokter kesidang pengadilan. Keterangan tertulis seperti itu di sebut Visum et Repertum. b. Secara lisan dari dokter sebagai ahli juga dapat diberikan pada tingkat penyidikan, penyidikan tambahan, sidang pengadilan. Keterangan lisan di hadapan penyidik pada tingkat penyidikan atau penyidikan tambahan tidak dapat berlaku sampai alat bukti yang sah tanpa menghadirkan dokter pada sidang pengadilan,

2. Peran Dokter Ahli a. Dokter sebagai pembuat Visum et Repertum

Tugas dokter ahli dalam membantu penyidikan bagi kepentingan peradilan atas adanya tindak pidana, ialah membuat visum et repertum dan menjadi saksi ahli dalam persidangan. visum et repertum berguna untuk kepentingan peradilan sehingga membuat terang suatu kasus tindak pidana dan membantu meyakinkan hakim dalam memutuskan suatu tindak pidana. permintaan Visum et Repertum kepada dokter forensik ada beberapa tahapan, antara lain 50 1. Penyidik meminta bantuan kepada dokter kehakiman untuk membuat visum et repertum. : Dalam hal ini penyidik membuat permintaan surat permintaan visum et repertum kepada kepala atau direktur Rumah Sakit yang di tuju untuk pembuatan visum et repertum. 2. Dokter memberikan hasil visum et repertum. Dokter memberikan hasil visim et repertum kepada pihak penyidik, yang nantinya hasil visum tersebut di berikan kepada jaksa penuntut umum. 3. Penyidik memberikan hasil visum et repertum kepada Jaksa Penuntut Umum. Penyidik memberikan hasil visum tersebut kepada Jaksa Penuntut Umum untuk di pelajari lebih lanjut tentang apa yang terjadi pada tubuh korban, jika Jaksa Penuntut Umum merasa kurang dengan hasil visum maka Jaksa Penuntut Umum mengembalikan hasil visum tersebut kepada penyidik dan penyidik mengembalikan kembali kepada dokter yang membuat visum et repertum tersebut. Setelah Jaksa Penuntut Umum merasa sudah pas dengan hasil visum tersebut maka hasil visum tersebut yang dibawa ke persidangan. 4. Hakim pengadilan meminta jaksa penuntut umum untuk memanggil dokter yang membuat visum et repertum. 50 Paper Rita Mawarni, tentang cara permintaan visum et repertum, 2013 Hakim membaca dan memeriksa hasil visum tersebut, jika hakim merasa kurang tepat atau kurang yakin dan atau tidak mengetahui secara jelas, maka hakim meminta jaksa penuntut umum untuk memanggil dokter tersebut ke persidangan sebagai saksi ahli untuk memberikan keterangan yang ia ketahui. Dari tahapan tersebut bisa dibuat skema seperti berikut : Permintaan v.e.r Penyidik Dokter yang bertugas Membalas v.e.r Jaksa Penuntut Umum Hakim – Pengadilan Pengertian harafiah visum et repertum berasal dari kata “visual” yaitu melihat dan repertum yaitu melaporkan. Berarti “apa yang dilihat dan ditemukan” sehingga visum et repertum merupakan suatu laporan tertulis dari dokter ahli yang dibuat berdasarkan sumpah, mengenai apa yang dilihat dan ditemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti lain, kemudian dilakukan pemeriksaan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya 51 Pembuatan visum et repertum memberikan tugas sepenuhnya kepada dokter sebagi pelaksana dilapangan untuk membantu hakim menemukan kebenaran materiil dalam memutuskan perkara pidana. Dokter dilibatkan untuk turut memberikan pendapatnya berdasarkan ilmu pengetahuan yang di miliki dalam pemeriksaan perkara pidana, apabila alat bukti yang ada berupa tubuh manusia atau bagian dari tubuh manusia. . Dokter berperan utama sebagai pelaksana pembuatan visum et repertum, khususnya dalam kasus-kasus kematian seseorang yang diduga sebagai korban tindak pidana yang memerlukan dilakukannya tindakan bedah mayat forensik otopsi untuk memastikan penyebab kematian korban, kedudukan dokter adalah sebagai pembuat visum et repertum. Dalam memutuskan perkara pendapat dokter diperlukan karena hakim sebagai pemutus perkara tidak dibekali ilmu-ilmu yang berhubungan dengan anatomi tubuh manusia 52 51 Sri Ingeten br. Perangin angin, Skripsi, Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana. Medan: USU Repository,2008, hal 46 . Oleh sebab itulah di perlukan bantuan dokter untuk memastikan sebab, cara dan waktu kematian pada peristiwa kematian tidak wajar karena pembunuhan , bunuh diri, kecelakaan atau kematian yang mencurigakan. Pada korban tidak dikenal diperlukan pemeriksaan untuk mengetahui identitasnya, begitu juga pada korban penganiyaan, pemerkosaan, pengguguran kandungan dan peracunan diperlukan pemeriksaan oleh dokter untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi secara medis. 52 Ibid Hasil pemeriksaan dan laporan tertulis akan digunakan sebagai petunjuk atau pedoman dan alat bukti dalam menyidik, menuntut dan mengadili pada perkara pidana. Dalam hal ini tampaklah bahwa laporan pemeriksaan dalam proses penegakan hukum. Oleh karena itu dokter sebagai pemberi jasa dibidang kedokteran kehakiman dari semula harus menyadari bahwa laporan hasil pemeriksaan dan kesimpulan serta keterangan di sidang pengadilan yang baik dan terarah akan membantu proses penyidikan, persidangan serta pemutusan perkara. Jika dilihat menurut sifatnya, ada berbagai jenis dan bentuk visum et repertum, antara lain 53

1. Jenis – jenis Visum et Repertum

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Pidana Profesi Kedokteran Kehakiman Sebagai Ahli Berdasarkan Pasal 179 Kuhap (Analisa Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No 1498/Pid.B/2012/Pn.Lp.Pb)

0 48 109

Hukum Tidak Tertulis Sebagai Sumber Hukum untuk Putusan Pengadilan Perkara Pidana

7 92 392

Analisa Hukum Pidana Terhadap Putusan Banding Pengadilan Tinggi Medan Tentang Membantu Melakukan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Analisa Putusan Pengadilan Tinggi Medan No :743/pid/2008/PT-Mdn)

0 71 97

Suatu Telaah Terhadap Proses Pengajuan Grasi Terhadap Putusan Pidana Mati Berdasarkan UU RI No. 22 Tahun 2002 Tentang Grasi (Studi Kasus PUTUSAN Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.513/PID. B/1997/PN. LP)

0 64 77

Peranan Visum Et Repertum Sebagai Alat Bukti Dalam Kasus Tindak Pidana Pembunuhan (Study Kasus Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No. 1243/Pid B/2006/PN-LP)

5 97 118

Tanggung Jawab Pelaku Tindak Pidana Korupsi Atau Ahli Warisnya Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Lubuk Pakam)

1 33 248

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI PERJANJIAN PENJUALAN CRUDE PALM OIL (Studi Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.147/Pdt.G/2009/PN.LP)

1 8 45

BAB II PENGATURAN HUKUM DAN PERANAN PROFESI DOKTER SEBAGAI AHLI - Aspek Hukum Pidana Profesi Kedokteran Kehakiman Sebagai Ahli Berdasarkan Pasal 179 Kuhap (Analisa Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No 1498/Pid.B/2012/Pn.Lp.Pb)

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN - Aspek Hukum Pidana Profesi Kedokteran Kehakiman Sebagai Ahli Berdasarkan Pasal 179 Kuhap (Analisa Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No 1498/Pid.B/2012/Pn.Lp.Pb)

0 0 37