Basis Data Program dan Perangkat Lunak

108 ekspansi Mode ke-1 EOF adalah sebesar ±43.8 tanpa satuan dengan nilai minimum sebesar -91.9 dan maksimum sebesar 72.9. Puncak anomali positif SPL di BBU terjadi pada fase positif di bulan Juli, sedangkan fase negatif dengan anomali SPL positif terjadi di BBS pada bulan Januari. Nilai anomali nol di perairan Samudera Pasifik cenderung berada di ekuator baik pada saat fase positif maupun negatif, sedangkan pada fase positif di perairan dalam Indonesia dan Samudera Hindia nilai nol cenderung berada di BBU dan pada fase negatif berada di sekitar ekuator. Kondisi ini menunjukkan bahwa kandungan bahang di laut di BBU dan BBS Samudera Pasifik pada fase positif dan negatif cenderung sama simetris, sedangkan di perairan dalam Indonesia dan Samudera Hindia cenderung tidak seimbang asimetris. Gambar 28 Sebaran horizontal anomali SPL fase positif yaitu rata-rata anomali SPL °C pada waktu koefisien ekspansi Mode ke-1 EOF lebih besar daripada satu kali simpangan baku positifnya a dan fase negatif SPL lebih kecil daripada satu kali simpangan baku negatifnya b. Hasil analisis pola melintang komposit rata-rata anomali SPL di sepanjang ekuatorial Samudera Hindia dan Pasifik pada 5°LS-5°LU pada fase positif dan 109 negatif, di Samudera Pasifik cenderung simetris sedangkan di Samudera Hindia asimetris Gambar 29b. Berbeda halnya dengan hasil analisis komposit rata-rata anomali kedalaman lapisan tercampur memperlihatkan bahwa kondisi asimetri terjadi di Samudera Hindia dan Pasifik Gambar 29c, meskipun pada anomali SPL di Samudera Pasifik memperlihatkan kondisi yang simetris Gambar 28a, b dan Gambar 29b. Hal ini menunjukkan bahwa proses dinamika kondisi SPL yang simetris antara BBU dan BBS di Samudera Pasifik adalah hasil dari umpan balik feedback interaksi laut-atmosfer, sedangkan kondisi asimetris dari kedalaman lapisan tercampur dikontrol oleh proses dinamika dilaut pada kolom kedalaman. Rata-rata anomali angin zonal ketinggian 10 m pada fase positif dan negatif di sepanjang ekuatorial Samudera Hindia dominan berupa angin timuran dengan kecepatan angin yang lebih kuat pada fase negatif Gambar 29a. Pada fase positif negatif kecepatan angin zonal lebih kuat di sebelah timur barat daripada di sebelah barat timur ekuatorial Samudera Hindia, sedangkan di Samudera Pasifik pada fase positif negatif angin timuran baratan kuat terjadi di sebelah timur dan angin baratan timuran di sebelah barat dengan kecepatan yang lebih kecil. Kecepatan angin zonal pada fase positif dan negatif atau di Samudera Hindia dan Pasifik sangat kecil dengan nilai maksimum sebesar 0.5 ms karena pada Mode ke-1 EOF sangat besar dipengaruhi oleh Muson dengan dominan berupa angin meridional. Akan tetapi yang menarik adalah nilai kecepatan angin zonal yang kecil ini ternyata cukup kuat mempengaruhi kedalaman lapisan tercampur pada fase positif dimana kedalaman lapisan tercampur berada lebih dalam di perairan sebelah barat daripada di sebelah timur ekuatorial Samudera Pasifik, sedangkan kondisi sebaliknya tidak terjadi pada fase negatif Gambar 29c. Hal ini menunjukkan bahwa kolam air hangat yang berada di sebelah barat ekuatorial Samudera Pasifik semakin intensif terbentuk pada fase positif Juli yang berasosiasi dengan Angin Pasat Tenggara dan Angin Pasat Timur Laut. Pada Lampiran 4 dianalisis pula parameter pendukung lainnya meliputi anomali suhu udara pada ketinggian 2 m, anomali tekanan udara permukaan laut dan anomali fluks bahang melalui evaporasi, sehingga lebih mempertegas keterkaitan antar parameter dan proses umpan balik interaksi laut-atmosfer pada Mode ke-1 EOF. 110 Gambar 29 Pola melintang di sepanjang ekuatorial Samudera Hindia dan Pasifik pada 5°LS-5°LU dari rata-rata anomali parameter a angin zonal ketinggian 10 m ms, b SPL °C dan c kedalaman lapisan tercampur m pada fase positif biru yaitu pada waktu nilai koefisien ekspansi Mode ke-1 EOF diatas satu kali simpangan baku positifnya dan fase negatif merah dibawah satu kali simpangan baku negatifnya. Satuan bujur dari 0-360. Begitu pula yang terjadi di ekuatorial Samudera Hindia dimana pada fase positif lebih besar kontribusinya dalam membentuk kolam air hangat di sebelah barat ekuatorial Samudera Hindia dibandingkan pada fase negatif. Pada fase negatif, variabilitas kedalaman lapisan tercampur sangat besar dipengaruhi oleh