42
Kalau jenis dan sifat pekerjaan itu mengerjakannya sulitsukar dan mempunyai resiko finasial, keselamatannya besar, maka tingkat upahbalas
jasanya semakin besar, karena meminta kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakannya. Tetapi jika jenis dan sifat pekerjaan itu mengerjakannya
mudah dan resikonya finansial, kecelakaannya kecil, maka tingkat upahbalas jasanya relatif rendah.
2.1.4 Intention to Leave
2.1.4.1 Definisi Intention to Leave
Intention to leave adalah minat untuk mengundurkan diri perrmanen secara sukarela ataupun tidak dari suatu organisasi Robbins, 2001. Tingkat
intention to leave yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan biaya rekrutmen, seleksi, dan pelatihan. Tingkat intention to leaveyang tinggi juga mengganggu
jalannya efisiensi organisasi ketika seseorang yang berwawasan dan berpengalaman mengundurkan diri dan pengganti harus segera ditemukan untuk
posisi tersebut. Yang sering terjadi adalah intention to leaveterjadi pada seseorang yang dibutuhkan oleh organisasi. Jadi ketika intention to leave terjadi secara
berlebihan, atau melibatkan personil yang berkualitas, hal ini dapat menjadi faktor yang menggangu dan menghambat efektifitas organisasi.
Ableson dalam Faramita, 2013 mengartikan intention to leavebagai keinginan seseorang untuk pindah dan mencari alternatif tempat pekerjaan yang
lain. Tindakan ini terdiri atas beberapa komponen diantaranya berupa adanya niat untuk keluar, keinginan untuk mencari pekerjaan lain, mengevaluasi kemungkinan
untuk menemukan pekerjaan yang layak di tempat lain, dan adanya keinginan untuk meninggalkan sebuah organisasi.
43
2.1.4.2 Indikasi Terjadinya
Intention to leave
Menurut Harnoto 2002:2: “Intention to leave ditandai oleh berbagai hal yang menyangkut perilaku karyawan, antara lain: absensi yang meningkat, mulai
malas kerja, naiknya keberanian untuk melanggar tata tertib kerja, keberanian untuk menentang atau protes kepada atasan, maupun keseriusan untuk
menyelesaikan semua tanggung jawab karyawan yang sangat berbeda dari biasanya.” Indikasi-indikasi tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk
memprediksikan Intention to leave karyawan dalam sebuah perusahaan. 1
Absensi yang meningkat. Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya ditandai dengan absensi yang semakin meningkat.
Tingkat tanggung jawab karyawan dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya.
2 Mulai malas bekerja. Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah
kerja, akan lebih malas bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat lainnya yang dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan
karyawan bersangkutan. 3
Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja. Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering dilakukan karyawan
yang berkeinginan untuk meninggalkan perusahaan. Karyawan lebih sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung, maupun
berbagai bentuk pelanggaran lainnya. 4
Peningkatan protes terhadap atasan. Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering melakukan protes terhadap kebijakan-
44
kebijakan perusahaan kepada atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau aturan lain yang tidak sependapat dengan
keinginan karyawan. 5
Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya. Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang karakteristik positif. Karyawan ini mempunyai tanggung
jawab yang tinggi terhadap tugas yang dibebankan, dan jika perilaku positif karyawan ini meningkat jauh dan berbeda dari biasanya justru menunjukkan
karyawan ini akan meninggalkan perusahaan.
2.1.4.3 Faktor –Faktor yang mempengaruhi Intention to Leave