75
yang melibatkan parameter laut dan atmosfer. Meskipun hanya melibatkan data pada lapisan permukaan saja, tetapi dalam melakukan interpretasi hasil analisis
data sangat penting untuk mempertimbangkan dinamika yang terjadi pada kolom laut dan atmosfer.
3.2 Data
Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data laut dan atmosfer yaitu data asimilasi GFDL dengan parameter suhu dan kedalaman lapisan
tercampur, data indikator laut-atmosfer yaitu indeks Muson, DMI dan SOI untuk memantau aktifitas Muson, DM dan ENSO, data buoy TRITON untuk
selanjutnya disebut TRITON dan ARGO float untuk selanjutnya disebut ARGO yang digunakan untuk validasi data asimilasi GFDL, data Earth System Research
Laboratory NOAA ESRL NOAA meliputi parameter angin, suhu udara, tekanan udara, OLR, curah hujan, presipitasi precipitationP, evaporasi evaporationE,
fluks bahang secara konduksi sensible heatQ
S
, bahang melalui evaporasi latent heatQ
L
dan kelembapan udara relative humidityRH.
3.2.1 Atribut Data
Data dari parameter laut dan atmosfer yang akan dianalisis pada penelitian ini antara tahun 1979-2007 dengan interval waktu satu bulan. Periode data
tersebut telah memenuhi syarat klimatologi untuk mengetahui kondisi normal background state dari setiap parameter selama ± 30 tahun dan mengakomodasi
siklus tahunan Muson dan siklus antar tahunan DM dan ENSO. Resolusi waktu satu bulanan dari data yang digunakan telah memenuhi syarat terhadap siklus
fenomena dengan frekuensi tertinggi yaitu Muson, sedangkan DM dan ENSO memiliki siklus dengan frekuensi yang lebih rendah.
Resolusi spasial terendah dari data dengan parameter laut-atmosfer yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 200 km x 200 km, telah sebanding
dengan cakupan wilayah yang akan dianalisis antara 80°BT-160°BT dan 20°LS- 20°LU. Cakupan lokasi penelitian telah cukup untuk menerima pengaruh interaksi
dari Muson, DM dan ENSO terhadap keterkaitan setiap fenomena dengan parameter data yang digunakan. Data yang digunakan pada penelitian ini
76
diharapkan memiliki kualitas yang baik karena jenis data tersebut berupa data riset yang biasa digunakan kalangan peneliti internasional dan bersumber dari institusi
internasional yang melibatkan berbagai negara.
3.2.2 Data Indikator Laut-Atmosfer
Data Indikator laut-atmosfer yang digunakan pada peneltian ini meliputi indeks Muson, DMI dan SOI. Indeks Muson Monsoon IndexMSI bersumber
Asia-Pacific Data-Research Center ADPRC sebagai suatu institusi penelitian internasional yang salah satunya bertugas untuk memantau aktifitas daerah Muson
di dunia. Indeks Muson yang dipantau oleh institusi ini meliputi Indian Monsoon Index IMI, Western North Pacific Monsoon Index WNPMI, Webster-Yang
Monsoon Index WYI dan Australian Monsoon Index AUSMI. Pada penelitian ini data indeks Muson yang digunakan adalah WNPMI karena cakupan wilayah
pada penelitian ini merupakan zona Muson dari WNPM Gambar 21 dan sesuai dengan daerah Muson yang dipengaruhi oleh regim Muson dari Southeast Asia
Monsoon dan Western North Pacific Monsoon Chang, 2005. Untuk selanjutnya pada penelitian ini WNPMI akan disebut MSI. WNPMI dihitung dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Fan 1999 dengan persamaan sebagai berikut:
1 dimana U850C dan U850D adalah rata-rata anomali kecepatan angin zonal di
ketinggian pada tekanan atmosfer 850 mb di petak C 100°BT-130°BT, 5°LU- 15°LU dan petak D pada koordinat 110°BT-140°BT dan 20°LU-30°LU Gambar
21. Indikator DM yang digunakan berasal dari Ocean Observations Panel for
Climate OOPC yang didanai oleh Global Climate Observing System GCOS, Global Ocean Observing System GOOS dan World Climate Research
Programme WCRP dibawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa PBB. OOPC secara operasional dikelola oleh Intergovernmental Oceanographic
Commission IOC, World Meteorological Organization WMO, International Council for Science ICSU dan United Nations Environment Programme
77
UNEP. Data-data indeks terkini untuk memantau fenomena laut dan atmosfer tersedia di OOPC untuk mengetahui kondisi iklim pada skala regional dan global.
Data DMI yang tersedia di OOPC ini dihitung metode dari hasil penelitian Saji et al. 1999 dengan persamaan sebagai berikut:
2 dimana WTIOH dan SETIOI adalah rata-rata anomali SPL di sebelah barat
ekuatorial Samudera Hindia pada petak H 50°BT-70°BT, 10°LS-10°LU dan petak I 90°BT-110°BT, 10°LS-ekuator di sebelah tenggara Samudera Pasifik
Gambar 21. Indikator ENSO yang digunakan pada penelitian ini adalah SOI dengan
pertimbangan bahwa SOI merupakan osilasi tekanan udara antara di Tahiti dan Darwin yang mencerminkan kuat-lemahnya Angin Pasat di sepanjang ekuatorial
Samudera Pasifik dan secara langsung mengindikasikan adanya gangguan angin baratan yang dapat memicu terjadinya El Nino Latif et al., 1988; Perigaud dan
Cassou, 2000; Lengaigne et al., 2004. Meskipun terdapat berbagai macam indeks untuk memantau aktifitas ENSO antara lain TNI, indeks WWV, CP index, EP
index, indeks Nino4, Nino3.4, Nino3, Nino1.2 dan kombinasi antar Gambar 21, tetapi indeks-indeks tersebut sebagian besar digunakan untuk memantau evolusi
ENSO dan memprediksi awal kedatangan ENSO dengan menggunakan anomali suhu laut. Penggunaan SOI pada penelitian ini diharapkan pada proses dinamika
ENSO yang terjadi merupakan umpan balik dari interaksi laut-atmosfer dengan pemicunya berasal dari gangguan angin baratan. Data SOI yang digunakan berasal
dari Bureau of Meteorology BOM Australia yang dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
3 dimana pTHT dan pDRW adalah anomali tekanan udara permukaan di Tahiti
dan Darwin yang telah distandarisasikan dan adalah simpangan baku dari selisih
antara pTHT dan pDRW. Data MSI, DMI dan SOI yang digunakan pada